Secangkir Kopi Manis di Galeri Milik Lapas Wirogunan

Tentunya masih banyak lagi cerita di balik karya-karya yang dipamerkan, termasuk cerita-cerita yang getir. Tidak hanya secangkir kopi manis, tetapi juga secangkir kopi pahit.

Wirogunan Art Gallery, pameran secangkir kopi manis, foto: Herjaka
Band Ngisor Munggur SMSR dan demo melukis

Ruang Pamer Narapidana yang terletak di Jalan Tamansiswa No 21, di depan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Wirogunan Jogyakarta, dalam tiga bulan terakhir ini telah difungsikan sebagai galeri senidan diberi nama Wirogunan Art Gallery. Pengelolaan tempat milik Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Daerah Istimewa Yogyakartaini diserahkan kepada beberapa seniman dan pengusaha yang tergabung dalam PT Wiraguna Kreatif Persada.

Selain untuk pameran karya seni, Wirogunan Art juga difungsikan sebagai ruang workshop, serta artshop. Karya-karya kerajinan dari Warga Binaan Lapas Wirogunan, siswa-siswi Sekolah Menengah Senirupa (SMSR), SMK, komunitas kreatif dan masyarakat umum dapat dipamerkan di Artshop tersebut.

Berkaitan dengan program Wirogunan Art Gallery, pada Selasa malam 24 September 2013 sampai dengan 30 September 2013, telah digelar pameran senirupa bersama para perupa senior dan yunior dan juga perupa binaan dari Lapas Wirogunan. Pameran yang mengambil tema “Secangkir Kopi Manis” tersebut dibuka oleh pematung Dunadi, dan dimeriahkan dengan Band Ngisor Munggur SMSR, demo melukis, demo membatik dan demo mematung dari siswa siswi Sekolah Menengah Senirupa Yogyakarta.

Wirogunan Art Gallery, pameran secangkir kopi manis, foto: Herjaka
Karya Dian Anggraini, perupa senior

Tidak kalah meriah dengan yang terjadi di ruang pamer, waroeng kuliner Rakjat Mbakyu Wiro yang terletak di sisi utara sebelah timur pun dijejali oleh para pengunjung pameran. Panitia sengaja mempertemukan dua kemeriahan dalam satu paket, yaitu Pameran Senirupa Secangkir Kopi Manis. Di waroeng itulah para seniman duduk bersama sembari minum kopi, untuk mendialogkan hal ihwal kehidupan di zaman ini, termasuk kehidupan seni-budaya khususnya senirupa. Diharapkan dalam pertemuan itu terjadi interaksi dan semangat berbagi pengalaman, untuk saling asah-asih-asuh antara perupa senior dan perupa yunior.

Idealnya, hasil dari dialog yang terjadi di waroeng Mbakyu Wiro tersebut berujung pada sebuah pameran di ruang yang telah disediakan. Seperi yang digelar 24 perupa pada malam itu, yang terdiri dari : Andi Ryan Kusuma, Bony S, Diah Yulianti, Drs. Dunadi, Dyan Anggraini, Didung Putra P, Dr. Timbul Raharjo, M.Hum, Hari Ndaruwati, Heru Uthantoro, Ibnu Prastowo, I Gede Arya Sucitra, Katrin Nur NI, Ledek Sukadi, Rangga Anugrah Putra, Rokhyat, Slamet, Syahrizal Pahlevi, Zaenal Arifin, Zenfa Kusmaryanto, Heri Laksono, Niken Larasati, Sidik CNG, T. Wulan DP, Wiyono.

Seperti yang terjadi di sebagian besar galeri di Yogya, pameran bersama antara pelukis senior dan pelukis yunior sudah sering digelar. Dalam proses kreatifnya untuk mewujudkan pameran bersama, bisa saja mereka berproses bersama, tetapi kebanyakan dari mereka berproses secara sendiri-sendiri. Di Yogya banyak tempat, termasuk juga warung-warung, yang dijadikan kantong-kantong budaya. Masing perupa telah memilih kantong-kantong yang dirasa nyaman untuk minum kopi atau minum teh dengan komunitasnya, untuk mencari ide, melahirkan konsep dan menghasilkan karya yang akan diusung dalam sebuah pameran.

Wirogunan Art Gallery, pameran secangkir kopi manis, foto: Herjaka
Karya Slamet, perupa binaan Lapas Wirogunan

Pameran secangkir Kopi Manis ini dapat dijadikan penanda bahwa Kehadiran Waroeng Rakyat Mbakyu Wiro dan gedung pamer Wirogunan Art di Jalan Tamansiswa 21 ini diperuntukan bagi semua perupa, termasuk juga perupa yang berada dalam binaan Lapas Wirogunan. Diharapkan para perupa tersebut dapat saling berbagi dan saling menginspirasi. Karena sesungguhnya perupa muda pun memiliki kemampuan untuk menginsipirasi dalam melahirkan konsep penciptaan bagi perupa yang lebih tua.

Menurut Hendrix, koordinator pameran, tema Secangkir Kopi Manis ini dipilih, karena ia seringnya nongkrong bersama dengan sejumlah seniman lainnya, sembari menyeruput kopi. “Selama ini kita selalu melihat kopi dari rasanya atau aromanya. Kita tidak pernah melihat riwayat di balik kopi itu dari siapa, petani kopinya siapa? atau petani gulanya siapa dan bagaimana hidupnya? Nah, dalam hal pameran ini kami ajak mereka atau perupa untuk melihat sisi itu yang bisa saja menarik untuk diulas,” ucapnya

Mengamati karya-karya yang dipamerkan, tentunya akan banyak hal yang dapat diulas di balik keanekaragaman karya-karya tersebut. Siapa pelukisnya? Bagaimana kehidupannya? Sejauh mana konsep yang ia tawarkan, tehniknya, bahannya dan juga prosesnya. Tentunya masih banyak lagi cerita di balik karya-karya yang dipamerkan, termasuk cerita-cerita yang getir. Tidak hanya secangkir kopi manis, tetapi juga secangkir kopi pahit.

Wirogunan Art Gallery, pameran secangkir kopi manis, foto: Herjaka
Pematung Dunadi membuka pameran

Naskah & foto :Herjaka HS



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya


Baca Juga Artikel Lainnya :




Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta