Aksi Perdana Bad Cellists di Ngayogjazz 2013

Bad Cellists mendapatkan kesempatan untuk tampil di Panggung Guyub sekitar pukul 3 sore. Dua cello dan dua cellist sudah di atas panggung, penampilan yang mengundang rasa penasaran. Sebelum Alfin dan Jimi beraksi, hujan deras mengguyur Desa Sidoakur.

Aksi perdana Bad Cellists dalam Ngayogjazz di Desa Wisata Sidoakur, Godean, Yogyakarta, 16 November 2013, foto: Gardika Gigih Pradipta
Penonton merubung aksi perdana Bad Cellists dalam Ngayogjazz

Desa Wisata Sidoakur, Godean, Yogyakarta, menjadi saksi gelaran Ngayogjazz tahun ini, setelah pada 2012 digelar di Desa Brayut, Sleman Yogyakarta. ”Rukun Agawe Ngejazz”, itulah tema Ngayogjazz tahun ini, yang diselenggarakan pada tanggal 16 November 2013. Musik Jazz hadir di Desa Sidoakur yang asri dalam 4 panggung yang dipersiapkan panitia yakni Panggung Tradisional, Panggung Wawuh, Panggung Guyub, Panggung Sayuk Rukun, dan Panggung Srawung.

Di antara lebih dari 40 penampil yang berpartisipasi dalam Ngayogjazz 2013, Forum Musik Tembi Rumah Budaya (foMbi) turut beraksi tahun ini melalui Bad Cellists. Bad Cellists, duo cellist muda yang nakal terdiri dari Alfian Emir Aditya dan Jeremia Kimoshabe. “Kenakalan” mereka lewat bermusik difasilitasi Oleh: Tembi Rumah Budaya sejak grup ini terbentuk pada Desember 2012. Inilah aksi perdana Bad Cellists di Ngayogjazz. Kesempatan berharga untuk saling bertemu, antara Alfian dan Jimi dengan audien. Lalu bagaimana kenakalan Bad Cellists di Ngayogjazz 2013?

Bad Cellists mendapatkan kesempatan untuk tampil di Panggung Guyub sekitar pukul 3 sore. Dua cello dan dua cellist sudah di atas panggung, penampilan yang mengundang rasa penasaran. Sebelum Alfin dan Jimi beraksi, hujan deras mengguyur Desa Sidoakur. Banyak audien yang sudah mempersiapkan diri dengan jas hujan dan payung. Barangkali pengalaman tahun-tahun sebelumnya, para penonton sudah tahu Ngayogjazz berlangsung di saat musim penghujan.

Hujan reda dan Bad Cellists memulai kenakalan mereka. Komposisi musik pertama dibuka dengan teknik pizzicato, memetik senar cello oleh Jimi. Disusul melodi nada tinggi oleh Alfin. Peran ini mereka lakukan bergantian, sebuah komunikasi yang unik untuk dinikmati. Itulah “Jazz Hujan”, komposisi khusus untuk pentas perdana di Ngayogjazz – sebuah plesetan a la Yogyakartadari frase ‘Jas Hujan’. Saat Alfin menyebutkan judul komposisi ini usai dimainkan sontak audiens tertawa, menikmati jazz setelah diguyur hujan.

Aksi perdana Bad Cellists dalam Ngayogjazz di Desa Wisata Sidoakur, Godean, Yogyakarta, 16 November 2013, foto: Gardika Gigih Pradipta
Jimi (kiri) dan Alfin (kanan) menunjukkan kenakalan mereka dengan cello

Komposisi kedua berjudul “Jamming”. Sesuai dengan judulnya, komposisi ini lebih membuka ruang bagi Alfin dan Jimi untuk bereksplorasi dan berimprovisasi melalui cellonya. Muncullah bunyi-bunyian unik dari cello. Sejak awal dibentuk, Bad Cellists memang ingin menunjukkan kekayaan eksplorasi bunyi pada instrumen cello dan itu juga menjadi salah satu bentuk kenakalan mereka.

Eksplorasi bunyi-bunyian Bad Cellists pada cello berlanjut di komposisi ketiga berjudul “Tuxedo Mouse”, salah satu materi single yang tengah mereka persiapkan untuk direkam dalam waktu dekat. Komposisi ini bercerita tentang rasa kesal terhadap tikus berdasi, sosok simbolis bagi para koruptor. Rasa kesal ini dituangkan Alfin dan Jimi pada dawai-dawai cello. Dibuka dengan teknik martele yakni memukulkan alat penggesek pada dawai, kemudian ponticello menggesek dawai di dekat brigde untuk menimbulkan bunyi yang kasar, dan eksplorasi nada-nada tinggi. Kenakalan Bad Cellists memikat audien yang memadati sekitar Panggung Guyub.

Tibalah komposisi keempat, “Unintended” yang menjadi sajian terakhir Bad Cellists dalam Ngayogjazz 2013. Keempat komposisi yang disajikan Bad Cellists merupakan kreasi mereka sendiri. Dalam komposis terakhir ini, Bad Cellists mengeksplorasi kegarangan dalam instrumen cello.

Mereka juga mengadaptasi aroma dan pola ritme musik rock progressive. Benar-benar asik melihat cello meraung saat Alfin dan Jimi menggesek nada tinggi dengan keras. Ini bukan gitar listrik, tapi ini cello. Unik dan menarik. Saat komposisi ini berakhir, audien menyambutnya dengan tepuk tangan antusias. Ya, you rock man!. Aksi perdana yang memikat.

Naskah dan Foto:Gardika Gigih Pradipta



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya


Baca Juga Artikel Lainnya :




Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta