Cerita Panji, Liku-liku Percintaan Abad 11

Author:editorTembi / Date:10-06-2014 / Cerita Panji merupakan cerita sejarah seperti babad atau hikayat baik dalam bentuk sastra prosa maupun puisi atau kidung, yang tak luput dari sifat mistis dan legendaris, dengan adegan yang tidak logis. Meski demikian, karena cerita panji bersifat universal, banyak orang menyukainya.

Pentas 3 gaya tari Topeng Panji di ISI Yogyakarta, Mei 2014, foto: Herjaka HS
Tari topeng Panji gaya Yogyakarta

Cikal bakal cerita Panji terdapat di dalam kakawin Smaradahana karya Empu Darmaja pada zaman Kadiri abad ke-11. Dalam kitab tersebut dituliskan bahwa Raja Kadiri yaitu Kameswara mempunyai prameswari (permaisuri) Sri Kiranaratu putri kerajaan Janggala.

Raja itu kemudian dikenal dengan nama Hinu atau Ino (putra mahkota) Kertapati, sedangkan Ratu Kirana kemudian dikenal dengan nama Dewi Candra Kirana. Walaupun pada cerita Panji terjadi kebalikan tempat, Hinu Kertapati dari Janggala dan Dewi Candrakirana dari Kadiri, hal tersebut dimaklumi. Mungkin karena penyusun Kisah Panji yang diperkirakan dibuat pada zaman Majapahit abad ke-14, sudah mendapatkan cerita tutur dari sejarah Kadiri yang berkebalikan.

Cerita Panji sejatinya adalah kisah percintaan dengan lika-likunya dan berbagai variasinya, mulai dari pertunangan hingga bersatu dalam perkawinan agung.

Pentas 3 gaya tari Topeng Panji di ISI Yogyakarta, Mei 2014, foto: Herjaka HS
Tari topeng Panji gaya Indramayu

Selain kedua tokoh tersebut, ada empat kerajaan yang disebut-sebut dalam cerita Panji yaitu: 1. Kuripan atau Kaling atau Janggala. 2. Daha (Kadiri atau Mamenang), 3. Singasari dan 4. Gagelang (Urawan atau Ngurawan).

Inti cerita Panji mengisahkan pertunangan antara Raden Ino Pangeran dari Janggala dengan Raden Galuh Candrakirana putri dari kerajaan Panjalu atau Daha, yang kemudian diteruskan dengan menghilangnya sang putri dari keraton, dan pencariannya Raden Panji dengan meninggalkan keraton.

Dalam pencariannya mereka sering berganti nama, berganti pakaian dan berganti tingkah laku. Misalnya sang putri menjadi ksatria dan bersama pengikutnya maju perang. Maka sering kali mereka sudah berada berdekatan, tetapi mereka saling tidak tahu.

Dalam penggembaraannya dan penyamarannya kedua tokoh bangsawan itu, Raden Ino dan Raden Galuh bergaul erat ‘manjing ajur-ajer’ dengan rakyat biasa.

Cerita Panji berakhir dengan kebahagiaan, bertemunya kembali kedua insan yang dulu pernah bertunangan. Rakyat bersuka ria saat pernikahan mereka.

Cerita Panji merupakan cerita sejarah seperti babad atau hikayat baik dalam bentuk sastra prosa maupun puisi atau kidung, yang tak luput dari sifat mistis dan legendaris, dengan adegan yang tidak logis. Meski demikian, karena cerita panji bersifat universal, banyak orang menyukainya.

Pentas 3 gaya tari Topeng Panji di ISI Yogyakarta, Mei 2014, foto: Herjaka HS
Tari topeng Panji gaya Bali

Dari tema pokok cerita Pani berkembang menjadi banyak versi yaitu dalam bentuk Wayang Beber, wayang Gedog, Wayang Topeng, Wayang Krucil, Wayang Gambuh dan Drama Gambuh (Bali).

Cerita Panji juga dikaitkan dengan peristiwa pembagian kerajaan Airlangga menjadi dua oleh Empu Barada yaitu kerajaan Janggala dan kerajaan Panjalu. Dalam konsep kosmologi tidak mungkin di satu mandala ada dua kerajaan. Dari sumber prasasti jelas dampaknya bahwa kedua kerajaan selalu terjadi perang. Rakyat menginginkan terjadinya kesatuan dan persatuan seperti semula. Proses menuju kesatuan itu oleh sastrawan dikemas indah dan menarik, sebagai liku-liku cinta antara Raden Hino dari Janggala dengan Raden Galuh dari Panjalu.

Berdasarkan nama-nama tempat, nama orang yang berunsur binatang, serta tumbuh-tumbuhan dan sumber cerita menunjukkan bahwa certa Panji adalah cerita milik Indonesia.

Pentas 3 gaya tari Topeng Panji di ISI Yogyakarta, Mei 2014, foto: Herjaka HS
Tari topeng Panji gaya Yogyakarta

(Artikel ini berdasarkan seminar pada bulan Mei 2014 mengenai Tokoh Panji di Hotel Ina Garuda, yang dilanjutkan dengan pentas 3 gaya tari Topeng Panji di ISI Yogyakarta. Ada sebelas narasumber dalam seminar ini yaitu: Agus Aris Munandar, Regina, Riboet Darmosortopo, I Wayan Dibia, Bambang Pudjasworo, Akhmad Darus, Wisma Nugroho Christianto R, Bambang Suwarno, Sholeh Adi Pramono, Surono, Lono Lastoro Simatupang)

Naskah dan foto: Herjaka HS

Peristiwa budaya

Latest News

  • 14-06-14

    Hari Keberuntungan O

    Orang Wuku Julungpujud mempunyai tekad yang tinggi dalam meraih cita-cita, sehingga ia tidak suka ada orang lain yang melebihi dirinya. Ia juga... more »
  • 14-06-14

    Konser Rock And Roll

    Menandai perjalanan mereka 13 tahun bermusik, duo rock and roll ‘The Experience Brothers’ menggelar konser intim bertajuk ‘Our Deepest Growl’.... more »
  • 14-06-14

    Kedung Pengilon, Oby

    Menurut sumber setempat dulu bila dilihat dari atas permukaan airnya berkilauan saat kena terpaan sinar matahari. Kilau cahaya dari permukaan air... more »
  • 13-06-14

    Kapi Menda, Kisah Pi

    Kutukan air telaga masih memakan korban. Kedua cantrik yang tidak berdosa, Menda dan Jembawan, yang ingin melerai perkelahian Guwarsa Guwarsi tidak... more »
  • 13-06-14

    Wader Goreng Kali Oy

    Gurih-pedas brongkos, kenyal daging sapi, krispi wader goreng, dan tekstur kacang tholo yang lumer digigit dan nyaris seperti kacang merah itu... more »
  • 13-06-14

    Highfield Secondary

    Dalam perjalanannya toh akhirnya mereka menikmati juga petualangan naik bajak yang ditarik kerbau itu. Apalagi salah satu guru mereka, Miss Cindy,... more »
  • 12-06-14

    Festival Musik Tembi

    Musik Indonesia itu tidak ada, yang ada di Indonesia itu musik Jawa, musik Batak, musik Bali dan lainnya. Festival Musik Tembi merupakan jalan menuju... more »
  • 12-06-14

    Pekan Rakyat Jakarta

    Berbeda dengan Pekan Raya Jakarta di Kemayoran yang sifatnya lebih ke skala Internasional dan menembak kalangan menengah ke atas, PRJ kali ini... more »
  • 12-06-14

    Sebilah Keris Tanggu

    Daerah Pengging termasuk salah satu wilayah yang terkenal dan bahkan dalam Ensiklopedi Keris tahun 2004 karangan Bambang Harsrinuksmo (halaman 365)... more »
  • 11-06-14

    Guru-guru SD BIAS Kl

    Setelah anak-anak SD BIAS (Bina Anak Sholeh) Klaten melakukan kegiatan wisata budaya di Tembi, giliran guru-gurunya mengikuti kegiatan yang sama pada... more »