Tembi

Yogyakarta-yogyamu»PARKIRAN SEPEDA ONTEL DI JOGJA, JANGAN PERNAH DICARI

11 Nov 2009 11:47:00

Yogyamu

PARKIRAN SEPEDA ONTEL DI JOGJA: JANGAN PERNAH DICARI

Kendaraan yang berupa sepeda ontel mungkin akan menjadi kendaraan yang dipandang antik, aneh, atau ganjil di era komputer dan serba mesin ini. Kendaraan jenis ini boleh jadi sudah tidak begitu dipikirkan lagi oleh banyak orang. Bahkan untuk akses jalan atau jalur pun mungkin terpaksa harus berebut dengan kendaraan bermesin dengan postur yang lebih besar dan kuat yang tentu saja menyebabkan sepeda mesti mengalah, kalah, atau dikalahkan.

Kota Jogja yang dulu dikenal sebagai kota sepeda pun kini nyaris tidak menampakkan lagi identitas atau julukan itu. Jalanan di Jogja sudah dijajah dengan sepeda motor dan mobil. Bahkan jika kita mengamati pergerakan sepeda motor dan mobil di Jogja pada saat jam-jam masuk sekolah atau kantor serta jam-jam pulang, pergerakan kendaraan bermesin ini sungguh nggegirisi. Jalanan di Jogja penuh dengan kendaraan macam itu. Seolah jenis kendaraan ini menyita seluruh bidang jalan di Jogja. Barangkali julukan Jogja Kota Sepeda memang sudah harus ditanggalkan. Mungkin akan lebih tepat dijuluki Jogja Kota Sepeda Motor, Jogja Kota Mesin, Jogja Kota Knalpot, atau Jogja Kota Motor.

Jangan pernah lagi berharap mendengarkan dering bel sepeda yang ditingkah suara bincang-canda orang berkendara sepeda. Bising suara raungan mesin dan klakson sudah cukup dapat memekakkan telinga kita. Tidak ada lagi suara derit kayuhan sepeda. Derit itu telah digantikan decit suara ban yang beradu dengan aspal jalan karena laju kendaraan bermesin yang kencang kemudian tiba-tiba direm. Tidak ada lagi udara bersih. Hiruplah asap muntahan dari knalpot. Di area parkiran jangan pernah mencari sosok sepeda ontel sebab semua areal parkir seolah telah diperuntukkan bagi sepeda motor dan mobil.

Dulu ketika sepeda masih banyak dan menjadi kendaraan andalan bagi sebagian besar orang Jogja, ada begitu banyak parkiran sepeda. Ada yang memarkikannya dengan dijajar begitu saja di tempat terbuka. Baik itu berupa emperan toko atau beranda bangunan, lapangan, atau bahu jalan. Ada pula yang cara memarkirkannya dengan memasukkan roda bagian depan sepeda ke dalam sebuah ruang diantara jeruji kayu atau besi yang dibuat berjajar sehingga dapat memuat sepeda dalam jumlah banyak. Alhasil tempat parkir sepeda semcam ini seperti rak sepeda. Umumnya parkiran sepeda yang dibuat demikian itu disediakan oleh toko, warung, kios, bioskop, pasar, dan sebagainya yang umumnya menjadi tempat tujuan bagi kunjungan banyak orang. Tempat parkir sepeda semacam ini memudahkan pemilik sepeda yang sepedanya tidak dilengkapi tiang standar sebagai penopang sepeda jika sepeda tersebut diparkir. Jepitan rak bagi roda depan sepeda dapat membuat sepeda tetap terdiri kokoh ketika diparkir.

Kini tempat parkir sepeda semacam itu boleh dikatakan sudah punah. Kita akan sangat menemukannya lagi, lebih-lebih di pusat kota Jogja yang konon pernah dimuliakan dengan sebutan kota sepeda itu. Barangkali tempat parkir sepeda semacam itu masih bisa ditemukan di desa-desa. Sekalipun demikian, Tembi sempat melihat tempat parkir sepeda seperti di atas diletakkan di depan Kantor Pusat Pelayanan Pariwisata Badan Pariwasata Daerah Propinsi DIY di Malioboro. Parkiran sepeda ini cukup untuk memarkir 6 buah sepeda onthel. Kebetulan ketika Tembi ke sana tempat parkir ini kosong. Tidak ada satu sepeda pun parkir di sana. Apakah tempat parkir sepeda ini dikhususkan bagi turis asing yang sering berkeliling Jogja dengan sepeda ontel, mengingat keletakannya berada di depan kantor pelayanan pariwisata ? Tembi tidak isa menjawab. Barangkali inilah sisa terakhir tempat parkir sepeda ontel yang masih ”nylempit” di tengah kota Jogja yang sungguh sudah hingar bingar dengan deru mesin, hembusan knalpot, dan jerit klakson.

a sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta