Tembi

Makanyuk»BURUNG DARA SBTB

30 Mar 2009 07:25:00

Makan yuk ..!

BURUNG DARA SBTB

Sepanjang jalan Malioboro kita mudah menemukan warung-warung lesehan yang menghidangkan menu burung dara, selain gudeg dan ayam tentunya. Ada sebuah warung lesehan burung dara yang cukup terkenal di Yogya, yang bernama SBTB. Letaknya di depan toko batik Terang Bulan. Maka warung ini pun dinamakan Sebelah Barat Terang Bulan, yang populer dengan nama SBTB. Tanti, pemiliknya, terkadang memlesetkannya menjadi Spesial Buat Tamu Berduit, sebuah guyonan khas pedagang.

Harganya mungkin dirasa agak mahal bagi sebagian orang tapi sebenarnya rada lumrah untuk seekor burung dara, yakni Rp 20.000. Dan saat potongan dagingnya masuk ke mulut dan menyentuh lidah kita, spontan soal harga kita letakkan di nomor sekian. Dagingnya sungguh empuk. Kita bisa mengunyahnya dengan nyaman, dan merasakan gurih dan manisnya burung dara ala SBTB. Bumbunya terasa meresap. Menurut Tanti, daging burung dara direndamnya selama 1-2 jam.

Ada dua macam sajian burung dara, seperti lazimnya, yakni burung dara goreng dan bakar. Di pojok terdapat komporgas untuk menggoreng, dan anglo besar untuk membakar. Di dekatnya ada panci besar berisi tumpukan burung dara yang telah dibumbui. Tanti mengaku, seharinya warung ini menghabiskan sekitar 40-50 ekor burung dara. Burung dara memang menjadi andalan warung lesehan ini --yang juga menyediakan menu ayam dan gudeg. Jika melihat bahwa SBTB hanya buka sejak pukul 21.30 –setelah toko Terang Bulan tutup pada pukul 21.00— dan berakhir pada pukul 00.30, atau sekitar tiga jam, bisa dibayangkan banyaknya tamu yang singgah silih-berganti. Sepengamatan Tembi, sebagian besar tamu adalah anak-anak muda.

Menikmati burung dara di sini lazimnya ditemani sambal tomat atau terasi, yang juga lezat. Kita bisa menambahkannya dengan pete bakar atau goreng, kalau sedang tidak berpacaran. Tentu bisa pula dengan gudeg.

Awal mula bukanya warung ini justru dimulai dari masakan Jawa Timur. Pada tahun 1985, Anna Maria, ibu Tanti, berdagang lontong balap di depan toko Terang Bulan. “Saat itu saya masih SD,” tutur Tanti. Tapi dagangannya tidak begitu laku. Di seberang jalan mereka melihat pedagang burung dara yang cukup laris. Maka, setelah didahului beberapa percobaan mengolahnya, menu warung ini pun beralih ke burung dara. Perlahan tapi pasti warung mereka disukai dan kian laris. Hingga kini.

a. barata




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta