DOLANAN DEKEPAN-2
(PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-63)
Pemain A dan C sebagai pemain menang/mentas segera menelusupkan kecik-kecik yang dipegang ke dalam gundukan tanah mulai dari satu ujung ke ujung lainnya, setelah pemain B dan D menutup mata. Dalam menelusupkan kecik-kecik bebas, di ujung atau di tengah, asalkan kecik-kecik tidak kelihatan. Karena dalam menelusupkan kecik-kecik itu, akhirnya gundukan menjadi rusak. Untuk itu, sebelum pemain B dan D membuka mata, tugas pemain A dan C adalah merapikan kembali gundukan tanah yang rusak. Setelah selesai, pemain A dan C mengatakan sudah selesai, sehingga pemain B dan D boleh membuka matanya.
Sekarang giliran pemain B dan D menebak letak kecik-kecik yang tersembunyi dengan cara mendekap dengan kedua tangannya. Jika dekapan tangan tepat di persembunyian kecik, berarti pemain B dan D meneruskan permainan hingga kecik-kecik dalam gundukan habis. Misalkan ada tiga kecik dalam gundukan. Maka pemain A dan C harus mendekap dan mencari semua kecik-kecik hingga tuntas. Jika setiap dekapan yang tidak dapat menemukan kecik, berarti lawan mendapat sawah atau nilai 1. Jika lawan sudah mendapat nilai 10 atau 15 (sesuai kesepakatan), berarti lawan yang menang.
Apabila ternyata dalam dekapan ke sepuluh pemain B dapat menemukan 3 kecik, berarti pemain A mendapat nilai 7 dan giliran pemain B yang bermain. Demikian pula apabila pemain D dalam dekepan ke tujuh bisa menemukan 3 kecik, berarti pemain C hanya mendapat 4 sawah, namun pemain D mendapat giliran bermain. Bisa pula, apabila dalam mencari kecik seorang pemain kalah tidak ketemu-ketemu, bisa dibantu oleh pemain 1 kelompoknya, asalkan seorang pemain tersebut telah menyerah atau frustrasi.
Permainan dilanjutkan ke tahap berikutnya apabila dua orang dalam satu kelompok sama-sama sudah kalah. Jika kedudukan satu sama satu, maka permainan bisa dilanjutkan hingga ada salah satu kelompok yang semua anggotanya kalah semua. Apabila ternyata, misalkan kelompok pemain A dan C kalah, berarti pemain B dan D justru berhak menghukum pemain A dan C. Caranya menghukum, pemain A dan C diminta menengadahkan kedua tangan yang disatukan. Kemudian, pemain B mengisikan tanah bercampur kecik mainan ke tangan pemain A sebanyak-banyaknya hingga tumpah. Demikian pula pemain D melakukan hal yang sama kepada pemain B.
Permainan dilanjutkan dengan pemain B dan D menutup mata pemain kalah dengan kedua tangan kepada pemain A dan C. Pemain B menutup mata pemain A yang telah membawa tanah bercampur kecik. Begitu pula pemain D terhadap pemain C. Sambil ditutup matanya oleh kedua tangan B, pemain A berjalan pelan-pelan sambil memiringkan tangannya sehingga tanah bercampur kecik yang ada di tangannya sedikit demi sedikit tumpah. Begitu pula yang dilakukan oleh pemain D terhadap pemain C. Saat berjalan itulah, pemain menang dan juga anak-anak penonton lainnya menyanyikan lagu dengan syair: “Dha ngguwang kucing gering” yang artinya “mari membuang kucing sakit”. Syair itu tanpa diiringi lagu dan dinyanyikan berulang-ulang hingga tanah dan kecik yang ada di tangan pemain A dan C habis.
Saat kecik bercampur tanah jatuh ke tanah, maka pemain menang atau bisa juga dibantu penonton menutupi kecik-kecik dengan tanah sehingga tidak kelihatan. Sedapat mungkin saat menutupi kecik-kecik yang jatuh tidak meninggalkan bekas, sehingga diharapkan pemain dadi, yakni pemain A dan C sulit nantinya mencari kecik-kecik yang ditutupi tanah tersebut. Setelah berjalan agak jauh, serta tanah bercampur kecik sudah habis di tangannya, maka langkah berjalan dihentikan oleh pemain-pemain menang.
Sebelum diminta kembali untuk mencari kecik-kecik yang tercecer di tanah (yang sudah ditutupi), pemain A dan C diputar-putarkan beberapa kali dengan tujuan agar pusing dan sulit mencarinya. Setelah beberapa saat, maka tugas pemain A dan C adalah mencari kecik-kecik yang terjatuh tadi hingga ketemu. Apabila pemain A dan C bisa menemukan kecik-kecik tadi, maka ia terbebas dari hukuman selanjutnya. Tetapi apabila pemain kalah tidak bisa menemukan dan menyerah, maka mereka bisa meminta bantuan kepada pemain B dan D untuk membantu menemukan tempat-tempat kecik yang ditutupi tanah itu. Permintaan kepada pemain menang ini disebut “ngundang kaum”. Dengan demikian, maka pemain kalah, yaitu pemain A dan C berhak menggendong pemain B dan D sebagai pihak pemain menang dengan jarak yang sudah disepakati, misalkan 20 meter atau lebih secara bolak-balik hingga ke tempat asal permainan. Dengan demikian permainan usai dan bisa dilanjutkan dari tahap awal.
Dolanan ini memang penuh hiburan dan melatih ketrampilan jari-jari tangan dan ketajaman penglihatan anak-anak saat bermain. Selain itu dolanan ini juga melatih anak-anak untuk bisa bersosialisasi dengan teman-teman sebaya, sehingga tidak canggung dan tidak minder. Juga dolanan ini melatih kejujuran anak-anak dan tentu saja melatih sportivitas dalam permainan.
Suwandi
Sumber: Permainan Tradisional Jawa, Sukirman Dharmamulya, dkk., 2004, Yogyakarta, Kepel Press
Artikel Lainnya :
- Bandara di Bantul dalam Ngopi Pagi(19/03)
- SAPI CONDRODIMUKO DI Tembi(22/02)
- Denmas Bekel(23/07)
- SING TLATEN BAKAL PANEN(20/12)
- Memilih Hari Untuk Minggu Depan(09/08)
- 5 April 2010, Suguhan - CETHIL, MAKANAN TRADISIONAL JOGJA(05/04)
- POMPA AIR KERETA API DI DEPAN STASIUN TUGU, MENGGUGAH KENANGAN SEJARAH PERKERETAAPIAN(08/09)
- Mutiara Wicara Jawa. Pandom Pranatacara lan Pamedharsabda(17/12)
- KEHIDUPAN DI ATAS BATU KARANG(01/01)
- DAFTAR BUKU PERPUSTAKAAN RUMAH BUDAYA Tembi(05/07)