KERAJINAN LAMPU ANDONG: SESUATU YANG LANGKA DARI BANTUL

Andong, kendaraan tradisional sejenis dokar yang beroda empat itu bukan merupakan sesuatu yang aneh di Jogja. Pasalnya, kendaraan jenis ini masih mudah ditemukan di Jogja. Kini kendaraan tradisional yang ditarik oleh satu atau dua ekor kuda ini biasa mangkal di sepanjang Jalan Malioboro sisi barat. Jenis kendaraan tradisional ini memang dilestarikan sebagai salah satu ciri khas kota Jogja. Sebagai salah satu kendaraan wisatawan yang bisa disewa dengan tarif tertentu.

Andong merupakan kendaraan tradisional yang dilengkapi sepasang lampu di kanan kiri bodinya. Lampu tersebut ditempatkan pada bagian atas penutup roda depan Andong. Lampu Andong merupakan jenis lampu yang umumnya diberi bahan bakar berupa minyak tanah, minyak kelapa, atau karbit. Akan tetapi yang paling umum digunakan adalah minyak tanah atau minyak kelapa.

Bentuk Lampu Andong yang khas menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari andong. Lampu ini sangat penting bagi kelengkapan andong, terlebih bila andong tersebut beroperasi pada waktu malam hari. Keberadaannya kecuali dapat menerangi jalan bagi kuda juga bagi sang kusir. Kecuali itu keberadaannya yang diletakkan pada dua sisi bodi andong akan menjadi penanda bagi pengendara lain khusunya di malam hari, karena dari kejauhan pun lampu ini akan tampak sebagai dua titik pijar atau dua titik cahaya yang berjalan sejajar.

Sekalipun andong dilestarikan di Jogja, para pemilik andong di Jogja satu demi satu beralih profesi. Jasa andong mulai ditinggalkan orang karena orang lebih memilih kendaraan yang cepat, nyaman, tidak terserbu angin dan debu serta tidak tampias oleh hujan. Mobil angkutan lambat laun menggeser posisi andong. Andong pun menjadi semacam kendaraan kelangenan. Bukan lagi kendaraan dengan fungsi optimal sesuai tuntutan zaman.

Beriring dengan hal itu, perajin alat-alat atau asesori andong pun berguguran. Salah satu yang masih bertahan barangkali adalah Sukirman (50). Sukirman kini lebih berkonsentrasi menggarap Lampu Andong yang terbuat dari bahan kuningan, tembaga, dan timah. Menurutnya masih cukup banyak peminat Lampu Andong. Bukan saja para kusir andong, namun juga orang-orang biasa yang ingin menghiasi rumahnya dengan Lampu Andong. Keantikan bentuk Lampu Andong inilah mungkin yang menyebabkan orang-orang tersebut mendatangi rumah Sukirman di Mutihan, Wirokerten, Banguntapan, Bantul, Jogja untuk meminta padanya supaya dibuatkan Lampu Andong sesuai selera mereka. Ini merupakan berkah tersendiri bagi Sukirman.

Sukirman menekuni bisnis kerajinan Lampu Andong ini sejak tahun 2000. Sebelumnya ia telah lebih dulu berkutat dengan aneka kerajinan logam seperti kerajinan dandang, gembreng (wadah barang dalam timbangan), dan aneka kerajinan dari kuningan, tembaga, dan perak. Sebelumnya sejak tahun 1970-an ia telah aktif membantu ayahnya membuat Lampu Andong.

Hebatnya Sukirman mengerjakan kerajinan Lampu Andong ini hanya seorang diri. Artinya, ia tidak dibantu siapa pun. Istri maupun anaknya pun tidak. Dalam sebulan ia mampu merampungkan sekitar 8 buah Lampu Andong yang diberinya harga sekitar 400.000-850.000 rupiah untuk setiap potong lampu.

Bagi Sukirman tidak ada hal yang sulit dalam produksi Lampu Andong. Bahkan ia sanggup membuat berbagai peralatan atau perlengkapan andong. Termasuk berbagai kancing dan asesori pakaian kuda. Intinya, ia sanggup membuatkan berbagai kerajinan logam, khususnya logam kuningan dan tembaga. Belum lama ini ia bahkan mendapatkan order untuk membuat patung /relief tentang Bunda Maria dan Yesus Kristus di Gereja Gunung Sempu, Kasihan, Bantul.

Ada satu hal yang sebenarnya cukup menggelisahkan pikiran Sukirman, yakni tentang semakin minimnya generasi muda yang berminat pada kerajinan seperti yang selama ini djalankan oleh ayah dan dirinya.

a.sartono

KERAJINAN LAMPU ANDONG: SESUATU YANG LANGKA DARI BANTUL KERAJINAN LAMPU ANDONG: SESUATU YANG LANGKA DARI BANTUL KERAJINAN LAMPU ANDONG: SESUATU YANG LANGKA DARI BANTUL




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta