Tembi

Berita-budaya»MENGENANG 66 TAHUN YOGYAKARTA IBUKOTA RI

07 Jan 2012 11:08:00

MENGENANG 66 TAHUN YOGYAKARTA IBUKOTA RI“Yogyakarta menjadi termasyur karena jiwa kemerdekaannya. Hidupknlah terus jiwa kemerdekaan itu.” Itulah sepenggal kesan Presiden RI 1 Ir. Soekarno sebelum meninggalkan Yogyakarta kembali menuju Jakarta pada Desember 1949 lalu, setelah hampir 4 tahun menjadikan Yogyakarta sebagai Ibukota RI. Yogyakarta dipilih sebagai Ibukota RI pada 4 Januari 1946 oleh Soekarno Hatta dan kabinetnya, karena Yogyakarta dianggap paling aman, sekaligus mendapat jaminan dari penguasa Kraton Kasultanan Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubawana IX dan penguasa Kadipaten Pura Pakualaman, Sri Paduka Pakualam VIII.

MENGENANG 66 TAHUN YOGYAKARTA IBUKOTA RIBahkan pada saat pertama menjalani pemerintahan di Yogyakarta, Raja Yogyakarta tersebut menyumbangkan dana untuk operasional pemerintahan RI yang belum genap 1 tahun, sebesar 6.000.000 Gulden. Jumlah uang yang tidak sedikit pada waktu itu. Dengan modal itu, pemerintahan RI yang masih sangat belia terus menjalankan roda pemerintahannya. Di samping itu, pihak Kraton Kasultanan dan Pura Pakualaman juga memberikan tempat berteduh kepada segenap jajaran pejabat tinggi dari Jakarta yang ikut hijrah ke Yogyakarta. Mereka ada yang tinggal di lingkungan Kraton Yogyakarta dan Pura Pakualaman.

MENGENANG 66 TAHUN YOGYAKARTA IBUKOTA RIKetika hijrah ke Yogyakarta, rombongan Presiden Soekarno menggunakan Kereta Api Luar Biasa berlokomotif Uap C.2809 buatan Henschel (Jerman). Mereka hijrah ke Yogyakarta, di malam 4 Januari 1946 lalu. Keesokan harinya, rombongan tiba di Yogyakarta dan dijemput langsung oleh Sri Sultan Hamengkubuwana IX, Sri Paduka Pakualam VIII, Jendral Sudirman, pejabat tinggi di Yogyakarta dan segenap rakyat kawula Yogyakarta. Mereka berarak-arakan menuju Gedung Agung melewati Jalan Malioboro.

Pada 4 Januari 2012 lalu, setelah 66 tahun silam, arak-arakan tersebut terjadi kembaliMENGENANG 66 TAHUN YOGYAKARTA IBUKOTA RIdi tempat yang sama, untuk memperingati Yogyakarta Ibukota RI. Namun, suasana terakhir ini hanya sebagai teatrikal semata untuk mengingatkan kepada rakyat dan Pemerintah RI, bahwa Yogyakarta pernah menjadi Ibukota RI di kala itu. Sekaligus mengingatkan kepada pemerintah bahwa Yogyakarta banyak berjasa besar di saat awal proklamasi.

Dalam arak-arakan tersebut, segenap rakyat kawula Yogyakarta dari berbagai elemen masyarakat ikut menjemput dan mengantarkan Presiden Soekarno dan rombongannya ke Gedung Agung. Di bagian depan, Sri Sultan Hamengkubuwana IX, Sri Paduka PakualamMENGENANG 66 TAHUN YOGYAKARTA IBUKOTA RIVIII, dan Jendral Sudirman berjalan beriringan. Kemudian disusul mobil yang ditumpangi oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta. Barisan rakyat berada di belakangnya.

Setibanya di depan Gedung Agung, Ir. Soekarno berpidato berapi-api sekaligus mengucapkan terimakasih banyak kepada Raja Yogyakarta dan kawula Yogyakarta, yang telah memberi tempat untuk menjalankan pemerintahan, di kala Jakarta diobrak-abrik oleh tentara NICA yang diboncengi Belanda.

Karena sifatnya teatrikal, pada kesempatan itu, Ir. Soekarno, yang diperankan olehMENGENANG 66 TAHUN YOGYAKARTA IBUKOTA RIHendro Pleret, juga mengkritik pemerintahan sekarang, yang terus mengulur-ulur RUUK yang tidak kunjung selesai. Bahkan terkesan tidak ada niatan untuk diselesaikan menjadi UUK. Padahal rakyat Yogyakarta sudah sepakat, bahwa penetapan adalah harga mati.

Itulah Yogyakarta, setiap kasus yang menimpa Yogyakarta tidak pernah disikapi dengan kekerasan, tetapi dengan kritikan tajam, termasuk dalam memperingati “66 Tahun Yogyakarta Ibukota RI” seperti yang digelar Rabu (4/1) lalu. Di akhir acara, semua peserta teatrikal tersebut membentangkan bendera sepanjang 66 meter di pagar Gedung Agung.

Suwandi




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta