Bandara di Bantul dalam Ngopi Pagi

Bandara di Bantul dalam Ngopi Pagi

Wacana tentang perpindahan bandara di DIY dari Bandara Adisutjipto masih belum usai diperbincangkan. Kapasitas bandara tersebut dinilai tidak memadai lagi karena pada prakteknya didatangi 3,1 juta penumpang per tahun sedangkan daya tampungnya 1,1 juta penumpang per tahun. Padahal potensi kunjungan ke provinsi ini jauh di atas jumlah penumpang yang datang ke bandara tersebut selama ini.

Dalam acara Ngopi Pagi Bersama Bupati, 17/3/12, di Museum Tembi Rumah Budaya, topik ini kembali diangkat. Inti pembicaraan mengenai bagaimana kalau bandara DIY berada di Bantul. Belakangan ini, Sanden --kecamatan yang termasuk Kabupaten Bantul-- memang disebut-sebut sebagai opsi lokasi bandara. Dengan demikian sejauh ini ada dua opsi. Opsi lainnya, yang disebut-sebut terlebih dulu, adalah Kecamatan Temon di Kabupaten Kulon Progo.

Bandara di Bantul dalam Ngopi Pagi

Sebagaimana Temon, Sanden yang terkenal dengan daerah wisata Samasnya terletak di dekat Samudera Hindia.. Kecamatan ini memiliki empat desa, yakni Gadingsari, Murtigading, Gadingharjo dan Srigading.

Menurut Ketua Umum Kadin Bantul Slamet Bagyo, luas lahan yang diperlukan untuk bandara sekitar 500-600 hektar, sehingga hanya dua desa yang dibutuhkan, yakni Desa Gadingsari dan Desa Gadingharjo. Sekitar tujuh puluh lima persen tanah di wilayah ini, kata Slamet, termasuk Sultan Ground sehingga proses pembebasan lahannya akan lebih mudah.

Bandara di Bantul dalam Ngopi Pagi

Anggota DPRD Bantul dari Golkar ini melontarkan kelebihan Sanden sebagai lokasi bandara, yakni tanahnya berpasir, dan lokasinya --dibanding Temon-- lebih dekat ke Kota Yogya.

Selain Slamet, hadir dalam acara ini antara lain Wakil Bupati Bantul Drs. H. Sumarno, Sekretaris Daerah Drs. Riyantono, M.Si., Komandan Kodim 0729Letkol czi Tri Ambodo, dan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Bantul Andang Kirana. Dari kalangan pengusaha hadir antara lain pemilik Piramid Caf Hans Poerwanto dan General Manager Hotel Ros In Sujarwo. Hadir pula wakil dari Bank Pembangunan Daerah (BPD) DIY cabang Bantul dan wakil dari Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi) Bantul. Semuanya menyatakan dukungan atas gagasan pemilihan lokasi bandara di Bantul. Namun disamping mendukung dan siap mengamankan, Tri Ambodo sempat mengingatkan kesiapan Bantul atas perubahan sosial sebagai efek modernisasi dari pembangunan bandara.

Bandara di Bantul dalam Ngopi Pagi

Buchori, warga Sanden yang hadir pada acara ini, menyatakan dukungannya jika bandara dibangun di wilayahnya. Asal ganti ruginya cocok, katanya yang disambut tawa para hadirin.

Pengusaha boga ini memprediksi dengan adanya bandara maka dunia usaha di wilayahnya akan meningkat. Namun ia meminta agar pemerintah menaruh perhatian kepada warga Sanden, jangan sampai mereka tergusur tanpa diakomodir. Dengan kata lain, jangan sampai warga lokal ini justru menjadi korban pembangunan bandara.

Bandara di Bantul dalam Ngopi Pagi

Sedangkan wakil dari Iwapi Bantul menyarankan agar dalam perkembangannya pemerintah tetap mengutamakan pasar tradisional agar tidak terimbas oleh pembangunan supermarket. Pembangunan hotel, menurutnya, tidak perlu yang modern bertingkat tinggi, yang penting hotel-hotel bernuansa tradisional. Demikian pula pilihan kuliner yang dikembangkan agar mengutamakan kuliner tradisional.

Acara Ngopi Pagi ini merupakan acara bulanan dengan topik pembicaraan dan tempat penyelenggaraan yang berbeda-beda. Edisi kali ini rencananya akan ditayangkan di Jogja TV pada Minggu pagi, 25/3/12.

Bandara di Bantul dalam Ngopi Pagi

barata




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta