Tembi

Yogyakarta-yogyamu»POMPA AIR KERETA API DI DEPAN STASIUN TUGU, MENGGUGAH KENANGAN SEJARAH PERKERETAAPIAN

08 Sep 2010 04:19:00

Yogyamu

POMPA AIR KERETA API DI DEPAN STASIUN TUGU:
MENGGUGAH KENANGAN SEJARAH PERKERETAAPIAN

Jika kita berjalan-jalan di depan gerbang atau pintu masuk Stasiun Tugu Jogja, maka kita akan melihat pemandangan baru, yakni monumen Pompa Air. Pompa air ini bukan pompa air seperti yang kita kenal selama ini, melainkan pompa air yang berbentuk seperti lokomotif kereta api. Banyak orang awam menduga bahwa apa yang dipajang di depan gerbang Stasiun Tugu Jogja itu memang lokomotif karena bentuknya yang benar-benar mirip dengan lokomotif.

Sebenarnya pompa air semacam itu bukan hanya terdapat di depan gerbang pintu masuk Stasiun Tugu, tetapi juga terdapat di sisi barat Stasiun Lempuyangan. Tepatnya di sisi utara-barat teteg (palang) jala kereta api. Keduanya diletakkan pada tempat yang menyolok. Artinya, tempat yang ramai dilalui orang. Harapannya tentu, agar dapat dilihat banyak orang. Dinikmati banyak orang. Dengan demikian, bagian atau penggal sejarah perkeretaapian di Jogja dan di Indonesia dapat dikenang, diingat kembali. Sebab pompa air berbentuk seperti lokomotif atau stoom itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keberadaan dan keberlangsungan hidup kereta api di masa lampau. Masa ketika kereta api masih mengandalkan tenaga uap. Ketika kereta api harus menyediakan segerbong air untuk dipanaskan dan kemudian menghasilkan uap panas sebagai daya penggerak mesin (lokomotif) kereta api. Demikian penjelasan salah satu petugas perkeretaapian Stasiun Tugu kepada Tembi belum lama.

Pompa air berbentuk seperti lokomotif atau stoom ini tugasnya adalah menyedot air dari sungai-sungai di sekitar stasiun untuk kemudian dinaikkan ke dalam tandon-tandon air. Tandon-tandon air ini umumnya juga dibuat di stasiun-stasiun, utamanya stasiun besar atau penting. Dari tandon-tandon air inilah air dimasukkan ke dalam gerbong tangki air kereta. Selanjutnya air ini akan dipanaskan di dalam ketel-ketel kemudian tekanan uap panasnya akan didayagunakan sebagai tenaga penggerak mesin lokomotif.

Pada era-era kereta api bertenaga uap itulah kita dulu sering mendengar suara menjerit dari cerobong yang berfungsi sebagai peluit juga dari kereta-kereta jenis itu. Hal ini pulalah yang mengilhami lahirnya lagu anak-anak, .... naik kereta api tut-tut-tut, siapa hendak turut ... Bunyi tut-tut-tut tersebut adalah bunyi yang diakibatkan oleh semburan atau tekanan uap yang menerobos dalam sistem lubang cerobong kereta api. Kecuali itu, kereta api jenis ini juga akan mengeluarkan banyak asap dan uap air. Sosok lokonya yang dulu hampir selalu bercat hitam dengan variasi garis/plisir merah menyebabkan sosoknya kelihatan angker, bahkan menyeramkan. Desis uapnya yang berbunyi jesss-jesss-jesss dan suara mesinnya yang cendereung agak berisik, jung-jeng-jung-jeng juga menambahkan sosoknya yang hitam kian kelihatan angker.

Era kereta api semacam itu telah berakhir. Kini kereta api berlokomotif diesel dan tenaga listrik telah menggantikan kereta api jus-jes-jus-jes. Pompa air berbentuk seperti loko atau stoom kini telah menganggur. Tugasnya telah usai. Tower atau tandon-tandon air yang dibangun diberbagai stasiun yang bertugas mengisi gerbong tangki air dapat juga dikatakan telah punah. Pompa air antik yang 99 prosen terbuat dari besi itu kini menjadi monumen yang menyimpan sejarah perkeretaapian masa lalu.

Di samping dua pompa air yang berbentuk demikian unik itu, sesungguhnya masih ada pompa air sejenis yang ditempatkan di sisi barat dari Stasiun Tugu. Tepatnya di area Batas Akhir Langsiran kereta api. Pompa air di area Batas Akhir Langsiran ini bermerk Ruston Lincoln, batan Inggris. Tidak tertera tahun berapa pompa air ini dibuat. Akan tetapi pada segel bagian belakang terdapat tulisan timbul (cetak-di dalam plat besi) yang berbunyi, “Hatsil Pemeriksaan Bahan 1961 Memuaskan.”

Sementara itu pompa air yang dipajang di depan gerbang atau pintu masuk Stasiun Tugu bermerk “Marshall Cainsborough Sons & Co.” Kecuali itu terdapat juga tulisan berbunyi,” Nederlansche Fabriek, Amsterdam 12. 65, Broutste Stoomdrukking.”

Tidak bisa dipungkiri bahwa sistem transportasi kereta api telah menapaki sejarah panjang bagi pertransportasian Indonesia dan juga Jogja. Pemajangan pompa air kuno nan antik di Stasiun Tugu maupun Lempuyangan mungkin bisa mengingatkan orang akan kenangan indah ketika pertama kali naik kereta api nun di kala itu. Pemajangan hal demikian yang diikuti juga dengan penataan keseluruhan stasiun barangkali bisa semakin meningkatkan kecintaan orang pada kereta api sekaligus pada Jogja itu sendiri.

a. sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta