Rizaldi Siagian Si Provokator Musik Tradisi
Pakar etnomusikologi, yang mendapat julukan provokator musik tradisional, ini dulu dikenal sebagai rocker. Gelar drummer terbaik di Medan juga sempat disandang ayah 4 anak ini.
Rizaldi Siagiaan di dalam rumahnya
Memasuki rumah pakar etnomusikologi, tokoh musik tradisi, dan bekas rocker ini langsung terlihat enam buah kendang, alat musik tradisional Batak Toba, belum lagi alat musik petik Timur Tengah yang terpajang di tembok rumah. Ketika disinggung tentang peran besarnya dalam musik tradisi, pria bernama lengkap Rizaldi Siagiaan ini malah menampik sudah menggeluti musik tradisi sejak muda.
Asal tahu saja, pemuda Batak yang lahir di Binjai, Sumatera Utara, ini bermusik sejak tahun 1970. Pernah dinobatkan sebagai drummer terbaik di Medan, Rizaldi bergabung dengan kelompok musik rock, Great Season. Kompetitornya saat itu adalah Jelly Tobing yang sampai sekarang dikenal sebagai drummer handal.
Mahir bermain semua alat musik, membuat komposisi lagu, rocker tahun 70-an ini mulai terusik karena merasa stagnan dalam bermusik. “Dulu saya hapal mati main drum lagu apa aja, begitu banyak pemikiran yang kompleks dalam diri saya,” kenangnya. Sampai pada suatu hari, ia mendengar musik tradisional Batak di lapo tuak dan ingin belajar lebih jauh musik tradisi. Kemudian Fakultas Sastra, Jurusan Etnomusikologi, Universitas Sumatera Utara, Medan, menjadi pilihan studi mahasiswa angkatan 1979 ini.
Kemudian tahun 1985, ia menyelesaikan Program Magister dari San Diego State University, California, Amerika Serikat. Mengambil studi mayor musik India Klasik, di sana ia juga mempelajari berbagai musik tradisi dunia, mulai dari klasik India Selatan, musik Afrika, Brazil, Korea, Jawa, Bali dan lainnya.
Karena kemampuannya bermusik juga, ia bergabung dengan San Diego State University Gamelan Orchestra yang dipimpin Empu Ki Wasito Dipuro, dan menjadi anggota tim peneliti untuk mengisi ilustrasi musik bersama Robert E Brown, Ki Wasito Dipuro, Rahayu Supanggah, dan I Wayan Rai di Laguna, California (1984) dalam film layar super lebar, Indonesia Indah, Imax Theater, Keong Emas TMII, Jakarta.
Alat musik petik dari berbagai negara
Kembali ke Indonesia, Rizaldi kemudian menjadi pengajar di Jurusan Etnomusikologi, Fakultas Sastra, USU, Medan. Ia tercatat sebagai perancang dan penerap kurikulum etnomusikologi bersama Philip Yampolsky, Endo Suanda, Marc Perlman, Ashley Turner, dan Edward C Van Ness.
Sekarang kesehariannya disibukkan dengan agendanya menjadi penasihat Ahli Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN). Bersama AMAN ia menggerakkkan kegiatan penggalian potensi seni budaya di tengah-tengah masyarakat adat Nusantara dalam sebuah konsep yang diberi nama ‘Mendulang Mitos’.
'Mendulang Mitos' merupakan sebuah program pengembangan ekonomi kreatif yang bersumber dari pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional masyarakat. Seperti misalnya menggali mitos-mitos yang terdapat dalam dongeng anak-anak, nyanyian rakyat, ritual-ritual dan aneka produk kerajinan tradisional.
Salah satu contoh kecil dari program itu adalah pertunjukan anak-anak atau nyanyian anak-anak yang bisa dibuat boneka, animasi, komik atau lainnya.
Menurut Rizaldi, sederhana saja, kenapa boneka Mickey Mouse bisa laku dijual ke seluruh dunia, jawabnya karena orang Amerika pintar menciptakan mitos yang bisa membuat orang terpaku, percaya dan membeli. “Jangan sampai kita terlena dan terbuai dengan mitos-mitos luar yang semakin gencar menyerbu,” kata Rizaldi.
Hal lain yang dibagi oleh pendiri grup musik Grenek bersama Rinto Harahap ini adalah bagaimana menempatkan dunia kesenian sebagai kata kerja bukan kata benda. “Apapun itu, seperti festival misalnya harus bertujuan untuk pencerahan, tidak ada yang statis, terus bergerak dan berinteraksi,” paparnya.
Sudut ruangan rumah Rizaldi Siagian
Temen nan yuk ..!
Natalia S.
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net/
Baca Juga Artikel Lainnya :
- Endah N Rhesa Berangkat ke Perancis Dengan Bekal Urunan Para Musisi(11/02)
- Pia Utopia Fellini Wajib Kunjung di Ruang Khusus Setiap Bangun Tidur(05/02)
- Tonny Trimarsanto Dengan Matang Di Pohon Si Mangga Golek(01/02)
- Sammaria Simanjuntak Si Arsitek muda Yang Membelok ke Jurusan Sutradara(28/01)
- Dwi Sujanti Nugraheni, Setia Memelihara Mimpi(23/01)
- Thomas Ramadhan Jadi Produser Anaknya Nge-Band Rock(12/01)
- Agussis Melukis Bak Pembatik(03/12)
- Tedy Nurmanto Membuat Gitar dari Tanah Liat(01/12)
- Fombi Membuat Puisi Untuk Lebih Mudah Dipahami(26/11)
- Jono Gugun Blues Shelter(19/11)