DOLANAN SEKITAN-2
(PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-59)

DOLANAN SEKITAN-2 (PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-59)Semua anak yang hendak bermain Sekitan segera berkumpul di tempat bermain, dengan membawa “gacuk” atau semacam alat adu dari pecahan Tembikar dan sejenisnya. Setelah berkumpul, salah satu anak ada yang membuat kotak persegi panjang dengan ukuran sekitar 60 x 80 cm di tanah yang datar. Ukuran kotak ini sesuai kesepakatan bersama. Setelah itu, juga membuat sebuah garis “uncal” atau lempar yang jaraknya sekitar 8—10 meter (juga sesuai dengan kesepakatan). Setelah kotak persegi panjang dan garis uncal selesai dibuat, semua anak berada di belakang garis uncal, berdiri secara berderet, sambil membawa sebuah gacuk. Urutan melempar gacuk bebas. Artinya bisa dengan sukarela atau urut sesuai dengan hasil hompimpah dan sut.

Semua pemain berusaha memasukkan gacuk ke dalam kotak persegi panjang yang jaraknya sekitar 8—10 meter dari tempat melempar. Setelah semua anak melemparkan gacuk ke arah kotak, anak-anak segera mengecek gacuk-gacuk itu dari dekat. Salah satu pemain mencoba mengukurnya (bisa dengan kayu, kaki, atau tangan). Setelah diukur, lalu diketahui gacuk yang terjauh dari kotak adalah pemain E. Maka pemain E segera menumpuk semua gacuk, sesuai dengan gacuk yang terbesar atau terlebar di bagian paling bawah. Semakin ke atas gacuk yang berukuran kecil. Fungsinya agar gacuk-gacuk yang ditata tidak mudah roboh. Selagi pemain E menyusun gacuk-gacuk itu, semua pemain lain (A, B, C, D, F, G, dan H) segera berpencar bersembunyi.

Setelah pemain E selesai menata gacuk-gacuk, maka ia segera mencari pemain-pemain mentas. Apabila dalam menata gacuk-gacuk sudah selesai, tetapi ada pemain yang belum sempat sembunyi (misalkan pemain A), maka pemain E berhak menebak pemain A dengan menyebut “sekit A” sambil dirinya “ngebrok” atau melompat satu kali ke dalam kotak. Artinya, pemain A sah menjadi pemain tertebak. Lalu pemain E kembali mencari satu-persatu pemain yang bersembunyi. Ia harus sesekali menengok ke tempat gacuk yang ditata, siapa tahu dari arah lainnya ada pemain lain yang berlari hendak “nyampar” atau menendang gacuk-gacuk yang sudah ditata. Misalkan pemain E kemudian mengetahui persembunyian pemain G, maka ia segera berkata “sekit G’. Otomatis pemain G segera berlari ke arah kotak berkejaran dengan pemain E. Apabila pemain E lebih dulu dan sempat melakukan “brok” dalam kotak, maka matilah pemain G. Tetapi sebaliknya apabila pemain G lebih cepat berlari sehingga sempat menyampar gacuk-gacuk yang tertata, maka otomatis pemain E menjadi pemain dadi lagi. Pemain E harus segera menata ulang gacuk-gacuk itu. Sementara pemain lain yang sudah tertebak, yakni pemain A bisa ikut bersembunyi lagi bersama-sama pemain G. Di sini, berarti pemain E “dikungkung” atau terus mendapat hukuman sebagai pemain dadi.

DOLANAN SEKITAN-2 (PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-59)Kadang-kadang para pemain mentas berbuat kreatif dengan cara menukar baju antar pemain. Mereka sengaja menggoda pemain E dengan memperlihatkan bajunya. Begitu pemain E biasanya mengingat-ingat baju setiap pemain mentas. Misalkan pemain B berbaju kotak-kotak merah. Padahal saat bermain sekitan itu, ia sudah bertukar baju dengan pemain H yang berbaju lorek-lorek hijau. Lalu, pemain B mencoba menggoda pemain E dengan memperlihatkan bajunya. Secara spontan, pemain E menebak pemain B dengan berkata “sekit H”. Ia segera “ngebrok” kotak. Namun pemain B mengatakan “kobong” atau salah tebak kepada pemain E. Setelah pemain B mendekat kepada pemain E, barulah pemain E tahu bahwa yang ia tebak adalah pemain B yang menggunakan baju pemain H. Maka pemain E harus menjadi pemain dadi lagi, karena keliru menebak.

Apabila pemain G sempat menendang gacuk-gacuk tadi, maka pemain E segera menata ulang gacuk-gacuk. Setelah selesai, ia kembali mencari satu-persatu pemain-pemain yang bersembunyi. Ia harus gesit dan bisa beradu lari dengan pemain-pemain mentas. Apabila ia cerdik, gesit, dan cepat larinya, maka pemain-pemain mentas lain akan tertebak satu persatu. Namun apabila ia tidak gesit dan lemah berlari, maka ia selamanya akan menjadi pemain yang “dikungkung” atau menjadi pemain dadi. Inilah sebabnya, permainan ini juga membutuhkan mental kuat. Apabila anak tidak kuat mentalnya, maka saat dikungkung, maka ia akan menangis. Pemain lainnya akan mengejeknya dan bertambah senang, bisa membuat pemain dadi menjadi menangis atau tertekan. Tetapi kalau mentalnya kuat, pemain lain akan menghargainya. Bisa pula dibuat aturan, setiap kali “kungkungan” selama 5 kali “samparan” atau tendangan gacuk. Setelah itu dimulai lagi. Lagi-lagi semua itu sesuai dengan kesepakatan.

Apabila pemain E pada permainan kedua bisa menembak satu-persatu pemain yang bersembunyi, maka permainan diulangi dari awal lagi, yaitu melemparkan gacuk-gacuk dari garis lempar. Berarti permainan diulangi dari awal lagi. Pemain dadi ditentukan oleh lemparan terjauh dari kotak. Demikian tadi permainan Sekitan akan terus berulang, hingga anaka-anak bosan dan ingin berpindah ke dolanan lain.

Jelas, dolanan Sekitan mengajarkan kepada anak-anak untuk bisa bersosialisasi dengan teman-teman sebaya. Selain itu, dolanan ini juga mengajarkan sportivitas, kekuatan mental, dan kecepatan berlari.

Suwandi

Berdasar Pengalaman dan Pengamatan Pribadi




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta