Tembi

Berita-budaya»WORKSHOP PENGEMBANGAN PARIWISATA BUDAYA

21 Dec 2011 08:46:00

WORKSHOP PENGEMBANGAN PARIWISATA BUDAYAKegiatan pariwisata budaya pada prinsipnya adalah pemanfaatan peninggalan budaya. Perkembangan kepariwisataan telah berpengaruh besar terhadap kebudayaan, baik yang bersifat positif dan negatif. Setiap peninggalan kebudayaan memiliki konteks, berkaitan dengan dimensi waktu dan lokasi, maupun dimensi bentuk/wujud fisik tinggalan budaya. Selain itu, dimensi waktu dan bentuk tinggalan budaya berada di dalam konteks sistem budaya manusia pendukungnya. Semua dimensi itu melekat ke dalam tinggalan kebudayaan yang akhirnya menjadi sebuah ciri spesifik (atribut). Dalam pengembangan pariwisata budaya perlu memperhatikan dan menjaga adanya hubungan timbal-balik yangWORKSHOP PENGEMBANGAN PARIWISATA BUDAYAsaling berpengaruh, antara: masyarakat, pengunjung, dan industri pariwisata. Demikian antara lain gagasan yang disampaikan oleh Prof. Dr. Timbul Haryono, Guru Besar Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM dalam acara “Workshop Rencana Induk Nasional Pembangunan Kebudayaan: Pengembangan Pariwisata Budaya” yang diselenggarakan di Hotel Melia Purosani Yogyakarta hari Rabu (7/12) lalu.

Sementara itu, menurut David Sanders (International Director), pemakalah lainWORKSHOP PENGEMBANGAN PARIWISATA BUDAYAmengatakan bahwa dalam pengembangan pariwisata budaya memiliki keuntungan utama, yakni kunjungan wisatawan bisa datang sepanjang tahun, wisatawan memiliki pendidikan lebih, wisatawan tinggal lebih lama, mengeluarkan uang lebih banyak untuk ekonomi lokal, serta akan mengunggah cerita pada blog dan mendiskusikannya dengan wisatawan budaya lainnya. Selain itu, khusus keunggulan wisata budaya di Yogyakarta, menurutnya memiliki keunggulan antara lain: warisan budaya hidup, masyarakatnya dinamis, dan terkait erat dengan tradisi masa lalu. Demikian pula budaya masyarakat yang tinggal di sekitar Borobudur, memilikiWORKSHOP PENGEMBANGAN PARIWISATA BUDAYAkemiripan budaya dan gaya hidup dengan pendahulu mereka (orang-orang yang membangun Borobudur). Hal itu bisa dilihat pada relief Borobudur. Tidak seperti Coloseum di Roma, yang sejarah kunonya tercerai berai oleh zaman modern.

Walaupun begitu, Indonesia hingga antara tahun 2010—2025 nanti masih memprioritaskan penanganan isu-isu strategis internal dan dampaknya, seperti, aksesibilitas pada destinasi, rendahnya kualitas infrastruktur pendukung pariwisata, belum optimalnya dampak pengembangan pariwisata bagi masyarakat lokal, lemahnya inovasi pengembangan produk wisata, kesiapan destinasi yang belum merata, dan lainWORKSHOP PENGEMBANGAN PARIWISATA BUDAYAsebagainya. Karena itu, dapat dipastikan bahwa kekhasan dan keunikan alam dan budaya Indonesia akan tetap menjadi “produk wisata” andalan kita. Tambah Drs. Thamrin B. Bachri, M.Sc., Dosen Pascasarjana Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, pemakalah lainnya.

Kegiatan Workshop Pariwisata Budaya ini diikuti sekitar 75 peserta yang terdiri dari para pelaku seni, budaya, dan pariwisata, termasuk dari biro wisata, di Yogyakarta dan sekitarnya. Acara dibuka oleh Bapak Wardiyatmo, Sekjen Kemenbudpar. Ia berharap, bahwa dalam pengembangan pariwisata budaya, harus bisa menyejahterakan rakyat, serta harus ada keseimbangan, termasuk antara ekonomi dan budaya.

Suwandi




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta