Nol Kilometer Yogya

Nol Kilometer Yogya

Di Yogya dikenal satu area yang disebut sebagai titik nol. Sebelumnya, tak pernah muncul istilah ini. Pada lokasi yang sama, tahun 1970 sampai 1980-an dikenal sebagai air mancur. Karena, pada titik tengah perempatan ada air mancur; air yang ‘mancur’ (mengalir ke atas). Sesudah air mancur dihilangkan, istilah yang dikenali(i) sebagai perempatan Kantor Pos. Karena, area itu ada bangunan yang dipakai sebagai Kantor Pos. Padahal, selain Kantor Pos ada juga BNI 46, Gedung Bank Indonesia. Tetapi tanda yang ditunjuk Kantor Pos. Maka, dikenalah sebagai perempatan Kantor Pos.

Sebutan titik nol, setidaknya mulai belakangan ini, dan menghubungkan pada titik-titik yang lain. Karena pada titik nol ini, melintas garis imajiner dari Kraton Yogyakarta-Tugu-Gunung Merapi. Karena, ketika kita berdiri di titk nol menghadap utara, artinya kita segaris dengan Tugu Yogya. Sedang dibelakang kita Alun-Alun Utara dan Pagelaran Kraton.

Pada Area titik nol ini, bisa ditemukan bangunan-bangunan lama jaman Belanda dan sekarang masih berfungsi. Misalnya, BNI 46, Kantor Pos, Istana Negara ‘Gedung Agung’ dan Benteng Vendendurg. Sebetulnya ada gedung Seni Sono dan satu gedung yang, dulu, pernah dipakai sebagai Kantor Departemen Penerangan DIY. Kedua bangunan lama itu sekarang sudah disatukan menjadi bagian tak terpisahkan dari Istana Negara.

Pada titik nol ini, lalu lintas dari empat arah bertemu: dari arah utara, Jalan Ahmad Yani (kawasan Malioboro), dari arak Timur, Jl. P Senapati, dari arah barat Jalan KH. Ahmad Dahlan dan dari arah selatan Jalan Ibu Ruswo. Jadi, kita bisa membayangkan betapa ramainya lalu lintas di titik nol ini.

Nol Kilometer Yogya

Dalam kepadatan lalu lintas itu, disekitar titik nol, tiap hari tidak pernah sepi dari orang. Selalu saja ada orang nongkrong di kursi-kursi yang terbuat dari beton dan diletakkan di trotoar Jalan Ahmad Yani. Pohon beringin di depan Gedung Negara sekaligus sebagai peneduh bagi orang yang duduk santai di siang hari. Pada sore hari, apalagi malam hari, terlebih Sabtu malam, area titik nol sebagai tempat interaksi sosial antar kelompok sosial masyarakat. Masing-masing komunitas mengambil tempat yang berbeda, misalnya komunitas sepeda onthel memajang sepeda onthelnya di depan Kantor Pos sebelah selatan jalan, bagian barat trotoar, dan komunitas sepeda motor tua, disebelahnya. Komunitas lainnya, mengambil di tempat yang lainnya. Muda-mudi lainnya, mengambil lokasi yang mendekati Istana Negara dan Beteng Vedenburg. Pendek kata, titik nol telah menjadi ruang publik bagi warga yang ada di Yogyakarta.

Ada hal yang mearik, kapan kita berada di titik nol kilometer, seringkali pada fotografer, atau pemotret amatir lainnya, mengambil gambar titik nol dari sudut yang berbeda-beda. Ada fotografer yang meghadirkan landscape keseluruhan, dengan mengambil posisi memotret dari monument Serangan Oemoem Satoe Maret. Namun, ada juga yang memfokuskan mengambil bangunan gedung BNI 46 dari beberapa sisi, sehingga ‘keindahan’ gedung BNI ’46 bisa dilihat. Karena ada banyak pemotret mengambil gambar titik nol, orang bisa mudah sekali menemukan foto area titik nol, dalam keseharian maupun ketika ada kegiatan.

Kegiatan apa saja yang melewati atau diselenggarakan di titik nol?

Karnaval seringkali diselenggarakan di titik nol, bahkan karnaval tersebut berjalan dari kawasan Abubakar Ali di Malioboro menuju ke arah titik nol, dan berhenti di Alun-Alun Utara. Atau juga. , menyelenggarakan pertunjukan musik, tari dan lainnya di Plaza Monumen Serangan Oemoem Satoe Maret. Kegiatan sastra yang dikemas dalam ‘Malam Sastra Malioboro’ mengambil tempat di titik nol, persisnya di samping selatan pintu masuk Gedung Negara. Tidak ketinggalan, demonstari yang dilakukan oleh para aktivis mahasiswa, LSM dan buruh, juga mengambil tempat di titik nol kilometer ini.

Nol Kilometer Yogya

Melihat dari bangunan-bangunan yang ada disekitar titik nol, dan masih merupakan bangunan jaman Belanda, artinya titik nol kilometer merupakan kawasan heritage, yang tak lain memiliki nilai sejarah dan kultural.

Barangkali karena hal itulah, interaksi sosial antar kelompok masyarakat banyak diselengarakan di kawasan ini.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta