Dolanan Boy-Boy-an-1
(Permainan Anak Tradisional-82)

Dolanan Boy-Boy-an-1

Menengok dari namanya, dolanan ini seolah-olah berasal dari asing. Boy dalam bahasa Inggris berarti anak laki-laki. Mungkinkah dolanan ini berasal dari Inggris. Sulit untuk melacaknya. Yang jelas, bagi masyarakat Jawa, khususnya bagi anak-anak, dolanan ini sudah tidak asing lagi bagi dunia permainannya. Bahkan sudah dikenal sejak sebelum tahun 1980-an. Beberapa nara sumber kelahiran tahun 1970-an pernah diwawancarai penulis, bahwa mereka saat kecil sudah mengenal dolanan ini. Bisa jadi pula, ada nama lain untuk jenis dolanan ini.

Menilik namanya, dolanan ini lebih dominan dimainkan oleh anak laki-laki, karena dolanan ini mengandung unsur ketangkasan dan kegesitan. Namun begitu, anak perempuan juga kadang-kadang ikut bermain dan bergabung dalam permainan ini. Kadang-kadang dolanan ini dimainkan secara campuran, antara anak laki-laki dengan perempuan. Mereka biasanya berumur 8—12 tahun, karena sudah dianggap mampu bermain dengan baik. Boy-boy-an biasa dimainkan dengan berkelompok, antara 4—8 orang. Semakin banyak peserta semakin baik dan dolanan bisa semakin seru.

Tempat yang biasa dipakai bermain adalah tanah lapang yang rata dan bukan berumput. Bisa jadi halaman kebun yang masih banyak tanah atau halaman olahraga yang sudah bersemen. Dolanan ini seringkali dimainkan pada waktu terang, bisa pagi, siang, dan sore. Sangat jarang dimainkan pada malam hari kecuali bulan purnama. Itu pun halaman tempat bermain tidak boleh terhalang oleh rimbunnya pepohonan. Selain tanah lapang yang luas, dolanan ini juga membutuhkan peralatan lain, seperti pecahan Tembikar (bahasa Jawa: kreweng) dan bola kecil.

Pecahan Tembikar bisa berasal dari pecahan genting, pecahan tempayan, cobek, dan sejenisnya. Pecahan Tembikar berjumlah sekitar 10 buah dengan bentuk persegi atau bujur sangkar tak beraturan dengan sisi antara 5—10 cm. Pecahan Tembikar nantinya disusun seperti piramida. Jadi, pecahan Tembikar yang besar terletak di bagian bawah, dan semakin ke atas berukuran semakin kecil. Sementara bola kecil, bisa berujud bola kasti, bola tenis, bola plastik kecil, atau bola buatan sendiri yang terbuat dari gumpalan kertas, kain, janur, dan sebagainya. Yang penting berbentuk bulat dengan diameter antara 5—10 cm. Jika tidak ada bisa digantikan bola jenis lainnya yang agak besar. Cuma, nantinya pemain dadi agak kesulitan melemparkan bolanya.

bersambung

Suwandi

Sumber buku “33 Permainan Tradisional yang Mendidik, Dani Wardani, 2010, Yogyakarta: Cakrawala; informan: Slamet (38) dan Retno (29), karyawan Tembi; Pengamatan dan Pengalaman Pribadi




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta