Arsip Pemilu 1955 Sudah Menjadi Rumah Rayap

Tumpukan arsip-arsip tersebut telah berubah wujudnya menjadi semacam kumpulan mie kering. Semuanya itu akibat kinerja rayap yang telah menyantapnya dan membuat sarang di situ. Tidak ada lagi sisa yang bisa dipergunakan untuk “membaca” ulang tentang Pemilu 1955 tersebut.

Arsip-arsip Pemilu 1955 yang hancur dimakan rayap, menjadi monumen, foto: Sartono
Arsip Pemilu 1955 tidak mungkin lagi dibuka, sudah jadi rumah rayap

Berikut ini adalah arsip-arsip yang mencatat tentang penyelenggaraan Pemilu dan hal-ihwalnya yang dilaksanakan di Yogyakarta pada tahun 1955. Akan tetapi jangan dulu buru-buru membacanya karena teks, grafis, gambar, dan foto-foto yang ada di dalamnya bisa dikatakan semuanya telah hancur. Bahkan kertas atau berkas-berkas sebagai media penulisan teks di atasnya juga hancur.

Tumpukan arsip-arsip tersebut telah berubah wujudnya menjadi semacam kumpulan mie kering. Semuanya itu akibat kinerja rayap yang telah menyantapnya dan membuat sarang di situ. Tidak ada lagi sisa yang bisa dipergunakan untuk “membaca” ulang tentang Pemilu 1955 tersebut.

Mungkin saja rayap yang memakan dan menjadikan arsip-arsip tersebut sebagai sarang belum atau tidak menelan semua arsip yang disimpan. Akan tetapi melihat besarnya rumah rayap yang kemudian “diarsipkan” sebagai monumen tersebut kemungkinan besar jumlah arsip yang disikat rayap memang besar.

Tentu saja, tidak ada orang yang tidak menyayangkan hal itu. Arsip adalah bagian dari catatan perjalanan sejarah. Jika arsip-arsip hilang, orang pun akan kehilangan penggalan sejarah masa lalu. Akan kehilangan mata rantai perjalanan sejarah dari peradaban manusia itu sendiri yang sesungguhnya memang sambung-menyambung serta kaya akan berbagai warna fenomena atau peristiwa.

Rumah rayap berbahan baku arsip tersebut mungkin dapat menjadi peringatan atau pembelajaran bagi kita semua tentang bagaimana seharusnya memperlakukan arsip secara baik.

Hal ini juga menjadi semacam contoh bahwa hilangnya arsip atau dokumen akan membuat kita menjadi kehilangan lembaran sejarah yang barangkali akan membuat kita agak linglung, tidak mengerti, gagap, dan bahkan buta dalam merancang dan menapaki masa depan. Kita kehilangan sebagian bekal kita. Kita seperti kehilangan memori.

Pada sisi-sisi itu sebenarnya kita juga “hilang” diri. Mungkin hilang diri ini bukan dalam pengertian seluruhnya. Namun setidaknya, sebagian.

Menjadi aneh dan seperti makhluk aliens jika orang atau suatu bangsa kehilangan penggalan sejarah masa lalunya sendiri. Sebab tidak ada bangsa yang begitu saja ada. Keberadaannya apa pun wujudnya, pasti berpijak dari perjalanan masa lalunya, masa-masa menjadinya. Seandainya ada pengingkaran sejarah, hal demikian mungkin sama artinya dengan membohongi diri sendiri.

Monumen arsip rumah rayap yang ditampilkan dalam Pameran Arsip oleh Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) DIY di Keraton Yogyakarta beberapa waktu lalu itu menegaskan kepada kita semua bahwa arsip-arsip yang penting perlu dirawat atau dijaga dengan cermat sepenting ketika kita juga menjaga benda-benda penting lainnya.

Teknologi yang tepat untuk perawatan benda-bena demikian tentu saja sangat diperlukan. Tulisan yang diterakan di bawah monumen arsip rumah rayap tersebut tampak menyatakan penyesalan atas kejadian arsip yang dirayapi itu. Berikut kutipannya.

Sungguh, aku ingin bicara banyak sekitar pemilu 1955, tapi apa daya, aku terlanjur begini ! Karenanya, jangan terulang perlakuan seperti yang aku alami !

Arsip adalah bagian dari masa lalu kita sendiri, bagian dari perjalanan peradaban kita sendiri.

A. Sartono



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net/


Baca Juga Artikel Lainnya :




Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta