- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
![Tembi](/image.php/tembi-beranda4.jpg?width=1000&quality=10&image=/images/tembi-beranda4-new.jpg)
Berita-budaya»SENI RUPA KENCRUNG
13 Sep 2011 07:11:00Ini kali kita bisa melihat seni rupa kencrung dipamerkan di Bentara Budaya Yogyakarta, Kentrung, atau gitar kecil di Bentara menemukan formula yang sama sekali berbeda dengan kentrung yang kebanyakan kita kenal. Pada pameran ‘Pasar Kencrung’, kentrung atau gitar kecil tidak fungsional untuk dimainkan, melainkan lebih sebagai media seni rupa. Karena itu banyak kita temukan kentrung tanpa senar, sehingga tidak bisa dipetik untuk dimainkan.
Bentuk kentrungnya macam-macam tidak harus menyerupai gitar, tetapi sesuai ‘kegilaan’ perupanya. Ada kentrung yang visualnya berupa mobil-mobil truk misalnya, seperti karya Ong Hari Wahyu. Atau kentrungnya berupa radio seperti karya Bambang Heras dan sejumlah karya kentrung lainnya, yang semuanya ‘sesuka hati’ perupanya.
Djoko Pekik menampilkan kentrung yang dilukis khas karya-karya Pekik’ Jadi, oleh Pekik kentrung diletakkan sebagai kanvas dandisana ia menyapukan kuasnya. ‘Penjara Susun’ demikianlah judul lukisan kentrung karya Djoko Pekik. Lain halnya dengan Hadi Soesanto, yang biasa main electone. Karya kentrungnya dipadu dengan electone, sehingga berupa kentrung-electone versi HaSoe.
Agaknya, pasar kentrung bukan hanya sekedar menyajikan beragam kentrung, melainkan sekaligus memberikan impresi lain pada karya seni rupa, yang bertolak dari kentrung. Alhasil, pada ‘Pasar Kentrung’ instalasi kentrung tampil dalam bermacam bentuk, tetapi satu hal yang tidak bisa dilupakan oleh kreatornya adalah senar atau kawat sabagai tanda dari kentrung. Sehingga, meski bentuk kentrungnya berupa truk misalnya, ada deretan senar, yang diganti dengan karet misalnya, sebagai untuk menunjukkan sebuah kentrung.
Banyak kentrung yang wujudnya dikenali sebagai kentrung atau gitar, tetapi dimodifikasi sehingga tak ubahnya seperti patung berbentuk kentrung atau gitar, dan tidak disertakan pemetiknya, melainkan dipakai untuk menuangkan ide seni lukis. Kentrung-kentrung bergambar bertaburan di Bentara Budaya Yogyakarta dan bukan untuk dimainkan, melainkan untuk ‘dipajang’. Orang boleh melihat, tetapi tidak bisa memetiknya.
Dari bermacam bentuk kentruang serta visual yang digoreskan pada kentrung, kita bisa melihat betapa bergairahnya para perupa untuk berkaryapada kentrung. Nasirun tidak ketinggalan untuk ambil bagian dengan menyajikan kentrung ‘asli’ yang tidak menyertakan pemetiknya, dan pada tubuh kentrung diberi gambar-gambar: Nasirun melukis menggunakan media kentrung, seperti apa yang dilakukan Djoko Pekik.
Melihat ‘Pasar Kencrung’ setidaknya kita bisa tahu, bahwa karya lukis bisa menggunakan banyak media, tidak hanya kanvas. Pameran ini, barangkali, sekaligus untuk memberi tahu publik, bahwa perkembangan karya seni sekarang sering mengejutkan orang yang melihatnya. Mengejutkan sekaligus membingungkan.
Tetapi pada ‘Pasar Kencrung’ kita bisa melihat, bahwa kentrung bisa memiliki bermacam bentuk dan fungsinya tidak seperti yang kita kenali selama ini: dimainkan. Kentrung, pada pameran ini adalah bentuk karya seni rupa hasil kreasi dari para perupa yang suka usil, atau setidaknya ‘diajak’ usil oleh Bentara Budaya Yogyakarta yang sedang memperingati ulang tahunnya yang jatuh pada tanggal 26 September.
Atau paling tidak kita bisa tahu, bahwa para perupa perlu diberi kondisioning untuk mengubah konvensi, sehingga ruang kreatifnya bisa berdenyut. Upaya ‘menghadirkan’ kentrung sebagai karya seni rupa, kiranya sudah diawali dengan kondisioning pertunjukkan kentrung beberapa kali, termasuk pertunjukan ‘Beras Kencrung’ yang pernah dilakukan di titik nol beberapa waktu lalu.
Rupanya, menyadari bahwa kentrung tidak hanya dibunyikan, melainkan bisa dihadirkan sebagai karya seni rupa, maka diselenggarakan pameran ‘Pasar Kencrung’ sekaligus untuk mengawali ulang tahun Bentara Budaya Yogyakarta
Pameran ‘Pasar Kencrung’ ini berlangsung selama 6 hari dan pembukaannya dilakukan Sabtu (6/9) lalu. Pameran akan berakhir pada 15 September 2011.
Ons Untoro
Artikel Lainnya :
- PAPAN PETUNJUK MENUJU KOTA-KOTA LUAR NEGERI DI JOGJA(19/10)
- SaUnine String Orchestra Membuai Bandung(18/09)
- GEDUNG DPRD MALIOBORO TAHUN 1950(17/10)
- JUDUL BUKU(11/03)
- Capturing batik’s stories(12/11)
- BASIS(12/01)
- JEMBATAN BARU KARANGJATI-POGUNG ITU TELAH SELESAI DIBANGUN(11/02)
- JALAN TRIKORA TAHUN 1935(16/02)
- KREATIVITAS UNTUK ATASI SAMPAH(27/06)
- PERLAKUAN TERHADAP PADI DI MASA LALU(12/11)
![Bale Inap](https://tembi.net/assets/box-baleinap.jpg)
![Bale Dokumentasi](https://tembi.net/assets/box-baledokumentasi.jpg)
![Bale Karya](https://tembi.net/assets/box-balekarya.jpg)
![Bale Rupa](https://tembi.net/assets/box-balerupa.jpg)
![Yogyakarta](https://tembi.net/assets/yogyakarta.jpg)