SLONDHOK RENTENG PAK MUL: CAMILAN KHAS LAIN DARI SLEMAN

Dari sekian produk makanan tardisional Jawa, mungkin jenis makanan Slondhok yang di beberapa daerah mungkin dikenal juga dengan nama Alen-alen atau Lanthing, merupakan salah satu jenis makanan yang tidak terlalu mudah didapatkan. Kalaupun bisa didapatkan, kebanyakan berada di pusat-pusat penjaja oleh-oleh khas Jawa (Jogja). Padahal di masa lalu jenis makanan tradisional Slondhok sangat mudah didapatkan di hampir semua warung, rumah makan, lapak-lapak kaki lima yang ada secara insidental maupun permanen. Pada masa lalu Slondhok dijual dengan cara direnteng (dirangkai dalam satu utas tali yang terbuat dari bambu yang disayat tipis).

Munculnya produksi plastik yang nyaris tanpa batas di zaman modern menyebabkan sistem penjualan Slondhok dengan cara direnteng ini menghilang begitu saja. Kemasan plastik menjadi hampir 100 proses mendominasi. Seiring dengan itu inovasi di bidang produksi makanan juga berkembang pesat, Slondhok pun seperti halnya hal-hal lain yang dikatakan sebagai tradisional mulai terpinggirkan.

Sungguh pun demikian, di Dusun Boyong, Kalurahan Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman masih ada juga orang yang memproduksi Slondhok Renteng. Unik memang. Di tengah era penjajahan plastik yang menggila, masih ada juga orang yang bertahan dengan memproduksi jenis makanan Slondhok. Renteng pula. Padahal boleh dibilang jenis makanan ini mendapatkan saingan super kuat dari produk makanan modern semacam pizza, burger, donat, brownies, dan lain-lain. Belum lagi makanan yang dikemas lebih modern semacam bakpia, bika ambon, aneka macam roti, kue, serta biskuit.

Orang yang bertahan dengan produk makanan tradisional Slondhok Renteng itu bernama Purwanto (26). Ia adalah generasi ketiga dari Mbah Arjo Martono yang mewariskan usahanya kepada Pak Mul, ayah Purwanto. Berdasarkan hal itu produksi Slondhok Renteng ini kemudian berbenderakan Pak Mul atau lengkapnya, Slondhok Renteng Pak Mul.

Slondhok Renteng ini telah diproduksi sejak tahun 1960. Dari dulu ya seperti itu. Artinya, dibuat dengan cara-cara tardisional. Tanpa bahan pengawet. Tanpa vetsin. Sekalipun demikian rasanya sudah enak. Semua tergantung cara meramu dan menakar kadar bumbunya yang hanya berupa bawang putih dan garam. Selain itu, proses pengeringan yang tepat serta penggorengan yang tepat juga menjadi kunci utama. Demikian tutur Purwanto di rumahnya saat ditemui Tembi (24/09/2011) di sela-sela kesibukannya memproduksi Slondhok Rentengnya.

”Saya selalu membeli singkong di lahan langsung Mas. Sebab dengan demikian saya tahu persis kualitas singkongnya. Kualitas singkong sudah bisa diperkirakan dari kondisi tumbuhnya tanaman singkong di ladang.” Tambah Purwanto sambil tersenyum.

Dalam sehari Purwanto memerlukan setidaknya 125 kilogram singkong untuk produksinya. Singkong sebanyak itu jika telah diproses akan menjadi 40-an kilogram Slondhok. Untuk memprosesnya mula-mula singkong dikupas dan dicuci bersih. Usai itu dikukus hingga matang. Setelah dikukus terus ditumbuk secara manual ke dalam lumpang sekaligus diberi bumbu. Adonan yang telah jadi segera dipilin menjadi seukuran jari kelingking dan dipotong kemudian dibuat lingkaran dengan diameter sekitar 2,5 Cm. Lingkaran-lingkaran slondhok basah ini kemudian dijemur pada terik matahari. Sekalipun demikian menjemurnya tidak boleh terlalu kering. Namun juga tidak boleh terlalu basah.

”Kita harus kadar kekeringannya seberapa. Ini menjadi kunci utama untuk menghasilkan slondhok yang renyah atau krispi.” Papar Purwanto.

Slondhok Renteng ini dibanderol dengan harga Rp 17.000,- per kilogramnya. Sedangkan jika dalam kemasan rentengan dijual dengan harga Rp 10.000,- per rentengnya. Satu bendel Slondhok Renteng biasanya berisi 40 untai. Masing-masing untai atau renteng kecil berisi sekitar 10 butir slondhok.

Ternyata dengan bertahan memproduksi Slondhok Renteng ini Purwanto bisa juga membantu tetangganya untuk bekerja kepadanya. Setidaknya Purwanto bisa mempekerjakan 4 orang tetangganya. Di sinilah ia berbagi rejeki.

Hebatnya pula Slondhok Renteng Pak Mul ini mampu bertahan selam 2 bulan tanpa basi sekalipun dalam proses pembuatannya tanpa bahan pengawet. Selain itu Slondhok Renteng ini juga tidak akan melempem sekalipun dibuarkan terbuka kena angin selama 24 jam.

Anda senang ngemil atau ingin memberikan oleh-oleh yang dapat menimbulkan kesan pada teman dan famili Anda ? Tidak ada salahnya Anda mencoba membeli Slondhok Renteng sebagai oleh-oleh khas dari Sleman. Oh iya, lokasi atau tempat produksi Slondhok Renteng Pak Mul ini keletakannya tidak begitu jauh dari Museum Gunung Api Merapi, Kaliurang. Selamat berburu hal-hal yang khas atau unik di Jogja !

a.sartono

SLONDHOK RENTENG PAK MUL: CAMILAN KHAS LAIN DARI SLEMAN SLONDHOK RENTENG PAK MUL: CAMILAN KHAS LAIN DARI SLEMAN SLONDHOK RENTENG PAK MUL: CAMILAN KHAS LAIN DARI SLEMAN

SLONDHOK RENTENG PAK MUL: CAMILAN KHAS LAIN DARI SLEMAN

SLONDHOK RENTENG PAK MUL: CAMILAN KHAS LAIN DARI SLEMAN SLONDHOK RENTENG PAK MUL: CAMILAN KHAS LAIN DARI SLEMAN




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta