Cerita Batik Ala Iwet Ramadhan
Awal kecintaan Iwet dengan batik bermula dari kebiasaan makan sore yang selalu dilakukan di lobi Hotel Ambarukmo Yogyakartasambil menyaksikan pentas tari di sana. Dari hari ke hari ia semakin cinta dengan batik. Kini ia tak hanya memiliki toko pakaian khusus batik dengan desain kasual dan muda, ia pun menulis sebuah buku yang berisi tentang dunia batik.
Iwet bersama batik kesukaannya,
Sejak ditetapkan pemerintah bahwa 2 Oktober sebagai Hari Batik, beragam lapisan masyarakat mulai dari pejabat pemerintah sampai pelajar mengenakan batik. Perlahan batik memang semakin populer.
Namun nyatanya batik tidak terlalu populer di kalangan anak muda. Untuk itu penyiar radio sekaligus presenter Iwet Ramadhan membuat sebuah buku bertajuk ‘Cerita Batik’ yang menuturkan asal usul dan sejarah batik dengan bahasa yang ringan.
‘Mimpi saya adalah melihat generasi muda Indonesia yang modern, trendi, berwawasan luas, fasih berbahasa asing, juga fasih dalam menceritakan detail budayabangsanya’ itu kalimat pertama dalam halaman awal buku ‘Cerita Batik’ milik Iwet. Yang menarik, Iwet mengupas detail tentang batik, sampai-sampai ia menaruh potonngan kain di dalam bukunya untuk panduan bagaimana kita membedakan batik tulis, batik cap dan batik print.
Cover buku “Cerita Batik” milik Iwet Ramadhan, foto: dok.pri
Pria kelahiran Yogyakartaini juga menceritakan bagaimana batik memiliki begitu banyak makna yang merupakan hasil dari akal, budi, perasaan dan cinta. Karena itulah semua elemen batik memiliki filosifi tersendiri, contohnya motif kawung, motif ini masuk dalam kategori pola geometris, gambaran keteraturan. Sementara kembang kawung dengan titik hitam pada helai daun merupakan simbol kesuburan. Motif ini sering diibaratkan sebagai lambang kesucian, sehingga setiap orang yang memakai selalu menjaga amanah sebagai bentuk kesucian.
Tentunya masih banyak sekali informasi tentang batik yang diberikan Iwet lewat bukunya ini. Tak heran karena sejak kecil ia sudah dikenalkan batik oleh orangtuanya.
Ia pun melakukan perjalanan ke perkampungan batik mulai dari Yogyakarta, Madura, Pekalongan, sampai Cirebon untuk mengetahui makna dan cerita di balik batik dan motifnya. Kurang lebih 2 tahun ia mengumpulkan data dan merampungkan buku spesial ini. “Buku ini salah satu cita-citaku yang sudah terwujud untuk menunjukkan rasa cintaku kepada batik,” katanya saat peluncuran bukunya di Kinokuniya, Plaza Senayan, belum lama ini.
Iwet bersama Novita Anggie menjadi penyiar radio swasta
Buku berbentuk ‘handy’ sehingga bisa dibawa kemana-mana ini dibanderol seharga 99 ribu rupiah. “Harganya sangat wajar apalagi kita mendapat banyak informasi tentang sejarah, teknik pembuatan, juga makna di balik motif batik dari buku ini. “Tidak semua orang tahu cerita di balik pembuatan batik, padahal yang harus dilestarikan bukan hanya kain batiknya saja, tapi semua cerita proses di balik pembuatannya,” ungkap kolektor batik ini.
Iwet berharap generasi muda bisa lebih mengenal sejarah, tehnik dan arti di balik motif batik, sehingga mereka bisa lebih bangga saat mengenakan batik.
Iwet Ramadhan
Natalia S
Foto:dok pribadi Iwet
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya
Baca Juga Artikel Lainnya :
- Anak-anak PAUD Berkenalan dengan Gatotkaca(11/11)
- Diskusi Buku Indonesia di Jalan Restorasi(09/11)
- Ketoprak Legendaris, Dimainkan Pemeran Top pada Zaman Dulu(08/11)
- Pengumuman Hasil Seleksi Beasiswa Musik Tembi Rumah Budaya(08/11)
- Gerakan Solidaritas untuk Menghidupkan Kembali Lokananta(07/11)
- Pameran Mudik Nggawe Kadang(06/11)
- Alim Bakhtiar Menghadirkan Surga yang Hilang(04/11)
Potret Diri Pupuk Daru Purnomo(04/11) - Menengok Latihan dan Proses Rekaman 2 Pemain Cello Nakal(31/10)
- Pelajar Belajar Mengapresiasi Karya Seni di Tembi(31/10)