Tembi

Berita-budaya»MUDIK

22 Aug 2011 07:24:00

MUDIKHari-hari ini, kita akan terus mendengar kata ‘mudik’ diucapkan. Dan pada hari-hari mendekati lebaran, bukan lagi mengucapakan kata mudik. Melainkan telah menjalankan mudik. Kota-kota di Indonesia ada yang berkurang penduduknya, tetapi ada yang padat karena diisi oleh para pemudik.

Yogya bukan jenis kota yang sepi dari pemudik. Malah sebaliknya, kota ini padat oleh pemudik. Orang-orang yang telah lama pergi meninggalkan kampungnya di Yogya untuk bekerja di kota lain, akan kembali ke kampungnya. Namun ada juga, orang yang mudik ke Yogya bukan ingin kembali ke kampungnya, tetapi merasa kangen pada Yogya, sebab pernah tinggal di Yogya cukup lama untuk menuntut ilmu, dan rasa kangen pada Yogya ‘dipenuhi’ melalui mudik, untuk bertemu dengan teman-temannya, atau juga ‘menengok’ tempat kosnya.

Aktivitas mudik tidak bisa dilepaskan dari upaya untuk mendapatkan tiket perjalanan, entah menggunakan kereta api, bus, kapal laut atau pesawat terbang. Para pemudik tahu, tiket perjalanan harganya pasti naik lebih besar dari biasanya. Seolah, penjual tiket jasa angkutan sudah tahu, harga tiket yang lebih tinggi tetap akan dibeli oleh pemudik.

Disejumlah tempat penjual tiket kereta api, di Jakarta maupun di Yogya, selalu penuh dengan calon pemudik yang hendak pulang kampung. Para pemudik rela antri untuk mendapatkan tiket, dan setiap tahun upaya mendapatkan tiket sepertinya tidak ada perbaikan sehingga selalu saja antrian melebihi jumlah tiket yang disediakan. Lebih parah lagi, apabila jumlah tiket melebihi kapasitas penumpang. Hal yang membahayakan seperti ini seringkali diabaikan. Penumpang dan pengelola transporatasi acap abai. Masing-masing memiliki alasan yang berbeda. Yang satu alasannya keuntungan ekonomis, yang lainnya memenuhi kepentingan mudik.

Kenapa mudik begitu penting?

Ya, karena mudik kembali pada kampung halaman. Kembali pada asal muasal. Artinya kembali ke ‘nol’. Seluruh proses yang dijalani selama ini, sukses atau setengah sukses, atau juga gagal, sulit mengabaikan mudik. Upacara ini perlu dilakukan untuk kembali ke asal. Simbol dari asal adalah kampung halaman. Tanah kelahiran. Sebagaimana kelahiran yang melalui proses tidak gampang dan disertai rasa sakit. Demikian pula mudik, untuk kembali ke tempat kelahiran, proses yang susah harus ditempuh.

MUDIKSetelah satu bulan menjalani puasa, upaya untuk mengalahkan hawa nafsu, suatu proses yang tidak gampang. Akhir dari proses ditandai bersyukur kepada Tuhan dan saling memaafkan kepada handai taulan. Di kampung halaman, yang merupakan tempat kelahiaran, hanya rasa bahagia yang dirasakan.

Begitulah, minggu-minggu ini kita akan melihat berjuta orang kembali ke tanah kelahiran untuk merayakan kebahagiaan. Bukan berarti ditempat ‘yang baru’ tidak bahagia. Sama sekali tidak ada hubungannya. Tempat kelahiran adalah ikatan antara sejarah masa lalu dengan kekinian, karena itu ‘sejarah’ itu tidak bisa diputus. Orang seringkali merunut tali sejarahnya sampai ke ujung awal, dan hanya di kampung halaman, tempat dimana dilahirkan, ujung awal itu bisa ditemukan.

Kita tahu, selama mudik lebaran tiba, setidaknya selama satu minggu atau lebih sedikit, Yogyakarta akan penuh orang. Tempat-tempat wisata tidak akan sepi dari kehadiran orang. Tempat-tempat makan, utamanya setelah lebaran hari kedua dan seterusnya akan penuh sesak. Masing-masing orang saling merayakan kebahagiannnya dengan cara masing-masing. Yang pasti, masing-masing telah saling memaafkan akan kesalahan yang telah dilakukan dan diperbuat, disadari atau tidak.

Mudik, adalah momentum untuk ‘kembali’ pada asal mula, untuk kemudian akan diteruskan lagi pada langkah selanjutnya.

Di Yogya, obyek wisata yang selalu ramai pada masa mudik adalah pantai, kebun binatang, candi-candi, misalnya candi Prambanan. Pantai-pantai yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, biasanya penuh wisatawan mudik. Gembira loka, biasanya pula, penuh sesak pengunjung sehingga untuk berjalan saja mesti berdesakan. Pendek kata, pada masa mudik ini, Yogya akan penuh orang. Lalu lintas padat dan macet. Kebahagiaan menyertai dalam situasi seperti itu.

Pada suasana menjelang lebaran ini, dan tidak bermaksud mendahului, tidak lupa kita mengucapkan mohon maaf lahir dan batin.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta