Tembi

Makanyuk»MAKANAN RUMAHAN BU MUR

07 Sep 2009 09:09:00

Makan yuk ..!

MAKANAN RUMAHAN BU MUR

Warung makan Bu Mur di Jalan Mangkuyudan nyaris tak pernah sepi. Variasi menu makanannya juga ”ramai” dengan rasa standar. Kekhasan warung ini adalah makanan rumahan dengan pilihan yang amat beragam.

Warung yang dirintis Bu Muryati (55 tahun) ini menyediakan berbagai sayur kering dan basah. Mulai dari trancam sampai brongkos, lodeh, asem, sop, dan lain-lain. Lauknya mulai dari ayam yang diolah beragam hingga ikan, telur dan tahu tempe. Ditambah lagi aneka pepes. Sedangkan nasinya terdiri dari nasi putih dan nasi merah.

Bu Mur mungkin tidak menyangka bahwa warung makannya akan tumbuh pesat seperti sekarang. Menurut Rini, putri sulungnya, warung ini dimulai dari warung kecil di bilangan Suryodiningratan pada tahun 1992.

Saat itu warungnya sudah memfokuskan pada makanan rumahan. Tenaganya hanya Pak dan Bu Mur, dibantu anak-anaknya. Selain warung makan, mereka juga membuka jasa catering bagi anak-anak kos di sekitar kawasan itu. Ada sekitar 200 orang yang berlangganan catering Bu Mur. Pembeli dan pelanggan cateringnya rata-rata mahasiswa. Namun roda usaha yang sudah berputar akhirnya mandek. Banyak dari pelanggan catering tidak membayar, ditambah lagi sejumlah pelanggan warung yang ngemplang utang. Bisa dkatakan, warung ini bangkrut pada sekitar 1994. Untuk sekian lama mereka tidak berjualan.

Tapi panggilan takdir tak dapat ditolak. Warung makan adalah jalan usaha Bu Mur. Pada sekitar tahun 1998 Bu Mur sekeluarga kembali ke bisnis ini. Dengan modalterbatas, warungnya mirip angkringan, berupa gerobak yang dilengkapi tikar lesehan, tapi dengan menu makanan rumahan. Setiap hari mereka mendorong gerobak ini dari rumah ke jalan Parangtritis. Hanya bertahan tiga minggu, mereka lalu pindah ke emperan rumah di pojok Jalan DI Panjaitan, dekat pertigaan Jalan Mangkuyudan. Di sini mereka berjualan cukup lama, sekitar 2 tahun. Pembeli berdatangan, dan sebagiannya menjadi pelanggan. Belajar dari pengalaman, Bu Mur melarang pembelinya berutang. Roda kembali konstan berputar. Tapi akhirnya pada tahun 2000 mereka memilih hengkang akibat gangguan preman.

Bu Mur lantas membuka warung makan di rumah kontrakan di Jalan Mangkuyudan No 2, depan Hotel Ruba Graha, tidak jauh dari lokasi lama. Pelanggannya tetap setia bertandang. Pembeli-pembeli baru berdatangan. Kebanyakan pembelinya adalah karyawan. Menu makanannya makin komplit, pilihan menu kian banyak. Termasuk belakangan adalah mi baso, soto betawi dan tongseng. Juga aneka jus. Omsetnya sekarang, kata Rini, sekitar 4-5 juta rupiah per hari.

Pada tahun 2001, Bu Mur kembali membuka usaha catering, yang juga terus berkembang. Pemesannya beragam, termasuk dari Pemerintah Daerah. Cateringnya juga menjalin kerja sama dengan sejumlah travel. Karyawan Bu Mur mengantar pesanan ke sejumlah lokasi pariwisata sesuai permintaan biro perjalanan. Ke kawasan Kraton, Prambanan, Borobudur, bahkan pernah sampai ke Tawangmangu, Solo. Menurut Rini, pihaknya sanggup menyediakan catering acara pernikahan untuk 4.000 orang. Bahkan mereka pernah menyediakan catering untuk 6.000 orang pada saat Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan sikapnya terkait pemilihan presiden di alun-alun tahun ini.

Jumlah karyawan warung Bu Mur kini 26 orang, ditambah ketiga putri Bu Mur, yakni Rini, Anna dan Elly. Meski demikian Bu Mur tetap sebagai tonggak. Sejak subuh ia meracik bumbu-bumbunya. Barangkali karena didasari kecintaan memasak, ia pun kerap ikut terlibat di dapur seharian. Warungnya buka sejak jam 5 pagi hingga jam 7 malam.

Setelah lebaran nanti, warung ini pindah sekitar 100 meter dari Jalan Mangkuyudan No 2 ke No 17. Tidak sekadar pindah lokasi, tapi juga dari rumah kontrakan ke rumah milik sendiri.

a. barata




Artikel Lainnya :


Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta