- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Jaringan-museum»Peresmian RS Yap 1923
12 Jul 2011 08:50:00Foto berikut memuat peristiwa tentang diresmikannya Rumah Sakit Mata Dr. Yap pada tahun 1923. Tampak di dalam foto tersebut sosok Sri Sultan Hamengku Buwana VIII dan residen Yogyakarta waktu yang bernama L.F. Dingemans. Rumah sakit itu diresmikan oleh Sultan Hamengku Buwana VIII bersama Dingemans.
Rumah Sakit Mata Dr. Yap itu sendiri diprakarsai pendiriannya oleh seorang dokter mata yang bernama dr. Yap Hoeng Tjoen (1885-1952). Dr. Yap menempuh pendidikannya di Negeri Belanda pada kisaran tahun-tahun 1909-1919. Di Negeri Belanda ia juga mendirikan organisasi masyarakat Cina di Belanda yang dinamakan Chung Hwa Hui (1911).
Saat diresmikan Rumah Sakit Mata Dr. Yap telah memiliki ruang yang mampu menampung 120 pasien. Saat itu warga miskin bisa dirawat dengan bebas (cuma-cuma) (bandingkan dengan sistem pelayanan kesehatan zaman sekarang). Di samping memiliki ruangan untuk menampung/melayani warga miskin, rumah sakit ini juga dilengkapi dengan ruang-ruang paviliun yang diperuntukkan bagi pasien secara lebih khusus.
Rumah sakit ini ketika didirikan mendapatkan dukungan keuangan baik dari individu-individu, lembaga dan perusahaan, termasuk asosiasi Ophthalmology di Hindia Belanda, masyarakat hutan dan lahan pertanian (Landbouw vereeniging), dan Oei Tong Ham Concern. Sultan Hamengku Buwana VIII sendiri aktif mengupayakan dana sosial bagi pendirian dan penyelenggaraan rumah sakit ini.
Dr. Yap yang sangat berjasa pada pendirian rumah sakit ini meninggal di Den Haag tahun 1952. Pengelolaan rumah sakit ini akhirnya diteruskan oleh putranya yang bernama dr. Ki Yap Tiong. Hingga kini rumah sakit ini masih terus berdiri bahkan terus berkembang dengan segala kemajuannya.
Tampak dalam foto tersebut Sultan Hamengku Buwana VIII dipayungi oleh abdi dalem dengan payung (songsong) khusus. Kecuali untuk memberikan efek keteduhan secara fisik, payung tersebut juga menunjukkan statusnya yang tinggi sebagai raja.
Artikel Lainnya :
- 3 Maret 2011, Kabar Anyar - WAYANG BABAD, KREASI BARU JAGAD PEWAYANGAN(03/03)
- 10 Februari 2011, Kabar Anyar - INGIN PANJANG? SILAHKAN TELPON(10/02)
- 22 Nopember 2010, Klangenan - PENGUNGSI DAN RASA AMAN(22/11)
Kata-Kata Panas dari Beberapa Tembok Jogja(25/04) - DOLANAN ONCIT-1 (PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-29)(06/04)
- Tumpeng Gede Banget Terbuat dari Kue Keranjang, Wujud Akulturasi Budaya di Yogyakarta(01/03)
- Bianglala Sastra. Bunga Rampai Sastra Belanda tentang Kehidupan di Indonesia (10/08)
- 26 Maret 2011, Jaringan Museum - RAKER BARAHMUS DI KOMPLEKS MUSEUM KAYU WANAGAMA I, GUNUNG KIDUL, 18-19 FEBRUARI 2011(26/03)
- 22 Maret 2010, Klangenan - KAMERA WARTAWAN DAN KAMERA DIGITAL(22/03)
- Keseimbangan Hidup Vertikal dan Horisontal Tujuan Manusia Jawa(25/04)