Pemerintah Banyumas Lakukan Studi Banding di Tembi
Motto Tembi yakni Urip Lan Nguripi mungkin bisa menjadi bagian dari referensi untuk membangun apa yang dinamakan taman budaya atau lembaga sejenisnya. Urip berarti hidup. Nguripi berarti menghidupi. Keduanya tidak bisa dipisahkan.
Rombongan pejabat pemerintah dan seniman-budayawan Banyumas
diterima oleh Kepala Rumah Tembi Rumah Budaya, RM Basmara Pradipta. Foto: a.sartono
Pada Selasa, 26 November 2013, Tembi Rumah Budaya mendapat kehormatan berupa kunjungan rombongan dari Banyumas yang terdiri dari Asekda, pejabat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, anggota DPRD, dan seniman/budayawan. Jumlahnya mencapai 25 orang.
Kunjungan mereka ke Tembi Rumah Budaya bukan untuk rekreask, namun untuk keperluan studi banding. Sebelum ke Tembi mereka terlebih dulu berkunjung ke Taman Budaya Yogyakarta, dan beberapa tempat lain yang sekiranya dapat dijadikan referensi bagi kemajuan dan perkembangan kebudayaan dan pariwisata Banyumas.
Rombongan ini diterima di Pendapa Yudanegaran oleh Kepala Rumah Tembi Rumah Budaya, RM Basmara Pradipta dan didampingi para staf Tembi. Ada cukup banyak pertanyaan yang mereka sampaikan ke pihak Tembi terutama sehubungan dengan cara atau strategi pengelolaan Tembi sebagai rumah budaya.
Meninjau amphiteater, foto: a.sartono
Bagaimana mengelola sebuah yayasan yang bergerak di bidang kebudayaan yang notabene tidak bisa menghasilkan uang atau materi, namun bisa terus hidup. Itu salah satu pertanyaan pokok yang mereka ajukan.
Usai tanya jawab di Pendapa Yudanegaran, mereka berkeliling ke kompleks TembiRumah Budaya. Hampir semua benda koleksi, ruang, rumah, tempat di Tembi mereka tanyakan. Apa yang ada dan mereka tanyakan di Tembi tersebut akan menjadi referensi mereka untuk bekal pembangunan Taman Budaya Banyumas yang akan mereka dirikan.
Pembangunan prasarana dan sarana fisik mungkin tidak menjadi persoalan besar sejauh ada dana atau uang. Lebih-lebih pemerintah, pasti punya dana untuk hal tersebut. Namun prasarana dan sarana yang diadakan tidak akan memiliki fungsi apa-apa jika kegiatan di dalamnya tidak berjalan atau berjalan ala kadarnya. Pada sisi-sisi inilah sesungguhnya diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang memang punya kualifikasi yang memadai di bidangnya sekaligus juga punya komitmen yang kuat.
Tanpa kualifikasi yang memadai kegiatan atau aktivitas yang nantinya menjadi ruh atau jiwa dari lembaga/instansi yang dibangun tidak akan terwujud. Tanpa komitmen yang kuat, sebagus apa pun prasarana yang dibangun akan kehilangan daya gunanya.
Meninjau Taman Bulus dan front office
Motto Tembi yakni Urip Lan Nguripi mungkin bisa menjadi bagian dari referensi untuk membangun apa yang dinamakan taman budaya atau lembaga sejenisnya. Urip berarti hidup. Nguripi berarti menghidupi. Keduanya tidak bisa dipisahkan.
Untuk bisa nguripi sesuatu itu harus urip terlebih dulu. Untuk urip tentu saja diperlukan sarana untuk hidup. Sarana untuk hidup ini bisa disuplai dari berbagai kegiatan atau bidang kerja. Di Tembi hal itu ditopang oleh unit-unit usaha seperti Bale Inap, paket budaya, Warung Dhahar, angkringan, kursus-kursus, penyewaan ruang meeting, dan sebagainya. Berbagai kunjungan pun sedikit atau banyak menghasilkan sesuatu yang bisa ikut andil nguripi. Dengan demikian, terjadilah subsidi silang.
Kegiatan kebudayaan di Tembi pun menjadi hidup. Kehidupan kegiatan kebudayaan di Tembi ini pada gilirannya juga menjadi ruh atau jiwa pola gerak seluruh aktivitas di Tembi.
Dengan demikian pula, apa yang dilakukan di Tembi menjadi memiliki identitas, ciri khas, keunikan atau kekhasan yang tidak bisa ditemukan di tempat lain. Pada sisi inilah sesungguhnya kebudayaan yang hidup di Tembi nguripi atau menjiwai kegiatan atau aktivitas lain di Tembi tanpa kecuali.
Meninjau Bale Inap Kriyan
Semoga rombongan Banyumas mendapatkan referensi dari Tembi Rumah Budaya dan sumber kebudayaan lainnya di Yogya, sehingga mampu mewujudkan rumah budaya Banyumas, yang bakal memperkaya khasanah rumah budayaNusantara.
A. Sartono
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya
Baca Juga Artikel Lainnya :
- Merintis Layanan Perpustakaan Canggih dengan Basis Budaya Lokal(28/11)
- Menapaki Sejarah, Membaca Seni Rupa(27/11)
- Seniman Muda Jakarta Gelar Pelicin(26/11)
- Lomba Macapat Ultah Desa Trirenggo, Bagaikan Mantra Doa yang Indah(25/11)
- Reporter Cilik Berlatih Meliput Kegiatan di Tembi(25/11)
- Aida Milasari Membaca Puisi dalam Bahasa Spanyol dan Inggris(23/11)
- Bahasa ‘Urban Electronic Jazz’ a la Brink Man Ship di Ngayogjazz 2013(22/11)
- Kuartet Erik Truffaz dari Perancis Memukau Penikmat Jazz di Desa Sidoakur(21/11)
- Aksi Perdana Bad Cellists di Ngayogjazz 2013(20/11)
- Cerita Batik Ala Iwet Ramadhan(19/11)