DHANDHANG NGELAK
Peribahasa jawa di atas secara harfiah berarti burung gagak haus. Selain diartikan sebagai burung gagak dhandhang juga sering diartikan sebagai kapak beliung.
Burung gagak dalam tradisi masyarakat jawa dianggap sebagai pertanda buruk, lebih-lebih jika ia melintas di atas perumahan atau perkampungan. Kedatangan burung gagak yang tiba-tiba di sebuah kampung sering dianggap sebagai firasat bahwa di kampung tersebut akan timbul bencana atau kematian dari warga setempat.
Dhandhang ngelak atau burung gagak yang haus sering dianggap sebagai simbol akan niatan jahat yang muncul pada diri seseorang untuk mematikan atau membunuh orang lain. Nafsu jahat untuk mematikan orang lain ini diibaratkan gagak (yang notabene identik dengan berita kematian/bencana) yang siap atau bernafsu ”menghisap” air atau sumber kehidupan/nyawa seseorang.
Orang yang yang berhasrat atau berkehendak mematikan orang lain entah itu kematian dalam arti harfiah atau dalam arti konotatif semacam mati ekonominya, mati aksesnya, mati eksistensinya, mati langkah hidup dan pergaulan sosialnya, dan seterusnya sering dipersamakan dengan simbolisasi dhandhang ngelak. Pendeknya pepatah tersebut dapat diartikan sebagai orang yang menghendaki kematian orang lain.
a.sartono
Artikel Lainnya :
- Tempat Duduk(24/02)
- 5 April 2010, Suguhan - CETHIL, MAKANAN TRADISIONAL JOGJA(05/04)
- Sugriwa(25/11)
- Nini Thowong(02/10)
- Persilangan Jalan dan Penjual Makanan(19/12)
- JUDUL BUKU(24/08)
- 30 Agustus 2010, Suguhan - SOTO KWALI(30/08)
- MEMBURU BERKAH DARI LIMBAH PANAS PG MADUKISMO(01/01)
- Memilih Hari Untuk Minggu Depan(26/04)
- NEGERI TANPA MIMPI(22/09)