'Nyi Roro Kidul' Di Istana Negara 'Gedung Agung' Yogya
Di Jawa dikenal kisah tutur mengenai laut selatan, yang dalam kepercayaan Jawa dikuasi oleh seorang Ratu yang dikenal dengan nama ‘Ratu Kidul’ atau juga disebut sebagai ‘Nyi Roro Kidul’. Tokoh perempuan ini, yang wajah dan sosoknya belun pernah dilihat, meski telah melewati abad, dikenal secara luas oleh masyarakat. Orang percaya, bahwa Nyi Roro Kidul betul-betul ada, bukan hanya sekedar kisah cerita belaka dan dituturkan secara lisan pada setiap generasi.
Rupanya ‘Nyi Roro Kidul’ ada sosoknya, setidaknya bisa dilihat pada visual lukisan ‘tokoh’ dari laut Jawa, karya Basoeki Abdullah. Jadi, ‘Nyi Roro Kidul’ sekarang ‘tinggal’ di museum Istana Negara ‘Gedung Agung’ Yogyakarta. Di museum ini, ‘Nyi Roro Kidul’ tinggal bersama tokoh Indonesia lainnya, yang berbeda generasi dengan Nyi Roro Kidul. Karena, nama ‘Nyi Roro Kidul’ mulai beredar di Jawa pada jaman Mataram diperintah Panembahan Senapati. Di museum Istana Negara ‘Gedung Agung’ ini ada lukisan Bung Karno, Kartini dan sejumlah tokoh jaman pergerakan dan masa perang Diponegoro (1825-1830).
Sejumlah lukisan karya para pelukis kaliber internasional, seperti Sudjojono, Affandi, Basoeki Abdullah, Dullah, Gambir Anom dan nama-nama tenar lainnya, dipajang di ruang pamer museum Istana Negara ‘Gedung Agung’. Koleksi yang dipajang memang tidak hanya lukisan, melainkan banyak benda seni lainnya, misalnya guci, kereta mini, jam dan bermacam ukiran lainnya.
Lukisan Affandi ‘Sabung Ayam’ juga bisa dilihat di ruang koleksi museum Istana Negara ‘Gedung Agung’ ini, dan merupakan lukisan asli dari Affandi. Menurt Mike Susanto, kurator dan pengajar di ISI Yogyakarta, lukisan yang dipajang di ruang koleksi museum Istana Negara ini semua karya asli dari pelukisnya. Lukisan Bung Karno ada beberapa dan dalam ekspresi yang berbeda. Ada juga lukisan Diponegoro naik kuda, khas sebagaimana orang mengenalnya di atas kuda.
Koleksi yang dipajang di museum Istana Negara ‘Gedung Agung’ ini, sebenarnya penting untuk informasi khalayak umum. Setidaknya, kita bisa tahu, bahwa negara memiliki perhatian terhadap benda-benda seni. Hanya saja, karena museum ini menyatu dengan Istana Negara, sehingga tidak dibuka untuk umum laiknya musemum lainnya yang ada di Yogya. Yang ingin melihat harus mengirim surat dulu untuk janjian melihat, dan itu pun bukan perseorangan yang janjian tetapi lembaga, sekolahan misalnya.
Lukisan ‘Kartini’ juga bisa dilihat di ruangan ini. Wajah Kartini khas. Sangat ekspresif. Kita seperti melihat, bahwa wajah Kartini ‘hidup’ di kanvas itu. Apalagi ada cahaya lampu yang menerangi menambah lukisan ‘Kartini’ semakin mempesona.
Gedung Seni Sono, setelah direnovasi dan menyatu dengan Istana Negara ‘Gedung Agung’, ada sebagian ruangnya dipakai untuk menyimpan koleksi dan cinderamata dari tamu yang datang. Gedung Seni Sono ini didirkan tahun 1822, dengan nama Societet De Vereeniging Jogjakarta. Ketika itu, tempat ini dipakai sebagai tempat hiburan oleh kalangan sipil dan militer Belanda, misalnya untuk pertunjukkan opera, bowling, billiard. Tempat ini, oleh warga Yogya sering disebut sebagai ‘kamar bola’ atau ‘Gedung Sosietet.
Informasi dari Istana Gedung Agung, setidaknya seperti bisa dilihat dari panduan yang diterbitkan, mengenai Seni Sono ini, diantaranya dituliskan seperti berikut:
“Pada masa pendudukan Jepang berubah namanya menjadi ‘Balai Mataram’. Pernah digunakan untuk Kongres Pemuda Indonesia Pertama pada bulan November 1945. Tahun 1952 Balai Mataram ini berubah sebagai gedung bioskop dan bernama gedung ‘Seni Sono, dan sering digunakan aktivitas para seniman Yogyakarta sejak tahun 1967”.
Ya, di ruang koleksi kompleks Istana Negara ‘Gedung Agung’ ini, pada bangunan tamabahan dari gedung ‘Seni Sono’ dan ‘Gedung PWI’ serta ‘Gedung Deppen’, kita bisa melihat beragam koleksi benda seni yang kualitas seninya, setidaknya dari karya lukisnya, sangat bagus.
Dan lukisan ‘Nyi Roro Kidul’ karya Basoeki Abdullah, hanyalah salah satu dari sejumlah lukisan lainnya yang berkualitas elok.
Ons Untoro
Artikel Lainnya :
- 15 Februari 2010, Klangenan - JALAN-JALAN SIANG DI YOGYA(15/02)
- 23 Juni 2010, Kabar Anyar - WORKSHOP HOMECLAY DI Tembi(23/06)
- Menjaga Warisan Budaya Bangsa(25/01)
- PANCASILA DAN UUD 45 YANG DILUPAKAN(19/07)
- Komunitas Happy Fit Masak di Tembi(01/03)
- DAFTAR BUKU PERPUSTAKAAN RUMAH BUDAYA Tembi(14/01)
- Pak Warsana dan Topeng Panjinya(13/10)
- SENAM MUSEUM DI GUMUK PASIR(06/08)
- ROTI KOLMBENG RIWAYATMU KINI(20/04)
- ES KRIM TIP TOP YOGYAKARTA, SUDAH EKSIS SEJAK SEBELUM PROKLAMASI KEMERDAAN RI(16/02)