Tembi

Yogyakarta-yogyamu»MEMBURU BERKAH DARI LIMBAH PANAS PG MADUKISMO

01 Jan 2008 03:38:00

Yogyamu

MEMBURU BERKAH DARI LIMBAH PANAS PG MADUKISMO

Dua bulan terakhir (Agustus-September 2008) Bantul dihebohkan dengan adanya hembusan berita yang segera menular dari mulut ke mulut tentang khasiat dari limbah cair akibat pengolahan tebu dari Pabrik Gula Madukismo. Limbah cair yang dikeluarkan ke dalam saluran irigasi dan pada gilirannya ikut masuk ke irigasi pertanian di Bantul ini dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Entah itu penyakit kulit, encok, rematik, kram, pegal-pegal, bahkan maag, kesemutan, pening, stroke, dan sebagainya.

Kabar mengenai khasiat limbah cair bagi kesehatan ini konon berawal dari cerita dua orang luar Yogyakarta yang secara kebetulan berjalan-jalan di pinggiran saluran limbah tersebut, Mereka kemudian iseng memasukkan kaki (betis) mereka ke dalam cairan limbah pabrik gula itu. Setelah beberapa lama kedua orang itu pun pergi. Begitu mereka beranjak dari tempat pembuangan limbah itu mereka merasakan bahwa sakit rematiknya sembuh. Kabar ini segera ditularkan kepada orang sekelilingnya. Akibatnya orang pun berdatangan ke tempat pembuangan limbah cari pabrik gula Madukismo ini.

Dalam seharinya bisa ada ribuan orang datang ke tempat ini secara silih berganti. Ada yang memang hanya merendam betisnya, ada yang mengguyur seluruh tubuhnya (mandi), ada yang bahkan merendam seluruh tubuhnya. Mereka percaya dengan melakukan hal demikian penyakit yang mereka derita akan sembuh.

Perlu diketahui bahwa limbah cair hasil dari proses pengolahan tebu ini bersuhu panas (sekitar 40 derajat Celsius). Jadi memang terasa hangat di kulit atau bahkan sedikit panas. Menurut sumber setempat limbah cair ini mengandung belerang dan kapur. Kemungkinan besar kandungan inilah yang diyakini membantu penyembuhan penyakit semacam rematik, pegal, atau encok dan berbagai penyakit kulit.

Hanya saja bila diamati, limbah cair yang keluar dari dalam pabrik ini secara visual memang tidak menarik. Pertama, airnya bau. Kedua, warna airnya demikian keruh bahkan hitam. Ketiga, di dalam aliran air ini tampak banyak material yang ikut hanyut. Material yang hanyut ini dalam berbagai ukuran. Material ini mayoritas berwarna hitam atau kehitam-hitaman. Kemungkinan besar material ini adalah langes atau karbon sisa pembakaran dari dalam pabrik.

Sisi lain dari adanya fenomena ini adalah munculnya pelayan jasa dadakan seperti jasa parkir, kotak infak atau sumbangan untuk dusun, warung tiban, pedagang keliling, penyedia jasa ruang ganti baju, dan seterusnya. Semua itu diartikan sebagai rejeki atau uang. Masyarakat sekitar bisa meraup keuntungan (uang) dengan adanya fenomena ini. Lebih-lebih lagi orang yang berdatangan ke tempat ini memang tidak mengenal waktu alias 24 jam.

Lepas dari benar tidaknya khasiat air limbah ini untuk pengobatan berbagai penyakit, ternyata orang memang mudah dipengaruhi oleh berita atau sesuatu di luar dirinya. Ada perasaan penasaran dan ingin membuktikan, ada harapan untuk sembuh, ada orang yang memandang itu sebagai kesempatan atau peluang membuka usaha, dan sebagainya.

Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul yang dalam hal ini adalah Dinas Kesehatan tidak tinggal diam menanggapi fenomena semacam ini. Air limbah yang dikabarkan bisa dijadikan obat alternatif ini diambil untuk sampel penelitian. Hanya, hasilnya tentu tidak bisa seketika diketahui. Jika nanti terbukti air limbah ini memang berguna untuk pengobatan alternatif, tentu Dinkes akan merekomendasikannya. Akan tetapi jika justru membahayakan, maka Dinkes tentu akan mengeluarkan larangan sehingga masyarakat tidak terjebak pada kabar yang belum teruji kebenaran ilmiahnya.

Satu kabar yang mengejutkan lagi, hari Rabu malam, 18 September 2008 justru ada orang meninggal dunia ketika sedang melakukan kungkum di dalam aliran limbah ini. Orang tersebut berusia 70 tahun. Tidak begitu jelas, apakah ia meninggal lantaran keracunan limbah atau karena sebab lain. Akan tetapi diduga kuat ia menderita penyakit jantung. Kemungkinan besar jantungnya mengalami kejutan yang hebat ketika ia berendam diri karena memang air limbah ini bersuhu agak panas.

Jika Anda melintas di sisi selatan kompleks Pabrik Gula Madukismo pada bulan-bulan giling (masa produksi gula) seperti sekarang ini, yakni bulan Mei-September, Anda akan menemukan deretan orang yang duduk dan merendam kakinya, mandi, cuci muka, berendam di sepanjang saluran limbah (irigasi). Anda boleh heran, jijik, atau merasa aneh dengan fenomena tersebut. Namun begitulah kenyataan yang terjadi atau sedang terjadi saat ini di Bantul, Yogyakarta. Itu pun hanya terjadi di tahun 2008 ini karena pada tahun-tahun sebelumnya tidak pernah terjadi hal-hal semacam itu.

a sartono k + a barata




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta