White Shoes & The Couples Company
Mendunia di Jalur Indie
Banyak kelompok band Jakarta yang memilih untuk berjalan di jalur Indie t, biasanya mereka adalah band-band yang memiliki fans khusus atau memang benar-benar pecinta musik-musik mereka.Band-band Indie ini bukan tak mau memiliki nama besar, dikenal banyak orang dari semua kalangan masyarakat, dan menjadi band mainstream. Hanya kesempatan itu saat ini hanya berlaku untuk band-band yang dianggap produser dan label musik laku dan disukai semua kalangan masyarakat meskipun musiknya bisa dibilang serupa. Tapi siapa sangka dibalik jalur indie-nya, mereka justru mendunia dan memiliki kesempatan besar untuk memperkenalkan musik mereka ke manca negara. Sebut saja salah satunya kelompok musik yang banyak terpengaruh dengan irama retro disco yang easy listening, White Shoes & The Couples Company.
Musiknya terbilang unik, dipadu padankan dengan gaya berpakaian mereka sesuai dengan musik yang mereka usung dengan ditambah vokal yang sangat khas dari sang vokalis. Mereka adalah jebolan Institut Kesenian Jakarta, Sari pada posisi vokal & violin, Rio pada posisi gitar rythm, Saleh pada posisi gitar melodi. Sepasang suami istri dari fakultas musik, Ricky pada posisi Bass & Cello serta Mela pada posisi Keyboard, Piano & Viola. Terakhir merekamerekrut, John Navid yang juga dari fakultas musik menduduki posisi drummer.White Shoes & The Couples Company kemudian merilis debut albumnya pada tahun 2005 lewat label Aksara Records dan didistribusikan oleh Universal Music Indonesia. Selain itu White Shoes & The Couples Company juga turut mengisi album soundtrack film “Janji Joni” dan “Berbagi Suami” produksi Kalyana Shira Film.
Kemudian mereka memulai karir mendunianya lewat kontrak dengan Minty Fresh Records, sebuah label rekaman dari Chicago, Amerika Serikat. White Shoes & The Couples Company bersama Minty Fresh sepakat merilis album pertama mereka di lima wilayah, Amerika Serikat, Mexico, Kanada, Australia dan Jepang. Mereka sepatutnya bangga karena artis-artis yang tergabung dalam label ini antara lain, The Cardigans, Tahiti 80, Veruca Salt, Liz Phair, dan masih banyak lagi. Tak cukup sampai disitu band ini kemudian menghiasi album kompilasi band-band indie dan alternative di wilayah Asia Tenggara, bertajuk SEA (South East Asian) Absolute Indie yang dikurasi oleh promotor yang berasal dari Hongkong, Filipina, Taiwan, Malaysia. Thailand, Vietnam dan Singapura.
Apa yang kurang dari mereka sebagai musisi tanah air, mereka membanggakan Indonesia dengan membawa nama Indonesia ke mancanegara lewat musik, dari sisi kualitas musik, mereka tak perlu diragukan. Memang pernah ada label rekaman yang coba menawari mereka untuk bergabung namun, ditolak dengan halus karena dalam berkarya, mereka tak mau disamakan apalagi disetir demi kepentingan-kepentingan tertentu. “Dalam menciptakan karya kami tidak boleh terkekang, biarkan kami bebas memainkan idealisme kami dalam bermusik, “ begitu kata Sari sang vokalis. Musik mereka memang tak lazim di pasar Indonesia, namun tekad mereka untuk terus berkarya dan memberi warna musik lain untuk tanah air tidak akan pernah berhenti.
Temen nan yuk ..!
Natalia S.
Foto2: berbagai sumber
Artikel Lainnya :
- SUMUR KASATAN BANYU(07/06)
- Memilih Hari Untuk Minggu Depan(26/04)
- 2 Nopember 2010, Bothekan - KETIBAN AWU ANGET(02/11)
- 6 Agustus 2010, Figur Wayang - Derita Tidak Berhenti(06/08)
- 26 April 2010, Klangenan - HARI-HARI PANAS DI JOGJA(26/04)
- Raden Saleh Perjalanan Hidup Dan Karya(20/06)
- JEMBATAN KALI SERANG, KULON PROGO TAHUN 1925(03/08)
Ringin Kurung Alun-Alun Utara tahun 1920(17/10) - 19 Agustus 2010, Primbon - Mengenali Watak Dasar(19/08)
- Denmas Bekel(02/02)