Pameran Temporer Yogyakarta Benteng Proklamasi

19 Mar 2016 Yogyakarta pernah menjadi Ibukota Negara Republik Indonesia selama kurang lebih 4 tahun (4 Januari 1946—27 Desember 1949). Selama itu pula, Yogyakarta terus menjadi benteng Proklamasi yang telah dikumandangkan di Jakarta 17 Agustus 1945. Apabila Yogyakarta ketika itu tidak bersedia menjadi Ibukota RI, apalah jadinya Negara RI, mungkin tidak akan pernah ada negara ini. Kesediaan Yogyakarta menjadi Ibukota RI tidak lepas dari jasa besar Sri Sultan Hamengkubuwono (HB) IX.

Ketika daerah luar Yogyakarta sudah tidak aman dan dikuasai lagi oleh Belanda, Yogyakarta menjadi satu-satunya daerah yang menjadi benteng pemerintahan RI. Di tempat ini, pemerintahan RI masih eksis. Walaupun kemudian juga tidak lepas dari incaran Belanda, terutama adanya agresi Belanda I dan II. Namun Yogyakarta tetap kokoh dan tidak goyah sebagai daerah yang terus selalu membela Negara Republik Indonesia. Puncaknya, ketika negara RI sudah dianggap tidak ada oleh Belanda, TNI melakukan serangan besar-besaran di Yogyakarta pada 1 Maret 1949 yang di lapangan dipimpin oleh Letkol Soeharto. Peristiwa itulah yang kemudian mengingatkan kembali kepada PBB bahwa negara RI masih eksis dan tetap ada.

Ketegaran kota Yogyakarta menghadapi segala goncangan dan rongrongan Belanda kala itu, akhirnya membuat Presiden Soekarno memberi kesan terhadap kota ini, yang bunyinya “Yogyakarta menjadi termashur oleh karena jiwa kemerdekaannya. Hidupkanlah terus jiwa kemerdekaan itu.” Kesan itu ditulis oleh Ir Soekarno pada tanggal 28 Desember 1949, yang ketika itu, beliau menjadi Presiden RIS dan harus berpindah ke Jakarta.

Itulah kilas balik sejarah yang ingin kembali menggali nilai-nilai luhur semangat juang Yogyakarta sebagai kota Revolusi yang hendak disampaikan kepada generasi muda dalam “Pameran Temporer” yang diselenggarakan oleh Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta pada 1—6 Maret 2016 bertempat di selasar museum itu. Pameran diselenggarakan dalam rangka peringatan Serangan Oemoem (SO) 1 Maret 1949 itu berjudul “Yogya Benteng Proklamasi”, dan didukung berbagai museum dan komunitas museum di Yogyakarta, antara lain: Museum Pusat TNI AD Dharma Wiratama, Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, Museum Monumen Yogya Kembali, Komunitas Jogjakarta 1945, dan Komunitas Yogyakarta Night At The Museum.

Pameran Temporer menampilkan berbagai koleksi sejarah seputar perang pasca kemerdekaan RI, baik koleksi asli maupun replika, berupa peralatan minum, meja kursi, peralatan perang, tank, buku, kentongan, patung, foto, mesin jahit, dan lainnya. Sementara itu, kegiatan lain yang mendukung pameran temporer adalah malam tirakatan, upacara bendera, tabur bunga, talkshow, dan teatrikal SO 1 Maret 1949.

Pameran Temporer ini sangat diminati oleh pengunjung, termasuk anak-anak sekolah. Setiap hari pengunjung silih berganti melihat-lihat pameran yang digelar di halaman teras gedung pameran sisi utara ini. Tidak hanya pelajar kota Yogyakarta saja, tetapi juga pelajar luar kota, salah satunya dari Gunung Kidul. Namanya Ahmad Bukhori (SMK 3 Wonosari). Komentarnya, “Senang, bisa lihat pameran yang bagus, menambah pengetahuan sejarah perjuangan bangsa.”

Naskah dan foto:Suwandi 

Pameran Temporer di Museum Benteng, 1—6 Maret 2016, sumber foto: Suwandi/Tembi Pameran Temporer di Museum Benteng, 1—6 Maret 2016, sumber foto: Suwandi/Tembi Pameran Temporer di Museum Benteng, 1—6 Maret 2016, sumber foto: Suwandi/Tembi Pameran Temporer di Museum Benteng, 1—6 Maret 2016, sumber foto: Suwandi/Tembi Pameran Temporer di Museum Benteng, 1—6 Maret 2016, sumber foto: Suwandi/Tembi Pameran Temporer di Museum Benteng, 1—6 Maret 2016, sumber foto: Suwandi/Tembi EDUKASI

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 21-03-16

    Pergantian Pengurus

    Pergelaran wayang kulit semalam suntuk hasil kerja bareng Tembi Rumah Budaya dengan paguyuban dalang muda Sukra Kasih kembali dilakukan pada hari... more »
  • 21-03-16

    Serba Ikan dengan Na

    Selain Es Timun Ijem dan Es Timun Emas, pada bulan Maret 2016 ini Warung Dhahar Pulo Segaran Tembi Rumah Budaya juga menawarkan menu promo serba ikan... more »
  • 21-03-16

    Sastra Bulan Purnama

    Sastra Bulan Purnama edisi ke-54 akan melaunching antologi puisi ‘Negeri Laut’, yang menampilkan 175 penyair dari berbagai daerah di Indonesia.... more »
  • 19-03-16

    Napi Perempuan Memba

    Kita sudah terbiasa melihat penyair membaca puisi. Tapi, rasanya, kita jarang, atau mungkin belum pernah, melihat napi –narapidana--, lebih-lebih... more »
  • 19-03-16

    Selasa Legi Hari Tid

    Pranatamangsa masuk mangsa Kasanga (9), umurnya 25 hari, mulai 1 s/d 25 Maret, curah hujan mulai berkurang. Masa birahi anjing dan sejenisnya.... more »
  • 19-03-16

    Wisrawa (2): Dewi Su

    Begawan Wisrawa yang kemudian menduduki tahta, karena menjadi suami Dewi Lokawati sang pewaris tahta, sangat menyadari posisinya. Bahwa dirinya... more »
  • 19-03-16

    Pameran Temporer Yog

    Yogyakarta pernah menjadi Ibukota Negara Republik Indonesia selama kurang lebih 4 tahun (4 Januari 1946—27 Desember 1949). Selama itu pula,... more »
  • 18-03-16

    Warna-Warni Seribu T

    Ini memang bukan topeng tradisi, yang “pakemnya” sudah dikenali, misalnya topeng Cirebon dan seterusnya. Tapi merupakan topeng kreasi karya murid-... more »
  • 18-03-16

    Lakon Dewa Ruci Dipe

    Tidak kurang-kurang Kurawa memperdaya Pandawa agar mereka mati. Namun usahanya tidak pernah berhasil. Hingga akhirnya, Kurawa mempunyai cara untuk... more »
  • 18-03-16

    Lambang Kotapraja di

    Berikut ini adalah lambang dari sejumlah kotapraja di Hindia Belanda, yaitu Batavia, Soerabaja, Semarang, Makassar, Medan, Padang, Amboina, Manado,... more »