Pelajar Belajar Mengapresiasi Karya Seni di Tembi
Apakah boleh memegang lukisan?” Dengan pertanyaan yang diajukan itu menandakan bahwa siswa tersebut belum pernah masuk galeri dan mengapresiasi karya senirupa.
Ki Margiono menerima para siswa-siswi di Pendapa
Melalui regol gapura bentar, sebanyak 54 siswa-siswi SMA Negeri I Temanggung beserta dua guru pembimbing memasuki Kompleks Tembi Rumah Budaya, langsung menuju pendapa. Mereka melewati dua patung raksasa kembar dengan gada di tangan yang disebut Dwarapala, atau penjaga pintu.
Dwarapala merupakan personifikasi dari Cingkarabala dan Balaupata yang adalah sebagai penjaga pintu Selamatangkep di Kahyangan Jonggringsaloka. Selain sebagai penjaga pintu Dwarapala dimaksudkan sebagai ‘tolak bala’ menolak dan mejauhkan diri dari marabahaya.
Demikianlah tata ruang yang dimaksudkan, agar siapa pun yang memasuki halaman Tembi Rumah Budaya dan telah melewati patung Dwarapala, senantiasa terhindar dari segala yang jahat. Seperti halnya siang itu, Minggu 20 Oktober 2013, siswa-siswi IPS kelas XII SMAN I Temanggung, setelah melakukan kunjungan di beberapa tempat, sampailah di Pendapa Rumah Budaya Tembi dalam keadaan selamat, lancar sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Seperti rangkaian kunjungan tahun 2013 ini untuk kelas XII IPA dan IPS mata pelajaran Seni Rupa. Selain Museum Affandi, Keraton dan Kasongan, Tembi Rumah Budaya menjadi tujuan utama untuk belajar tentang senirupa khususnya, serta kebudayaan Jawapada umumnya.
Ki Margiono menerangkan “rebab”, alat musik gesek pada gamelan
Rombongan diterima oleh staf Tembi Ki Margiono yang berprofesi sebagai dalang wayang purwa, di pendapa untuk mendapatkan penjelasan secukupnya, sebelum kemudian diajak berkeliling di kawasan Museum TembiRumah Budaya seluas 6.000 m2, yang meliputi Galeri Seni Rupa, Galeri foto dan barang kuno, Rumah Dokumentasi, Amphiteater, Belik, serta Rumah Inap.
Sesuai dengan arahan Pak Heri dan Pak Agus, guru pengampu mata pelajaran Seni Rupa, untuk pertama kali para siswa diajak di ruang galeri. Sebelum masuk ruang pameran, mereka mengisi buku tamu dan masing-masing mendapatkan katalog. Salah satu siswa bertanya “katalaog ini untuk apa?” sedangkan siswi yang lain bertanya “Apakah boleh memegang lukisan?” Dengan pertanyaan yang diajukan itu menandakan bahwa siswa tersebut belum pernah masuk galeri dan mengapresiasi karya senirupa.
Melalui pameran senirupa yang digelar rutin pada setiap bulan, Tembi Rumah Budaya, salah satunya bermaksud memberikan pembelajaran tentang mengapresiasi karya senirupa yang benar, khususnya bagi pengunjung awam.
Seperti siang itu, banyak pertanyaan perihal karya Hadi Wijaya Sp dari Purwokerto dan Daryono Yunani dari Cilacap yang dipamerkan, diantaranya adalah: apa maksudnya dari lukisan yang diberi judul: Hening, Semar Kendhat, Bawor Maneges, Sang Fenomenal, Petruk Dadi Asu. Ada juga yang menayakan, “Lho pak lukisan ini termasuk lukisan apa, kok semua ada wayangnya?”
Para siswa-siswi berada di Galeri, mengapresiasi lukisan
“Kalau bentuk wayang kan dekoratif, tetapi wayang pada lukisan ini lebih ekspresif, baik pewarnaannya maupun goresannya. Sedangkan temanya lebih ke surealis dan kontemporer. Jadi lukisan yang dipamerkan ini alirannya adalah campuran.”
Rupanya penjelasan yang disampaikan perihal Galeri dan lukisannya, Rumah Inap dan limasannya, Museum dan kerisnya dan masih banyak lagi yang berhubungan dengan budayaJawa, direkam untuk dijadikan video dan dikemas dalam program power point. Dengan video dan power point itulah para siswa yang sudah dibagi dalam kelompok diwajibkan mempresentasikan apa yang sudah didapat pada kunjungan kali ini.
Tentunya menjadi penting, mata pelajaran senirupa mendapatkan pembelajaran di luar sekolah, terutama di galeri-geleri yang menggelar karya rupa beraneka rupa.
Daahhh, sampai jumpa lagi
Naskah dan foto:Herjaka
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya
Baca Juga Artikel Lainnya :
- Kirab Pernikahan Agung Keraton Yogyakarta, Pesta Besar Budaya Keraton untuk Rakyat(25/10)
- Pada Putaran ke-123 Menembangkan Cuplikan Kisah Cinta(25/10)
- Siswa North Tista Singapura Mengenal Budaya Yogyakarta di Tembi Rumah Budaya(24/10)
- Gerimis Mewarnai Sastra Bulan Purnama di Tembi(24/10)
- Posteraksi: Tanah untuk Tahta(21/10)
- Pawai Budaya Memperingati HUT Kota Yogya ke-257(21/10)
- Malam ini Launching Tiga Antologi Puisi di Tembi(19/10)
- Perjalanan Hidup Pasangan GKR Hayu dan KPH Notonegoro Menurut Primbon(18/10)
- Blencong Banyumasan, Pameran dua Perupa Banyumas di Tembi Rumah Budaya(17/10)
- Budayawan Yogya Tak Tahu Ada Kongres Kebudayaan Di Yogya(14/10)