Tembi

Makanyuk»WARUNG SATE GULE MBAH MARGO, NANGGULAN, KULON PROGO, PELOPOR PERSATEAN DAN PERGULEAN DI WILAYAH NANGGULAN

02 Mar 2009 07:13:00

Makan yuk ..!

WARUNG SATE GULE MBAH MARGO, NANGGULAN, KULON PROGO:
PELOPOR PERSATEAN DAN PERGULEAN DI WILAYAH NANGGULAN

Ada begitu banyak warung atau Rumah makan dengan spesialisasi menunya sate-tongseng dan gule. Dari sekian warung sate dan gule itu masing-masing memiliki rasa atau taste bumbu yang berbeda. Demikian juga besar kecilnya irisan daging, tingkat kekentalan kuah, asal daging, hingga cara memasaknya.

Di kawasan Kulon Progo, tepatnya di Dusun Boto, Kalurahan Kembang, Kecamatan Nanggulan, Kulon Progo terdapat sebuah warung sate-gule yang terkenal di kecamatan ini. Nama warung tersebut adalah Warung Sate Mbah Margo. Lokasi ini kalau dari arah Yogyakarta dapat ditempuh melalui Jl. Diponegoro-Pingit-Jl. Godean-Jembatan Ngapak-Perempatan Nanggulan-ke kanan. Ikuti jalan Nanggulan-Muntilan. Sekitar 400 meter dari perempatan Nanggulan pada sisi kanan jalan akan kita temukan warung ini.

Kepopuleran Warung Sate Mbah Margo ini setidaknya telah mengundang banyak tokoh untuk mampir ke warung ini. Setidaknya Bupati Kulon Progo, H. Toyo S. Dipo bersama jajarannya sering mampir ke warung ini. Demikian pula GBPH. Probokusumo dan GBPH. Joyokusumo sering mampir atau bahkan nglegakake ’menyempatkan diri’ mengunjungi warung ini untuk menikmati hidangan sate dan tongsengnya. Demikian tutur MbahMargo (87) selaku pemilik warung makan ini kepada Tembi, 25 Februari 2009 lalu.

Bagi lidah Tembi tongseng dari warung ini terasa kurang kuat rasa bumbunya. Boleh dibilang masih kurang nendang bumbunya. Irisan dagingnya memang relatif lebih besar dari tongseng-tongseng yang pernah dikunjungi Tembi. Paduan rasa garam dan gulanya kurang sedikit kuat. Untuk rasa gurihnya boleh dibilang cukup. Keempukan dagingnya dapat dikatakan maknyuss. Aroma dari bumbu rempah-rempahnya masih kurang menggigit.

Demikian pun untuk menu gulenya. Paduan rasa manis dan asin dari gule juga masih kurang kuat. Untuk rasa gurihnya sudah bagus. Demikian kekentalan kuah dari santannya juga cukup bagus. Aroma bumbu rempahnya juga masih kurang kuat. Keempukan dagingnya juga demikian bagus. Irisannya pun cukup besar. Barangkali spesialisasi dari warung ini memang pada kadar bumbunya yang agak ringan. Belum pada tataran yang dapat dibilang nyamleng.

Nasi yang disajikan di warung ini bukan berasal dari beras sembarangan. Namun beras jenis unggul, yakni menthik wangi. Rasanya memang enak. Pulen dan tidak cepat membuat kenyang atau bosan. Ketika butiran nasi pulen ini dikunyah bersama dengansate, gule, atau tongsengnya terasa begitu nikmat. Ada rasa agak-agak manis dari nasi pulen menthik wangi ini. Hanya saja memasaknya masih agak akas ’kering’ kurang sedikit lunak.

Satu kelebihan dari warung ini adalah pelayanannya yang cepat. Selama Tembi mengunjungi warung-warung makan sate gule, belum pernah ada pelayanan yang secepat Warung Sate Gule Mbah Margo. Selamat untuk pelayanannya yang cepat, ramah, dan mengesankan profesionalisme yang bagus.

Warung Sate Gule Mbah Margo ini bukan warung yang berdiri kemarin sore. Mbah Margo bersama almarhum suaminya telah merintis warung satu gule ini sejak tahun 1949-an. Dulu ia merintis warungnya di daerah Klajuran,Godean, Sleman. Baru pada tahun 1965 Mbah Margo pindah dan menetap di Boto, Kembang, Nanggulan, Kulon Progo ini.

Pada waktu merintis warungnya, warung Mbah Margo belum selaris atau seramai sekarang. Dulu daging dari satu ekor kambing baru bisa habis dalam 2-3 hari. Kini Warung Sate Gule Mbah Margo bisa menghabiskan daging dari tiga ekor kambing dalam satu hari. Warung ini mulai buka jam 08.00-21.00 WIB.

Sejak awal mula Mbah Margo memilih daging domba, bukan daging kambing. Menurut Mbah Margo aroma daging domba (wedhus gembel) tidak terlalu prengus dibandingkan kambing (wedhus jawa). Itulah sebabnya maka ia memilih domba sekalipun rasa daging kambing konon lebih manis dan gurih dibandingkan daging domba.

Usaha persatean dan pergulean Mbah Margo ini ditempuh karena dulu pasca Clash II suami Mbah Margo tidak memiliki pekerjaan. Oleh karena itu, selepas bergerilya Mbah Margo membuka usaha warung sate dan gule. Akhirnya usaha ini berjalan baik dan berkembang. Ketika suami Mbah Margo meninggal, maka usaha ini diteruskan oleh Mbah Margo yang kini memiliki 7 orang karyawan. Warung ini telah membuka cabangnya di sebelah utara Terminal Kenteng, Nanggulan, Kulon Progo.

Tampaknya untuk wilayah Nanggulan, Warung Sate Gule Mbah Margo masih menjadi pemimpinnya. Selamat, semoga terus meningkat.

teks dan foto: a. sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta