Tembi

Bale-dokumentasi-resensi-buku»Stasiun Tugu dan Cerita Ringan lainnya

04 Feb 2009 12:02:00

Perpustakaan

Judul : Stasiun Tugu dan Cerita Ringan lainnya
Penulis : Suryo S. Negoro
Penerbit : CV Buana Raya, 2000, Surakarta
Bahasa : Indonesia
Jumlah halaman : vi + 186
Ringkasan isi :

Buku ini memang terasa ringan untuk dibaca, tetapi berisi banyak ajaran-ajaran tentang bagaimana sebaiknya manusia menyikapi hidup dan kehidupan. Buku ini ditulis berdasarkan pengalaman hidup penulisnya sendiri (Suryo S. Negoro) dari kecil hingga mempunyai cucu.

Dalam hidupnya tiap-tiap orang tentu mempunyai satu siklus kehidupan yang kelihatannya ada dua sisi pokok, satu siklus kehidupan yang umum sama-sama dimiliki semua orang, yang satunya garis hidup masing-masing pribadi. Yang kebanyakan dibicarakan adalah yang kedua, misal si A hidupnya kaya, si B miskin dan lain-lain. Yang pertama kurang dibicarakan, padahal sisi inilah yang menjadi inti dan rahasia hidup. Fakta memang tak terbantahkan ada susah ada senang, ada kaya ada miskin. Bagi orang bijak yang mengerti rahasia hidup, mereka menjalani “hidup merdeka” lahir batin dalam kesadaran, kejujuran dan kebenaran. Orang akan selalu ingat asal-usulnya (eling marang asale). Di sini tidak sekedar ingat ayah ibu serta tempat lahir dan tinggalnya, tetapi juga mengerti tindakan yang baik dan benar. Dan yang jelas harus ingat Tuhan sang Pemberi hidup, sehingga selalu di jalan yang benar.

Sebagai orang tua, orang tua wajib mendewasakan anak dengan budi luhur supaya si anak tidak egois dan serakah. Caranya dengan teladan hidup dan selalu berdoa mohon kepada Tuhan. Mereka harus disiapkan dengan bijak agar selalu bisa bekerja sama dan sekaligus berkompetisi dalam menjalani hidup. Manusia hidup di dunia ini yang baik adalah saling menghormati. Saling menghormati ini terpulang kembali kepada nurani setiap pelaku. Dalam pergaulan juga jangan membedakan-bedakan, bergaul dan bertemanlah dengan siapa saja secara wajar, sebab manusia itu di hadapan Tuhan sama. Karena manusia yang berlandaskan nalar sehat, berbudi pekerti, beriman suci satu saat nanti hanya akan mencari hidup sejati yang asal dan tujuannya satu dan sama. Penghayatan inilah yang bisa membawa ketentraman dan kebahagiaan hidup.

Dalam hidup berkeluarga mempunyai keturunan adalah salah satu keinginan yang tidak bisa diingkari. Bila diberi momongan kita harus bersyukur, karena berarti kita dipercaya untuk meneruskan hidup dan kehidupan di dunia ini atas namaNya. Hal ini membawa konsekuensi yang tidak mudah karena sebagai orang tua harus dapat mendidik dan mengarahkan anak ke jalan yang benar.

Dalam buku ini penulis (Suryo S. Negoro) juga menyebutkan bahwa ia yang lahir dan hidup di lingkungan kebudayaan Jawa, mempelajari berbagai kesenian Jawa (tari dan pencak silat) sejak kecil. Juga menggemari wayang dan cerita-cerita rakyat. Berbagai macam kesenian tersebut bila dipelajari sungguh-sungguh akan terdapat nilai-nilai dan ajaran-ajaran yang berguna dalam kehidupan. Misal wayang, wayang adalah gambaran kehidupan manusia, di situ digambarkan pertentangan antara yang benar dan yang salah, antara kebaikan dan keburukan, di mana kebenaran dan kebaikan akhirnya menang. Dan hal ini terjadi terus-menerus selama manusia masih hidup di dunia. Baratayuda adalah gambaran mengenai hal tersebut.

Keadaan tenteram memang dapat terwujud kalau idealnya semua orang baik hati, baik dan benar dalam tindakan, berani dan tegas terhadap diri sendiri. Untuk itu seseorang harus dapat bersikap sabar, nrima (mensyukuri apa yang didapat), legawa/ikhlas, rila/tidak iri hati, eling (tahu yang benar dan salah), anoraga/rendah hati, santosa (menghindari perbuatan tidak baik), gumbira (gembira karena bisa melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan), rahayu (selalu berniat baik), wilujeng (selalu menjaga keselamatan), ngurang-ngurani/hidup sederhana, bisa mengendalikan nafsu, bersikap tridarma (bisa menjadi penerang, berusaha adil dan bijak, berbuat baik dan bertanggung jawab), selalu berbuat mulia (tidak menyakiti orang lain, menyiksa binatang), berusaha selalu menambah ilmu pengetahuan dan selalu mengagungkan Tuhan.

Sebenarnya dengan hati tentram dan pikiran jernih, orang akan selalu ingat bahwa manusia itu sumbernya sama, dititahkan hidup di dunia sesuai kodratnya masing-masing, berbuat dengan baik dan benar di bidang apapun dan di manapun. Orang dewasa akan dipandang baik kehidupannya bila telah mempunyai wisma (tempat tinggal yang diperlukan), wanita/pria (istri/suami, jadi telah berumah tangga), kukila (burung, di sini diartikan hobi yang sehat dan menyenangkan), turangga (kuda = dulu merupakan hewan tunggangan, artinya alat transportasi/kendaraan, turangga juga bisa diartikan kendaraan dalam mengarungi hidup), curiga (keris, artinya senjata tajam, mengandung makna ketajaman berfikir).

Teks : Kusalamani




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta