Kuartet Erik Truffaz dari Perancis Memukau Penikmat Jazz di Desa Sidoakur

Semakin malam, penampilan kuartet Erik Truffaz semakin memikat. Di sela-sela lagu mereka, Erik menyapa para audiens, “Sugeng ndalu. Kula seneng main teng mriki. Maturnuwun”. Tentu dengan logatnya yang lucu, mengundang tawa dari para audien.

Kuartet Erik Truffaz, trumpetis jazz asal Perancis, tampil di Ngayogjazz 2013, foto: Gardika Gigih Pradipta
Davis Corbot tampil begitu atraktif

Salah satu musisi Jazz ternama yang sayang untuk dilewatkan penampilannya di Ngayogjazz 2013 adalah Erik Truffaz, trumpetis jazz asal Perancis. Erik datang bersama kuartetnya yang sudah terbentuk sejak tahun 1997, terdiri dari Benoit Corboz pada piano dan keyboard, Marcello Giuliani pada bass, Marc Erbetta pada drum. Pada Oktober tahun lalu, kuartet ini merilis album terbaru mereka bertajuk ‘El Tiempo de la Revolucion’.

Reputasi Erik Truffaz sebagai trumpetis jazz ternama di Eropa sudah tidak diragukan lagi. Ia lahir di Perancis tahun 1960 dan di usia 10 tahun, Erik sudah diperkenalkan oleh ayahnya, yang juga merupakan anggota sebuah band, kepada dunia musik profesional. Sebagai instrumentalis, ia telah menelorkan 18 album solo, dan di antaranya merupakan keluaran dari label besar, EMI Musik Perancis.

Kuartet Erik Truffaz tampil di panggung Sayuk Rukun, salah satu dari empat panggung Ngayogjazz 2013 yang diselenggarakan di Desa Sidoakur, Godean, Yogyakarta, Sabtu malam, 16 November 2013. Hujan telah mengguyur kota Yogyakartasejak Sabtu sore, namun hujan tak menyurutkan antusiasme penikmat jazz untuk bertahan di Ngayogjazz 2013. Jas hujan dan payung menjadi perlengkapan yang sangat akrab bagi audien, bahkan muncul istilah plesetan ‘Jazz hujan’ di antara para penikmat Jazz. Saat Kuartet Erik Truffaz memulai aksinya sekita pukul 18.30, hujan telah reda.

Di panggung empat musisi jazz handal mulai beraksi. Erik Truffaz tentu dengan trumpetnya yang ia eksplorasi lagi dengan menggunakan berbagai efek-efek dari alat elektronik, seperti reverb, delay, dan distorsi. Benoit Corboz tampak sangat dominan di balik piano dan keyboardnya. Ia juga mengekplorasi banyak efek bunyi pada keyboard-nya dengan berbagai perlengkapan efek elektronik. Marcello Giuliani begitu asik dengan bass-nya, dan Marc Erbetta memainkan ritme-ritme unik pada drumnya.

Kuartet Erik Truffaz, trumpetis jazz asal Perancis, tampil di Ngayogjazz 2013, foto: Gardika Gigih Pradipta
Kuartet Erik Truffaz hangatkan malam yang dingin di Desa Sidoakur, Godean,
dalam gelaran Ngayogjazz 2013

Pada pertunjukannya kali ini di Ngayogjazz 2013, bisa dikatakan bahwa eksplorasi bunyi dan atmosfer yang dibentuk dari berbagai efek elektronik menjadi bumbu yang penting bagi musik Kuartet Erik. Bunyi trumpet yang terkena efek reverb ( seperti gema) dan delay (seperti gaung) pada keyboard membuat bunyi yang dihasilkan begitu asing, namun asik di telinga. Mereka berempat memang jago mengeksplorasi bunyi.

Erik Truffaz memang terkenal memiliki daya jelajah tinggi dalam eksplorasi musiknya. Tengok saja album-albumnya. Salah satunya dalam album trilogy, Paris-Benares-Mexico, Erik juga mengeksplorasi berbagai atmosfer dan idiom musik tradisi dari berbagai belahan dunia. Dalam lagu Tarana, ia mengeksplorasi gaya musik Carnatic, India.

Kembali ke Panggung Sayuk Rukun Ngayogjazz 2013. Penampilan kuartet Erik Truffaz memukau audien yang memadati tempat pertunjukan. Kuartet ini mampu menghadirkan atmosfer musik yang begitu kuat dalam penampilannya dan juga piawai memain-mainkan tensi emosi dalam musiknya. Mulai dari ritme yang cepat dan bunyi-bunyian yang keras, menuju tempo lambat yang sangat tenang dengan alunan lembut trumpet Erik Truffaz, lalu kembali lagi klimaks. Audien seakan diajak berpetualang dalam dunia bunyi mereka. Semua lagu dibawakan secara instrumental.

Sang keyboardis, David Corbot tampil atraktif dan memukau. Ia menyumbang energi besar bagi pertunjukan Kuartet Erk Truffaz. Saat David memainkan instrumennya, ia seakan begitu asik dengan dunianya sendiri. Namun justru keasyikan ini membuat audien ikut terhanyut dan terpikat. Tak puas dengan bunyi ‘konvensional’, David mengotak-atik keyboard-nya dengan berbagai efek bunyi yang kaya.

Semakin malam, penampilan kuartet Erik Truffaz semakin memikat. Di sela-sela lagu mereka, Erik menyapa para audiens, “Sugeng ndalu. Kula seneng main teng mriki. Maturnuwun”. Tentu dengan logatnya yang lucu, mengundang tawa dari para audien.

Malam itu sungguh sebuah sajian yang komplit dari Kuartet Erik Truffaz bagi para penikmat Jazz yang hadir di Ngayogjazz 2013. Malam yang dingin di Sidoakur setelah diguyur hujan deras di sore hari, berubah oleh penampilan memukau Kuartet Erik Truffaz. Semoga tahun depan bisa jumpa lagi!.

Naskah dan Foto:Gardika Gigih Pradipta



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya


Baca Juga Artikel Lainnya :




Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta