- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Berita-budaya»JOGJA DAN SEPEDA
10 Oct 2011 06:59:00Predikat kota sepeda memang tidak lagi melekat di tubuh Jogja. Karena kota ini, sama dengan kota-kota lain di Indonesia, penuh sepeda motor dan mobil. Lalu lintasnya padat dan ruang Jogja tidak lebar. Jadi, penambahan kendaraan bermotor semakin membuat Jogja tidak berbeda dengan kota-kota lain: lalu lintasnya sesak.
Namun bukan berarti Jogja tidak ada sepeda, Ada sejumlah komunitas penggemar sepeda, dengan berbagai macam nama. Komunitas sepeda di Yogya inilah yang mendorong jalan utama Jogja memberi ruang untuk sepeda.
Maka, Kamis (6/10) lalu di Jogja ada satu kegiatan budaya yang disebut sebagai ‘Jogja Night Ride 2011’. Kawasan jalan Mangkubumi yang membentang dari Tugu sampai ke selatan pas pada titik stasiun Kereta api pada Kamis itu hanya diperuntukkan bagi sepeda. Kendaraan lainnya, yang bukan sepeda diminta melawati jalur lambat. Jadi, pada kamis malam sepeda onthel ‘memadati’ kawasan jalan Mangkubumi.
Jogja, kotanya memang kecil. Mudah sekali dijangkau kendaaraan non mesin. Hanya saja, pemakai jalan di Yogya kebanyakan tinggalnya tidak di tengah kota, melainkan dipinggiran, sehingga untuk naik sepeda dari rumahnya menuju lokasi kerja tidak memungkinkan. Artinya pekerja tersebut menghindari naik sepeda onthel demi pekerjaan yang lokasinya jauh dari tempat tinggalnya.
Kita tahu, Jogja bukan lagi kota sepeda. Warga Jogja banyak yang ‘meninggalkan’ sepeda dan beralih ke kendaraan bermesin. Bukan warga Jogja tidak lagi mau bersepeda, mobilitasnya yang menuntut untuk tidak menggunakan sepeda. Hanya saja, pada hari-hari terntu, untuk kepentingan olah raga, warga Jogja ada yang mengendarai sepeda. Karena bukan lagi kota sepeda, tidak ada kawasan khusus untuk sepeda.
Hanya saja, kegiatan yang menamakan ‘Jogja Night Ride 2011’ dan menutup jalan Mangkubumi, yang ada di tengah kota Jogja sebagai jalur sepeda, agaknya merupakan representasi pada Jogja masa lalu. Memang, tak ada lagi kawasan pedestrian di Jogja. Semua jalan sudah dipenuhi kendaraan bermotor. Sebenarnya, ada baiknya membuat satu kawasan hanya boleh dilalui sepeda dan pejalan kaki, dalam jarak 1 km misalnya. Atau dari kawasan Tugu sampai titik nol kilometer, hanya boleh dilewati sepeda dan pejalan kaki, umpamanya khusus pada hari minggu. Rasanya, cara seperti ini akan menarik bagi wisatawan, namun mungkin merugikan bagi pedagang yang ada di kawasan sepanjang Tugu sampai titik nol kilometer.
Pada acara ‘Jogja Night Ride 2011’ putri Sri Sultan HB X, GKR Bendara bersama calon suaminya, KPH Yudanegara ikut mengendari sepeda, setidaknya bisa memberi semangat para komunitas sepeda untuk ‘memperjuangkan’ kawasan bebas kendaraan bermotor di Jogja. Dalam acara ini, karena sekaligus untuk memperingati ulang tahun kota Jogja ke 255, Walikota Jogja, yang popular dipanggil kang Hery, ikut naik sepeda bersama putri Sri Sultan HB X.
Pastilah, kawasan khusus sepeda dan pejalan kaki akan mendapat tanggapan yang berbeda . Ada yang setuju dan ada yang menolak. Rasanya, bagus juga dalam satiap minggu, khususnya pada hari minggu, dari pagi sampai sore ada kawasan khusus untuk sepeda onthel dan pejalan kaki. Hanya setiap hari minggu, tak lain sebagai hari libur.
Pilihan kawasan sepeda dan pejalan kaki mingguan, sebut saja begitu, kiranya bisa dipilih dari Tugu sampai titik nol kilometer. Atau kalau tidak, hanya sepanjang kawasan Malioboro sampai titik nol kilometer, setiap hari minggu bebas dari kendaraan bermotor. Malam hari, kendaraan boleh melwati jalan ini. Rasanya, kalau sudah terbiasa tidak akan nada complain, malah mungkin bisa menerima dan meminta untuk diperpanjang waktunya.
Tentu saja, ada implikasinya dikawasan lain, karena lalu lintas dialihkan ke kawasan lain, agar tidak ‘memasuki’ kawasan bebas kendaraan bermotor. Namun, anggap saja, kebijakan ‘kawasan sepeda’ ini, sekaligus mendidik warga Jogja untuk tidak menggunakan kendaraan bermesin memasuki kawasan malioboro.
Jogja dan sepeda, tampaknya sulit dipisahkan, meski jalan-jalan di Jogja tidak lagi memberi ruang untuk sepeda. Karena itu, ada baiknya memberi ruang pada sepeda untuk melintasi jalan-jalan di Jogja tanpa diganggu kendaraan lain.
Ons Untoro
Artikel Lainnya :
- BANGUNAN BARAK PENGUNGSIAN YANG MERANA(03/08)
- Suket Godhong Dadi Rowang (Rewang)(22/01)
- Dolanan Boy-Boy-an-1 (Permainan Anak Tradisional-82)(29/05)
- Katalog Pameran 3 (22/02)
- 11 Mei 2010, Kabar Anyar - KEBUDAYAAN DAN POSTER(11/05)
- Cara Mandi Wanita Jawa Tahun 1920(06/03)
- 26 Februari 2011, Kabar Anyar - ADEGAN SARESMI DALAM SERAT CENTHINI(26/02)
- SELAMAT JALAN, BUNG ROSIHAN(18/04)
- JUDUL BUKU(22/07)
- 12 Oktober 2010, Ensiklopedi - DOLANAN MACANAN(12/10)