Tembi

Berita-budaya»SIHIR ALAM MENOREH DALAM PAMERAN TUNGGAL AGUNG MN

04 Jun 2011 12:06:00

SIHIR ALAM MENOREH DALAM PAMERAN TUNGGAL AGUNG MN

Perbuktitan Menoreh setidaknya telah menyihir SH. Mintardja dan kemudian menuangkannya dalam sebuah cerita silat berjudul Api di Bukit Menoreh. Sebuah cerita silat ala Jawa dengan setting sejarah. Sihir keindahan Bukit Menoreh pun telah mempesona Agung MN, seorang perupa otodidak yang memang tinggal dalam lingkungan alam Menoreh. Agung menuangkan ”tangkapan” akan alam Menoreh itu dalam kanvasnya. Orang boleh melihat karya Agung yang hampir seluruhnya berupa pemandangan alam Menoreh itu sebagai karya rupa yang bergaya konvensional (meminjam istilah Anindya Barata). Boleh juga orang melihat karya Agung ini sepi warna (minimalis), sepi suasana (lengang), dan barangkali juga sendu dan penuh kerinduan pada alam. Warna yang digulati Agung lebih banyak pada warna hijau, kuning, biru, atau perpaduan daripada itu semua. Pergulatannya pada warna-warna itu sering tampak dikaburkan dengan timpaan warna putih yang memberikan efek ”jauh” di sana sekaligus nge-”soft”.

SIHIR ALAM MENOREH DALAM PAMERAN TUNGGAL AGUNG MN

Gurat garis hasil sapuan Agung pada kanvas juga kelihatan agak ragu atau hati-hati. Beberapa di antaranya kelihatan putus dan tidak utuh. Hal ini bisa dilihat dalam karyanya yang berjudul Flamboyan. Bentuk pun menjadi kurang padu-padan dan utuh. Detail bentuk mungkin bukan menjadi fokus Agung sehingga bentuk burung kolibri dalam karya Flamboyan kelihatan agak kabur atau kurang lengkap.

SIHIR ALAM MENOREH DALAM PAMERAN TUNGGAL AGUNG MN

Penguasaan bahan (cat) barangkali juga masih menjadi semacam beban tersendiri bagi Agung. Kesan demikian dikuatkan dengan bekas sapuan kuasnya yang kelihatan memberat dan pencampuran warnanya yang sepertinya belum menyatu. Hal ini mungkin bagian dari kesengajaan Agung yang memang ingin menguatkan kesan minimalis pada karya-karyanya. Kesan yang lain adalah bahwa bekas sapuan kuas dalam karya-karya Agung seperti meninggalkan kekaburan di tepian garis catnya. Hal demikian menimbulkan efek ”mengkabut”.

SIHIR ALAM MENOREH DALAM PAMERAN TUNGGAL AGUNG MN

Bertabrakannya tepian garis (garis terluar) yang berupa semacam pecahan titik-titik warna juga menimbulkan efek ”menyerabut” sehingga menimbulkan pengesanan bentuk yang dilukiskan menjadi kabur (dikaburkan). Tampaknya Agung perlu mencoba untuk lebih berani lagi bermain dan bereksperimen dengan warna. Bahkan warna-warna yang ekstrem, sapuan kuas yang tegas. Eksperimen atau percobaan-percobaan berbagai hal berkait dengan bahan, teknik, dan juga objek perlu terus dicoba. Agung perlu memiliki keberanian bertualang untuk masuk ke sana. Barangkali hal ini akan lebih memberi pengalaman lain dalam proses kreatifnya pada waktu mendatang.

SIHIR ALAM MENOREH DALAM PAMERAN TUNGGAL AGUNG MN

Di tengah gempitanya senirupoa kontemporer mungkin Agung merupakan perupa yang memilih jalan atau jalur lebih dekat pada konvensionalitas yang impresif. Alam sekeliling Agung menjadi objek sekaligus ruh bagi karya–karya Agung. Sihir alam Menoreh ini barangkali memang menjadi pilihan Agung karena selama ini ia memang tinggal di Kulon Progo. Barangkali juga Agung perlu melihat keindahan alam lain yang mungkin akan memperkaya referensinya akan keindahan alam.

SIHIR ALAM MENOREH DALAM PAMERAN TUNGGAL AGUNG MN

Pameran yang digelar Agung MN di Tembi Rumah Budaya mulai 30 Mei-18 Juni 2011 ini seolah ingin mengangkat potensi terpendam Kulon Progo. Bukan saja ia mengusung dengan tema Mimpi Alam Menoreh yang memang berisikan potret keindahan alam Menoreh, namun ia juga mengusung dua kesenian dari sudut alam Menoreh, yakni Lengger Tapeng dan Bangilun. Dua jenis kesenian ini relatif jarang didengar dan dilihat masyarakat umum. Dari pameran dan tampilan dua jenis kesenian ini tampaknya Agung memang ingin ”menghidupkan” Kulon Progo.

SIHIR ALAM MENOREH DALAM PAMERAN TUNGGAL AGUNG MN

Bupati Kulon Progo, H. Toyo S. Dipo dalam sambutan yang dibacakan oleh Kadin Kebudayaan dan Pariwisata Kulon Progo, Drs. Sarjono, antara lain menyatakan bahwa potensi Kulon Progo memang perlu terus digali. Demikian juga potensi keseniannnya. Potensi budayanya. Diperlukan Agung-Agung lain untuk menggarap Kulon Progo dari berbagai sisinya.

SIHIR ALAM MENOREH DALAM PAMERAN TUNGGAL AGUNG MN

a.sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta