Silaturahmi Melalui Seni Rupa

Silaturahmi Melalui Seni Rupa

Rupanya, Silaturahmi di bulan Syawal bisa menggunakan media, salah satunya berupa seni rupa. Setidaknya seperti pameran seni rupa yang menghadirkan tajuk ‘Silaturahmi’, apalagi pembukaan pameran yang diselenggarakan di Bentara Budaya Yogyakarta, masih suasana Syawalan. Karena pembukaan pameran dilakukan Jum’at (24/8) dan dibuka oleh Prof. Dr. H.M Din Syamsuddin, MA, Ketua PP. Mumamadiyah. Pameran seni rupa ini diselenggarakan oleh Lembaga Seni Budaya dan Olah Raga PP Muhammadiyah.

“Saya sungguh berbangga hati karena untuk kesekian kalinya kita semua dapat menyelenggarakan pameran seperti ini. Lantas apa makna pameran ini diberi tajuk Silaturahmi? Ini tepat sekali dengan suasana Syawal yang sering disebut sebagai bulan silaturahmi. Dalam konteks ini, saya memaknakan bahwa para seniman kita dalam bersilaturahmi menggunakan karya seni rupa yang amat indah ini. Teman-teman mampu bersilaturahmi dengan hati, dengan ekspresi jiwa dengan ketulusan dan kelembutan serta keterusterangan ekspresi seperti ini” ujar Din Syamsuddin.

Perupa yang ikut pameran adalah para perupa, yang telah melakukan pameran disejumlah tempat dan ada perupa yang namanya sudah cukup dikenal serta harga lukisan karyanya cukup mahal, seperti misalnya Nasirun, yang memamerkan karya lukisnya berjudul ‘Islam Abangan’. Lukisan ini menampilkan sosok laki-laki berambut gondrong, mengenakan pecis warna merah, sekilas orang yang mengenali wajahnya, akan melihat itu wajah Nasirun. Namun, tidak penting, sosok siapa yang ada di kanvas karya dari Nasirun. Setidaknya, melalui karyanya Nasirun telah melakukan silaturahmi pada publik.

Silaturahmi Melalui Seni Rupa

Atau juga, lukisan karya Robert Nasrulah, yang berjudul ‘Bhineka Tunggal Ika’ menyajikan visual berupa keris, pedang arit dan beberapa senjata tajam lainnya, yang agaknya untuk menunjukkan keberagaman senjata yang ada di Jawa, bahkan termasuk di daerah lainnya. Masing-masing daerah memiliki senjata yang berbeda-beda, tetapi esensinya satu:senjata mempunyai nilai kultural.

Karya yang lain, dan menyajikan visual berupa bangunan segi tiga yang terbuat dari kawat. Diatas pucuk dari bangunan segi tiga ada tanda menyerupai Masjid, yang dibuat cukup artistik. Lukisan ini diberi judul ‘Silaturahim’ karya dari Rispul.

Karya-karya yang dipamerkan, hampir semuanya merayakan Syawalan dan melakukan silaturahmi. Dengan cara masing-masing, para perupa menyampaikan pesan silaturahmi kepada relasinya yang melihat karya lukis dalam pameran ini.

Suwarno Wisetrotomo, seorang kurator dan dosen di Fakultas Seni Rupa ISI Yogya, dalam tulisannya untuk katalog pameran ini mengatakan:

“Terkait dengan Hari Raya Idul Fitri 1433 H, sejumlah kawan seniman berinisiatif menyelenggarakan pameran seni rupa, menggunakan tajuk ‘Silaturahmi’. Peserta pameran diundang dari berbagai lapis (dan agama) yang dianut sang seniman. Niat penyelenggaraan ini pantas kita sambut dengan bahagia, bahwa tak ada cara lain untuk membangun persaudaraan, mempererat persahabatan, menumbuhkan kesalingmengertian, dan sekaligus bermakna ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecuali menciptakan ruang silaturahmi, sesering mungkin. Ruang silaturahmi kali ini dibangun melalui pameran seni rupa: memajang karya dengan berbagai-bagai bentuk, wujud, dan maknanya dalam satu ruang di Bentara Budaya Yogyakarta”.

Silaturahmi Melalui Seni Rupa

Dari pameran ‘Silaturahmi’ ini, setidaknya kita bisa mengerti, bahwa upaya untuk melakukan silaturahmi dengan relasi, sahabat, keluarga dan kelompok masyarakat lainnya, bisa menggunakan jalur kesenian, dalam hal ini seni rupa. Rasanya, kita bisa melihat nuansa art pada acara silaturahmi seni rupa pada bulan Syawal. Selain saling berjabat tangan misalnya, kita bisa melihat bagaimana upaya persaudaraan, memaafkan direpresentasikan melalui karya seni rupa. Masing-masing orang diperkenankan menafsirkan setiap karya seni rupa dengan caranya, dan akan menemukan beragam tafsir, dan ini merupakan sesuatu hal yang normal di dunua seni rupa.

Jadi, ucapan silaturahmi bisa terasa visualistik melalui pameran ini, dan agaknya merupakan ‘kata ganti’ dari kartu lebaran.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta