Gedung Pusat UGM Yogyakarta Tahun 1959 dan Kini
Di halaman Gedung Pusat UGM ini juga ditanam pohon bodhi yang diambil dari halaman Candi Borobudur, Magelang. Pohon bodhi dianggap sebagai lambang pencerahan. Dengan demikian, diharapkan semua orang yang belajar atau studi di UGM mendapatkan pencerahan.
Gedung Pusat UGM, Yogyakarta, kini
Berikut ini dua foto Gedung Pusat Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, yang difoto tanggal 19 Desember 1959 dan yang terbaru tanggal 18 Maret 2013. Gedung ini bisa dikatakan merupakan ikon UGM. Di dalamnya terkandung perjalanan sejarah UGM itu sendiri. Gedung ini memang dibangun cukup besar, luas, dan terkesan kokoh-gagah.
Tidak begitu banyak yang tahu bahwa sesungguhnya Gedung Pusat UGM memiliki arah hadap ke utara. Akan tetapi oleh karena halaman sisi utara relatif tertutup oleh pagar di sisi barat, timur, dan utara serta banyaknya orang (mahasiswa) yang suka keluar-masuk dari pintu selatan menyebabkan orang mengira bahwa arah hadap Gedung Pusat adalah ke selatan.
Semula atap gedung ini direncanakan untuk dibangun secara flat (datar), namun akhirnya dibangun berbentuk segitiga. Bukan tanpa maksud dan makna. Bangunan segitiga diyakini sebagai bangunan yang mengandung makna transenden (seperti dalam kepercayaan agama Buddha).
Tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan UGM juga berkait dengan sejarah Majapahit, khususnya Gadjah Mada. Gadjah Mada bersama Hayam Wuruk telah membawa Majapahit pada zaman keemasannya. Melalui mereka hidup antarumat beragama dapat berjalan dengan rukun dan sangat toleran. Demikian pun sekian pulau dan etnis dapat disatukan di bawah panji-panji Majapahit.
Tidak aneh juga jika di halaman Gedung Pusat UGM ini juga ditanam pohon bodhi yang diambil dari halaman Candi Borobudur, Magelang. Pohon bodhi dianggap sebagai lambang pencerahan. Dengan demikian, diharapkan semua orang yang belajar atau studi di UGM mendapatkan pencerahan.
Gedung Pusat UGM ini diresmikan tanggal 19 Desember 1959 oleh Presiden RI pertama, Ir Soekarno. Arsitek gedung ini adalah Gusti Pangeran Haryo Hadinegoro. Akan tetapi tidak banyak yang mengetahui siapa sesungguhnya GPH Hadinegoro ini.
Gedung Pusat UGM ketika diresmikan tanggal 19 Desember 1959
Foto yang dibuat tahun 1959 ini menyuguhkan sosok gedung baru yang relatif masih lengang. Sementara foto tahun 2013 telah menunjukkan perkembangan dari gedung tersebut. Perkembangan atau perubahan itu mungkin hanya pada sisi-sisi kulitnya saja dan bukan pada substansi bangunannya. Perubahan itu mungkin hanya terletak pada catnya, tanaman-tanaman di seputaran halaman, dan sebagainya.
Entah, telah berapa sarjana yang telah diwisuda di Gedung Pusat UGM ini. Berapa pula sarjana yang diwisuda di Gedung Pusat ini yang kemudian menjadi tokoh-tokoh yang ikut menggerakkan perjalanan bangsa ini.
A. Sartono
sumber: Perpustakaan dan Arsip Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta, dan www.ugm.ac.id
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net/
Baca Juga Artikel Lainnya :
- Rumah Beratap Rumbia di Jawa Tahun 1930-an(09/01)
- Pasar Desa di Jawa Tahun 1930-an(18/12)
- Lapak Jawa Tahun 1930-an(04/12)
- Pangeran Prangwedono, Kolonel Kepala Legiun Mangkunegaran(21/11)
- Jalan Tanah dan Gerobak di Jawa Dekade 1930-an(02/11)
- Pohon Kenari di Borobudur Tahun 1930-an(16/10)
- Mackenzie Salah Satu Tokoh Pembedah Jogja(02/10)
- Gillespe dan Jatuhnya Keraton Yogyakarta, 1812(18/09)
- MASIH ADA JASA PATRI DI YOGYAKARTA(01/01)
- Prajurit Mataram Sekitar Abad 17-19(04/09)