- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Bale-dokumentasi-resensi-buku»Refleksi Budaya Jawa dalam Pemerintahan dan Pembangunan
25 Aug 2010 11:20:00Perpustakaan
Judul : Refleksi Budaya Jawa dalam Pemerintahan dan Pembangunan
Penulis : Ir. Sujamto
Penerbit : Dahara Prize,1997, Semarang
Bahasa : Indonesia
Jumlah halaman : 215
Ringkasan isi :
Kebudayaan daerah adalah merupakan unsur-unsur dari kebudayaan nasional, oleh karena itu pembinaan dan pengembangan kebudayaan daerah tetap diperlukan dalam rangka pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional bersifat terbuka, artinya mau menerima unsur-unsur kebudayaan dari luar.GBHN memberi petunjuk, di satu pihak kita perlu mengangkat nilai-nilai sosial budaya daerah yang luhur tetapi di pihak lain harus mencegah timbulnya sikap-sikap feodal dan sikap-sikap kedaerahan yang sempit. Dan di dalam pembinaan kebudayaan daerah dan nasional perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
-
Persatuan dan kesatuan bangsa
-
Kerukunan hidup beragama dan berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
-
Kreatifitas dan kebebasan yang bertanggung jawab
-
Fanatisme kelompok dan toleransi terhadap pandangan yang berbeda
-
Kesadaran dan semangat Bhinneka Tunggal Ika
-
Tradisi dan semangat pembaruan
-
Menurunnya rasa kasih terhadap sesama
-
Menguatnya semangat individualisme
-
Dampak proses globalisasi, dan lain-lain
Berbicara tentang “kebudayaan daerah di Jawa Tengah” tiada lain adalah berbicara tentang kebudayaan Jawa, karena masyarakat Jawa Tengah sebagian besar terdiri dari suku Jawa. Dalam perjalanan waktu, tiap kelompok masyarakat Jawa pasti akan membentuk corak kebudayaannya sendiri, yang berbeda dengan corak kelompok-kelompok lainnya. Esensi budaya Jawa menampakkan kecenderungan atau corak yang religius, non doktriner/non dogmatis, toleran, akomodatif dan optimistik.
Kebudayaan Jawa yang pada dasarnya momot, sejuk dan non sektaris seperti itu jelas akan menunjang semangat kegotongroyongan dan semangat kerukunan yang amat diperlukan dalam memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. Akar kebudayaan Jawa yang semacam itu telah menyatu dengan Pancasila sehingga tidak perlu ada kekhawatiran bahwa pengembangan kebudayaan daerah (Jawa) akan berdampak negatif. Salah satu aspek budaya Jawa yang potensial adalah toleransinya yang amat besar terhadap hal-hal yang berbeda serta sifatnya yang sejuk yang dilandasi oleh rasa asih ing sesami. Secara umum kebudayaan Jawa adalah salah satu aset nasional yang amat berharga dalam membentuk kebudayaan nasional menghadapi era globalisasi yang penuh kemungkinan dan tantangan.
Karena kebudayaan itu mempunyai makna dan aspek yang luas, maka pembinaan kebudayaan daerah khususnya kebudayaan Jawa, harus dapat mencakup semua aspek yang ada, yang pada pokoknya terdiri:
-
Sistem religi atau kehidupan spiritual
-
Sistem kemasyarakatan
-
Sistem ekonomi
-
Sistem politik dan pemerintahan
-
Bahasa
-
Kesenian
-
Ilmu Pengetahuan dan teknologi
-
Tradisi dan adat
-
Sejarah
Strategi Wawasan Jatidiri (SWJ) mengupayakan agar semua program dan pelaksanaan pembangunan tidak dirasakan sebagai sesuatu yang asing bagi masyarakat, tetapi sebagai sesuatu yang menyentuh kepentingannya dan dilaksanakan dengan cara yang sejalan dengan jati dirinya. Wawasan Jatidiri pada hakekatnya merupakan penjabaran Wawasan Nusantara dan Doktrin Ketahanan Nasional yang disesuaikan dengan kondisi daerah dan jatidiri masyarakat yang bersangkutan. Untuk Jawa Tengah, jatidiri masyarakat adalah kebudayaan Jawa. Sesuai dengan situasi dan kondisi Jawa Tengah serta jatidiri masyarakatnya maka SWJ memfokuskan pada tujuh jalur pendekatan dalam pelaksanaan, yaitu kepemimpinan, etos kerja, solidaritas dan kesetiakawanan sosial, seni dan budaya, arsitektur, pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi serta agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Bahasa Jawa adalah salah satu unsur dari kebudayaan Jawa yang mempunyai potensi positif dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Hal ini terutama berlaku di daerah-daerah yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan bahasa Jawa. Ada dua potensi bahasa Jawa yang perlu dimanfaatkan yaitu sebagai alat komunikasi untuk memupuk kebersamaan dan keakraban antara pemerintah dengan rakyat. Yang kedua berfungsi sebagai alat untuk mengungkapkan atau mengekspresikan nilai-nilai positif dalam budaya Jawa yang dapat membangkitkan kesadaran dan partisipasi masyarakat. Di Jawa Tengah, SWJ dengan sadar telah membuka peluang yang amat besar bagi pengembangan kebudayaan daerah sebagai jatidiri masyarakat. Namun semuanya tetap dalam kerangka pembangunan nasional karena wawasan jatidiri tidak lain adalah penjabaran wawasan Nusantara yang diselaraskan dengan jatidiri masyarakat. Dengan demikian maka pada hakekatnya SWJ adalah juga strategi penyelenggaraan pemerintah di Jawa Tengah. Penyelenggaraan pemerintah mempunyai lima aspek pokok yaitu aspek pelayanan, pengaturan, “penguasaan”, pembangunan dan pengarahan/motivasi. Dalam hal ini kedudukan aparatur pemerintah adalah sebagai pamong praja dan pamong budaya.
Adat merupakan resultan atau hasil akhir dari interaksi antara warisan budaya masa lalu dengan seluruh pengaruh yang datang dari luar, yang diramu dengan cipta, rasa dan karsa masyarakat kini. Ini berarti adat pasti mengalami perubahan. Membina adat adalah memberi motivasi secara sadar untuk mengarahkan proses perubahan menuju ke arah yang dikehendaki. Pembinaan adat, tradisi atau tatacara adalah tanggung jawab dan kewajiban pemerintah dan masyarakat yang bersangkutan. Demikian juga untuk daerah Jawa Tengah. Pembinaan tersebut menuju ke arah kondisi masyarakat yang adil dan makmur material maupun spiritual berdasarkan Pancasila. Adat Jawa harus terus-menerus dibina ke tingkat yang lebih tinggi sehingga masyarakat (Jawa) benar-benar terbebas dari kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan, terbebas dari takhayul dan gugon tuhon, bisa memilih dan memilah pengaruh asing/dari luar, sehingga teguh berakar kuat pada keaslian budayanya sendiri.
Teks : Kusalamani
Artikel Lainnya :
- Membaca Antologi Puisi di Sastra Bulan Purnama(09/07)
- 14 Juli 2010, Perpustakaan - Jawa. Bandit-bandit Pedesaan. Studi Historis 1850 – 1942(14/07)
- JUDUL BUKU(18/11)
- Bung Sultan. Bunga Rampai Esai tentang Lelaku Priyayi Jawa(02/03)
- SITUS SURUH(07/07)
- GAPURA MASJID MATARAM KOTAGEDE DI MASA LALU(15/09)
- MENIKMATI TITIK TEDUH DI KOTA JOGJA(02/11)
- Trisum Konser Album Kedua(26/02)
- Penganten(09/02)
- KAUS-KAUS MBELING DARI JOGJA(01/01)