Tembi

Jaringan-museum»JEJAK RUMAH PENINGGALAN KI HADJAR DEWANTARA

01 Oct 2011 06:32:00

JEJAK RUMAH PENINGGALAN KI HADJAR DEWANTARABangunan kecil dan sederhana bekas kediaman Ki Hadjar Dewantara (KHD) yang sekarang dijadikan Museum Dewantara Kirti Griya (DKG) Tamansiswa itu sekarang kelihatan lebih bagus dan bersih, setelah dilakukan renovasi selama tiga bulan (24 Mei—20 Agustus 2011). Renovasi dilakukan oleh Seksi Purbakala Bidang Sejarah Purbakala dan Museum Dinas Kebudayaan DI. Yogyakarta, karena museum tersebut termasuk salah satu bangunan Benda Cagar Budaya yang harus dilestarikan. Sudah lebih dari 40 tahun, bangunan itu dijadikan museum yang menyimpan berbagai benda koleksi peninggalan KHD dan keluarganya, sejak diresmikan 2 Mei 1970. Namun, jauhJEJAK RUMAH PENINGGALAN KI HADJAR DEWANTARAsebelumnya bangunan itu sudah dijadikan sebagai tempat tinggal beliau.

Jika sebelum dipugar, bangunan tampak kusam catnya dan banyak bagian lain yang bocor karena gentingnya yang sudah berumur tua, sekarang hal itu sudah tidak tampak lain. Sekarang, bangunan kecil itu tampak lebih indah. Pemugaran dilakukan untuk beberapa bagian krusial, seperti penggantian genting (atap), pintu depan diganti kaca, pengelupasan plesteran, pengecatan, kamar mandi, gudang, dan perpustakaan. Dengan demikian, museum tersebut saat ini ibarat baru mempercantik diri.

JEJAK RUMAH PENINGGALAN KI HADJAR DEWANTARANamun demikian, bukan berarti koleksi juga ikut diganti. Koleksi memorial (kenangan) milik KHD tetap menjadi penghuni utama museum tersebut. Karena memang keberadaan museum tersebut dihadirkan untuk salah satunya mengenang perjuangan dan mengenang kehidupan KHD yang pernah menjadi Menteri Pendidikan RI yang pertama, sekaligus sebagai Pahlawan Nasional. Koleksi-koleksi itu ditempatkan di posisi semula, saat ketika masih dipakai oleh KHD dulu, seperti meja kursi tamu, meja kerja, tempat tidur, dan ubarampe lainnya. Di museum itu juga terpasang sebuah koleksi lukisan maestro Affandi yang diberikan kepada Majelis Luhur Tamansiswa tatkala tahun 1980-an lalu. Lukisan Affandi berjudul “Parangtritis” itu menghiasi salah satuJEJAK RUMAH PENINGGALAN KI HADJAR DEWANTARAdinding di museum setempat.

Kiranya, berkunjung ke Museum DKG Tamansiswa yang terletak di Jalan Tamansiswa 25 Yogyakarta itu, seolah-olah kembali ke kehidupan KHD dan keluarganya lebih dari 60 tahun lalu, di tengah-tengah tekanan penjajah Belanda. Hampir semua koleksi yang ada di Museum DKG merupakan koleksi peninggalan KHD, termasuk buku-buku dan naskah berbahasa Jawa, Indonesia, dan Belanda. Berkunjung ke museum ini, serasa kembali ke masa pergerakan dulu.

Semenjak renovasi, sudah beberapa rombongan pengunjung mengunjungi museum ini, salah satunya adalahJEJAK RUMAH PENINGGALAN KI HADJAR DEWANTARArombongan anggota Badan Musyawarah Musea (Barahmus) DIY yang kebetulan pada hari Jumat (23/9) lalu mengadakan senam bersama Barahmus di halaman Pendopo Tamansiswa. Senam bersama ini dilakukan secara rutin setiap bulan sekali, sebagai wadah silaturahmi angggota museum di DIY. Kebetulan pula pada acara senam tersebut, dilanjutkan dengan acara Halal Bihalal yang biasa dilaksanakan pada bulan Syawal, sebagai ajang saling memaafkan.

Hampir seluruh pengelola museum anggota Barahmus hadir dalam acara senam ini. Tidak terkecuali pula Ketua Umum Barahmus, KRT. Thomas Haryonagoro, pengurus Barahmus lainnya, danJEJAK RUMAH PENINGGALAN KI HADJAR DEWANTARAkepala-kepala museum se-DIY. Pada kesempatan itu, Ketua Umum Barahmus menyampaikan beberapa informasi penting kegiatan di museum dan Barahmus, antara lain: rencana Karnaval Museum, Pameran Museum di Amplaz Ambarrukmo, Sertifikasi Pemandu Museum, dan lainnya. Setelah senam usai, bersalam-salaman, dan ramah tamah, acara dilanjutkan berkunjung ke Museum DKG yang baru saja selesai direnovasi.

Bulan Oktober besok, acara senam Barahmus akan kembali digelar di Museum Pendidikan Indonesia UNY beralamat di Karangmalang, Catur Tunggal, Depok, Sleman, DIY, tepatnya pada hari Jumat, 28 Oktober 2011.

Suwandi




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta