Judul : Bianglala Sastra. Bunga Rampai Sastra Belanda tentang Kehidupan di Indonesia
Penulis : Rob Nieuwenhuys, ditulis kembali oleh Dick Hartoko berdasarkan Oost Indische Spiegel
Penerbit : Djambatan, 1985, Jakarta
Bahasa : Indonesia
Jumlah halaman : xv + 347
Ringkasan isi :

Bianglala Sastra. Bunga Rampai Sastra Belanda tentang Kehidupan di Indonesia Indonesia selama bertahun-tahun pernah mengalami penjajahan yang dilakukan oleh Belanda. Banyak peristiwa yang terjadi selama itu. Peristiwa tersebut dapat diketahui antara lain melalui karya sastra orang Belanda sendiri. Di antara orang-orang Belanda itu ada yang merasa asing dengan bumi Indonesia. Ada pula yang menetap dan beristrikan wanita pribumi, seperti Rumphius. Sementara tokoh mempunyai hubungan yang erat dan bersatu padu dengan bangsa Indonesia, sehingga bangkit melawan sistem kolonial sendiri, seperti Sicco Roorda, Douwes Dekker, dan lain-lain.

Buku ini menampilkan tokoh-tokoh yang tidak hanya menulis hal-hal ilmiah seperti tentang flora dan fauna Indonesia, hukum adat dan sebagainya, tetapi juga penulis-penulis yang berminat di bidang sastra. Mata seorang sastrawan seringkali lebih tajam daripada seorang ilmuwan, ia dapat mengadakan penghayatan yang lebih mendalam dengan obyeknya. Buah penanya tidak semata-mata khayalan, melainkan hasil simpati dan empatinya, ia turut menderita dan merasakan nasib rakyat yang ditulisnya.

Penulis dan tulisan yang termuat dalam buku ini adalah mereka yang :

  1. Turut mempengaruhi arus sejarah bangsa Indonesia
  2. Memberikan informasi mengenai sejarah bangsa
  3. Karena empati atau penghayatannya mengenai alam dan masyarakat Indonesia
  4. Karena obyektif bermutu sastra

Setiap bab dalam buku ini terdiri atas dua bagian, pertama sebuah esai mengenai seorang pengarang tertentu atau mengenai suatu aliran tertentu, kemudian disusul sebuah fragmen dan tulisan pengarang yang bersangkutan.

Dalam buku ini tertulis 32 orang yang karyanya bersentuhan dengan Indonesia. Misal R. Van Goens (1619-1682), walaupun dapat dianggap kadar sastranya tidak menonjol dan juga empatinya dengan orang-orang Jawa pada pertengahan abad ketujuh belas tidak begitu nampak, tetapi tulisannya merupakan sumber informasi mengenai kehidupan di kraton waktu Sunan Amangkurat I.

Rumphius (Georg Eberhard Rumpf) (1628-1702), adalah prajurit VOC yang kemudian mengundurkan diri, dan memilih bermukim di Maluku / Ambon beristrikan Susanna puteri keturunan Ambon. Di sana ia mengadakan penelitian tentang flora dan alam kekayaan Maluku. Kebutaan yang dialami dan dua kali bencana yang menimpanya tidak membuat semangatnya memudar.

PH. P. Roorda Van Eysinga (1796-1856), adalah seorang peminat bahasa. Dengan tekun ia mempelajari huruf-huruf Arab dan juga Bahasa Melayu. Tahun 1824 Roorda menerbitkan sebuah kamus Belanda-Melayu, tahun 1825 disusul kamus Melayu-Belanda. Tahun 1828 Roorda menerbitkan sebuah buku tata-bahasa Jawa.

Isaac Groneman (1832-1912) adalah seorang dokter yang pernah membuka praktek di Bandung, Indramayu, Banyumas dan Yogyakarta. Di Yogyakarta ia menjadi dokter pribadi Sri Sultan, dan menikah dengan seorang puteri kraton. Selain kagum terhadap alam nusantara, hatinya juga tersentuh oleh nasib manusia terutama rakyat kecil. Ia mempertanyakan nasib anak hasil perkawinan laki-laki Eropa dengan pribumi, hukum yang tidak adil antara rakyat kecil dengan penguasa.

Teks : Kusalamani




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta