Tembi

Jaringan-museum»KEBIASAAN DHIDHIS ORANG JAWA TAHUN 1897

06 Dec 2011 06:04:00

KEBIASAAN "DHIDHIS" ORANG JAWA TAHUN 1897Barangkali anak-anak Jawa zaman sekarang tidak lagi mengenal makna kata “dhidhis”. Dhidhis adalah aktivitas yang dilakukan orang untuk mencari kutu di kepala. Dhidhis umumnya dapat dilakukan seorang diri atau dengan bantuan orang lain. Dhidhis yang dilakukan dengan bantuan orang lain lebih populer disebut ”petan”.

Dhidhis maupun petan umumnya dilakukan oleh orang-orang Jawa (mungkin juga oleh suku lain) di masa lalu. Hal ini terjadi karena orang-orang Jawa di masa lalu secara tradisi biasa memelihara rambut agar tetap panjang. Di samping itu pada masa lalu obat-obatan untuk membersihkan rambut relatif belum banyak. Sekalipun ada sifatnya masih sangat tradisional serta kemujarabannya juga relatif kurang teruji. Pada kondisi seperti itulah apa yang dinamakan sebagai kutu rambut berkembang biak. Hal demikian akan saling menular. Kutu dari rambut ibu akan dengan mudah melompat ke rambut anak. Kutu dari rambut anak akan dengan mudah melompat ke rambut ayah. Kutu dari rambut ayah akan dengan mudah melompat ke rambut teman kerja atau tetangganya. Demikian seterusnya.

Kutu-kutu rambut ini pada gilirannya akan menimbulkan rasa gatal di kulit kepala. Bahkan ketika kutu-kutu tersebut tidak menggigit, namun berjalan-jalan di antara belukar rambut di kepala juga akan menimbulkan rasa risih. Hal ini membuat orang yang berkutu tidak nyaman. Akan dengan refleks tangan-tangan mereka menggaruk kepalanya. Mencoba menangkap penyebab rasa risih atau gatalnya itu. Jari-jari mereka akan dengan otomatis menggaruk dan menyusup di sela-sela rambut. Hal demikian ini dapat dikatakan dengan istilah dhidhis. Kegiatan dhidhis ini bisa saja menghasilkan ”tangkapan” pada kutu rambut. Bisa saja kutu tersebut tertangkap dengan cara terselip di kuku jari. Mungkin juga bisa ditangkap dan dijumput dari akar rambut tanpa perlu melihatnya karena ujung-ujung jari sudah mampu merasakan dan ”melihat” gremet-gremet kutu.

Begitulah ketika shampoo belum ditemukan. Begitulah ketika orang masih gemar memelihara rambut panjang namun minim obat pembersih rambut. Belum banyak obat kutu. Kutu merajalela dan hinggap serta berbiak di rambut siapa saja. Akibatnya dhidhis atau petan menjadi semacam aktivitas yang mengasyikkan. Bahkan orang yang dhidhis atau petan sering kemudian terasa ngantuk karena kepala uang kerap diusap atau dielus menimbulkan rasa ngantuk. Rasa liyer-liyer.

Gambaran orang dhidhis atau petan mungkin tidak lagi kita temukan di zaman sekarang. Untuk itu gambar di samping mungkin bisa membuka ingatan kita akan hal yang pernah ada dan bahkan mungkin umum di masa lalu. Silakan menikmati.

a.sartono

L. Th. Mayer, 1897, Een Blik in Het Javaansche Volksleven, Leiden: Boekhandel en Drukkerij.




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta