Alvin Witarsa
Main Piano Sampai Berdarah

Alvin Witarsa Main Piano Sampai Berdarah

Tidak pernah disangka, kalau akhirnya keisengan bermain biola membawa ia serius dan mendalami karir musiknya bersama alat musik biola sampai sekarang. Saat ini, selain aktif dalam komunitas Sa’Unine String Orchestra, pria bernama Alvin Witarsa ini juga aktif sebagai concert master dan arranger di Magenta Orchestra, juga arranger dan session player rekaman untuk album dan jingle. Sebenarnya, Alvin sudah belajar piano sejak usia 5 tahun, tapi keinginannya bermain piano itu sedikit dipaksa oleh mamanya. “Nah kalau biola, sebetulnya tidak disengaja, waktu itu mama saya mau agar adik saya belajar biola di Surabaya, tetapi karena biola yang dibeli terlalu besar buat adik saya, jadinya saya yang kemudian disuruh belajar hehe,”.

Alvin bisa dibilang jenius, karena di usia 8 tahun ia sudah belajar komposisi, orkestra dan teori musik. Untuk pelajaran komposisi, Alvin mengaku belajar dengan Slamet Abdul Sjukur, orkestrasi dan teori musik lainnya didapat Alvin sambil berjalan dengan gurunya itu. Semuanya dirasakan Alvin tidak sulit meski usianya masih dibilang sangat muda waktu itu, dan seingatnya semua ilmunya itu dijalani sambil bermain. Seiring perjalanan hobinya di musik, Alvin berhasil menjuarai berbagai festival piano di usia remaja, semua persiapan dan ketegangan yang dipersiapkan sebelum mengikuti festival, menjadi adrenalin tersendiri bagi Alvin. “Saya itu termasuk orang yang demam panggung, saat ujian, atau ikut lomba. Tetapi kehadiran orang tua saya memberi support moral sangat berarti dan menjadi penyemangat,”.

Alvin Witarsa Main Piano Sampai Berdarah

Berbagai festival yang diikutinya pun selalu membawa dampak positif, selain sebagai alat untuk mengukur kemampuannya dalam bermusik, sejauh mana ia bisa mengingat apa yang sudah dipelajari dan diterapkan, menjadi sangat penting dibanding menjadi juara festival tersebut. Tapi ada pengalaman mengikuti festival piano yang tidak akan dilupakan Alvin, waktu itu usianya baru beranjak 17 tahun. Waktu festival ia masuk dalam kategori senior dan kebetulan mendapat giliran pertama. “Karena nervousnya, begitu masuk dan memberi hormat, saya mau membetulkan posisi kursi piano, karena duduk duluan sebelum sempat menarik tangan, akhirnya kedua tangan saya terjepit. Jari kanan kiri sobek dan berdarah,”. Tuturnya. Meski begitu, Alvin tetap melanjutkan permainan, lagu berjudul “Pictures at an Exhibition” karya dari komposer Mussorgsky dimainkan sampai selesai, meskipun terasa nyeri setiap kali menekan tuts piano. Alhasil semua permukaan tuts piano terkena bercak darah. “Untungnya sakit saya terbayar karena berhasil menjadi juara kedua. Sampai ada istilah “Piano Berdarah” segala hehehe.

Alvin pun semakin yakin meneruskan hobinya bermusik, setelah mendapat gelar Sarjana dari U.K Petra Surabaya jurusan Teknik Elektro, tahun 2002 ia melanjutkan studi biolanya ke Belanda di ArtEZ Conservatorium Nederland dibawah bimbingan Silvia Van Der Grinten, kemudian dilanjutkan dengan Else Krieg di Amsterdam. Disana Alvin juga aktif dalam beberapa masterclass biola dan ensemble, antara lain Tinta von Altenstad, Moshe Hammer, Johannes Leetouwer dan lainnya. Pengalaman lain, Alvin tergabung dan menjadi asisten principal 2nd violin di Het Wagening Symphonie Orkest di bawah Cees Mobach, juga tergabung dalam beberapa konser di Belanda, Jerman, dan Polandia di bawah Jurre Haanstra, Jaap van Zweden, Dirk Vermeulen, dan Alex Schilling. “Kenapa memilih Belanda, lagi-lagi karena adik saya sudah lebih dulu belajar musik disana, jadi setelah lulus kuliah saya memutuskan untuk fokus di musik salah satunya dengan belajar dari awal di tempat yang seharusnya, yaitu Conservatorium. Disana juga saya bisa menyerap banyak ilmu dan sejarah musik”.

Alvin Witarsa Main Piano Sampai Berdarah

Lulus kuliah di Belanda, Alvin pulang ke kampung halamannya, Surabaya. Ilmu yang didapatnya diaplikasikan dengan membuka kelas biola, berbagi pengalaman dan menyambung hidup, itu alasanya. Sayang iklim pembelajaran biola tidak seperti yang diharapkan, akhirnya Alvin kembali ke dunia “per-ngejoban” atau mengisi string di berbagai orkestra tanah air, seperti apa yang dilakukan sebelum ia berangkat ke Belanda. Saat ini pengalaman bermusik Alvin sudah tak bisa dipandang sebelah mata, tapi sebutan “musisi” dirasanya terlalu berlebihan karena masih banyak hal yang belum dilakukan untuk bisa diketegorikan sebagai musisi. Sementara itu bersama Sa’Unine string orchestra, ia yakin bisa menjadi orkes gesek yang cukup disegani di Indonesia, dengan keanekaragaman para anggotanya, skill musik yang berbeda tetapi saling melengkapi dan berani tampil sebagai diri mereka sendiri. “Khususnya saya berharap musik orkestra di tanah air bisa mempunyai pakem standar yang bisa disejajarkan dengan orkes-orkes di negara lain yang lebih maju. Karena itu kita para musisi orkes mari saling membantu untuk menciptakan iklim bermain orkes yang positif,”.

Temen nan yuk ..!

Natalia S.

Foto: Berbagai sumber




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta