Posteraksi: Tanah untuk Tahta
Poster-poster karya Nobodycorp Internationale Unlimited, yang dikelola oleh Alit Ambara, bisa digunakan oleh siapa saja untuk berbagai kepentingan. Poster-poster ini adalah upaya Alit Ambara untuk mendorong demokratisasi di Indonesia.
Poster karya Alit Ambara
Kalimat di atas masih ada kelanjutannya, yakni untuk rakyat. Jadi, kalimatnya tertulis ‘Tanah untuk Tahta untuk Rakyat’. kalimat itu mendekati judul biografi Sultan Hamengku Buwono (HB) IX ‘Tahta untuk Rakyat’. Bahwa tahta yang dia miliki adalah untuk rakyat, bukan untuk dirinya.
Maka, Sultan HB IX juga memberikan tahtanya untuk rakyat melalui UU Pokok Agraria tahun 1960. Poster yang dibuat Alit Ambara bertuliskan “Tanah Untuk Tahta Untuk Rakyat”. Ini hanyalah salah satu poster dari sejumlah poster lainnya, yang dipajang di ruang Pamer Bentara Budaya Yogyakartadengan menghadirkan tajuk ‘Posteraksi’.
Pameran Posteraksi dibuka oleh perupa Nasirun, Rabu malam 16 Oktober 2013 dan akan berakhir 24 Oktober 2013. Alit menyuguhkan banyak poster yang sudah diseleksi, yang dibuat tahun 2010-2012.
Sebagaimana laiknya poster, kalimat yang disampaikan memiliki nada protes, bahkan seperti cenderung menuding. Karena poster yang dibuat bukan dikhususnya untuk program tertentu, program KB misalnya. Pada poster karya Alit Ambara ini nada protes, teriak, mengepalkan tangan, sangat kuat, meski kita bisa menemukan kata imbauan dalam poster pada pameran ini.
Berbagai macam teks dalam poster karya Alit Ambara
Kalimat yang tertera di poster sangat kuat terkesan agitatif, tetapi dari segi visual karyanya memiliki nuansa art. Maka, memadukan poster protes dan desain yang memikat adalah cara lain untuk menghadirkan demonstrasi secara apik.
Melalui poster kita menjadi tahu bahwa demonstrasi tidak identik dengan teriak, tetapi bisa dengan cara lain. Melalui poster, kita bisa menggugat korupsi, yang oleh pengadilan negeri tidak diangkat secara detail, atau malah mungkin (di) menang (kan).
Ada poster menampilkan sesok wajah yang mirip Soeharto, meski kalimatnya tidak menuding, dan terkesan kalem, tetapi memiliki sindiran yang menyakitkan sekaligus membawa rasa geli. Kalimat poster itu berbunyi: ‘Mikul Dhuwur Mendem Kudeta’. Kita kenal kalimat itu seringkali diucapkan oleh Soeharto, tetapi diplesetkan. Kalimat yang benar dari Soeharto: ‘Mikul Dhuwur Mendhem Njero’.
Atau kalimat lain pada poster yang berbeda. Kalimatnya berbunyi ‘Bebaskan Irian Barat. Hentikan Genosida’, dan sejumlah kalimat lain bisa dibaca. Ada yang memberikan kesan mengepalkan tangan, ada sindiran, dan ada yang seolah mengajak berteriak.
Poster plesetan
Selama delapan hari ruang pamer Bentara Budaya Yogyakartapenuh dengan poster yang diisi beragam kalimat dan beragam tema. Ada tema globalisasi, tema ketidakadilan dan seterusnya. Pendek kata, poster-poster ini menyampaikan aspirasi mengenai keadaan negeri ini. Kalimat dalam poster pendek-pendek, sehingga mudah untuk diingat.
Poster-poster karya Nobodycorp Internationale Unlimited, yang dikelola oleh Alit Ambara, bisa digunakan oleh siapa saja untuk berbagai kepentingan. Poster-poster ini adalah upaya Alit Ambara untuk mendorong demokratisasi di Indonesia. Melalui poster dia bisa menyampaikan banyak hal, dan orang diperbolehkan menggunakannya untuk kepentingan kampanye atau aksi sosial lainnya.
“Poster-poster Nobodycorp berlisensikan Common Creative (BY-NC-ND3.0) di mana pengguna dapat bebas menggunakan dan menyebarkan dengan tetap memberikan atribusi, tidak komersial dan tidak mengubah isi poster,” tulis Alit Ambara pada pengantarnya.
Sudah ada banyak kelompok maupun individu yang menggunakan poster Nobodycorp untuk kepentingan kampanye, propaganda maupun untuk penggalangan dana guna membiayai aktivitas sosial mereka sendiri.
Seorang pengunjung menikmati poster-poster
Alit Ambara adalah seorang desainer grafis lulusan sejarah Seni Rupa Savannah College of Art and Design, Georgia, Amerika Serikat, dan Seni Patung, Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Melalui lembaga yang diberi nama Nobodycorp Internationale Unlimeted, Alit Ambara menghasilkan banyak poster.
Melalui poster yang dihasilkan Alit Ambara hendak menggulirkan demokrasi melalui teks-teks pendek yang menggigit sekaligus getir.
Naskah & foto:Ons Untoro
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya
Baca Juga Artikel Lainnya :
- Pameran Arsip dan Dokumentasi Seni Rupa Indonesia Bertajuk Embrio(12/10)
- Seni Rubuh-rubuh Gedhang, Meneladan Para Wali(12/10)
- Secangkir Kopi Manis di Galeri Milik Lapas Wirogunan(10/10)
- Untuk Kesekian Kalinya SMAN 1 Temanggung Berkunjung ke Tembi Rumah Budaya(09/10)
- Rindu Kerukunan dari Romo Sindhu dan Gus Mus di Balik Tablig Seni Rubuh-rubuh Gedhang(08/10)
- Singapore International School Jakarta Seharian Penuh Belajar Budaya Tradisional di Tembi(07/10)
- Ulang Tahun ke-50 Nasirun, yang Tidak Pernah Berulang Tahun(05/10)
- P!nk, Tubuh Indah Wanita(03/10)
- PT Sampoerna Belanja Bumbu Dapur di Pasar Tradisional Bantul(03/10)
- Beradu Kepiawaian Menanak Nasi Pulen dengan Tungku Keren(02/10)