DRAWING
The Day After Today

Pameran seni menggambar dari delapan seniman, Andro M.M.Napitupulu, Arif Hidayatullah, Isrol Triono, Itsnataini Rahmadillah, M.D.Natsir M.Jabbar D, Panca DZ Putriani Mulyadi dengan tema The Day After Today berlangsung sejak 7-17 Mei 2010 mendatang di PADI Art Ground, Bandung. Drawing adalah kegiatan kegiatan membentuk imaji, dengan menggunakan banyak pilihan teknik dan alat. Bisa pula berarti membuat tanda-tanda tertentu di atas permukaan dengan mengolah goresan dari alat gambar. Pelakunya populer dengan sebutan penggambar/juru gambar yang merupakan salah satu bagian pekerjaan dari perupa. Secara formal dan sederhana drawing didefinisikan sebagai pendekatan berkarya dengan cara menggoreskan garis di atas bidang datar atau menurut konvensi umum di atas kertas. Medium yang digunakan pun biasanya pensil, ballpoint, charcoal, crayon, graphite, kapur dan lain sebagainya.

Namun kini, seiring dengan semakin mengaburnya batasan-batasan seni, batasan drawing secara medium dan teknis pun semakin absurd sehingga kemudian definisi drawing yang begitu sederhana di atas tidak lagi relevan hari ini. Berdasarkan tradisinya, drawing sendiri tidak pernah lepas dari praktik seni lainnya. Ia selalu menjadi tahap awal pembentukan karya (perancangan) oleh para seniman sebelum berkarya lukis, patung atau karya-karya lainnya. Namun, drawing sesungguhnya juga mampu menjadi karya yang berdiri sendiri dan tidak lagi berkaitan dengan bentuk karya lainnya secara konseptual maupun esensi. Dan mengapa pameran ini mengambil tema drawing, alasannya adalah, karena drawing merupakan bentuk visual termurni dalam seni rupa.

Menurut Annisa Rahadi selaku kurator, dalam perkembangan hubungan manusia dengan seni, drawing menjadi sebuah aktivitas yang tidak pernah menjadi asing dan praktiknya akan terus berlangsung untuk memenuhi kebutuhan manusia akan keberadaan. Sejak era awal kehidupan, manusia telah menggunakan drawing sebagai media untuk menunjukkan rekaman keberadaan dan identitas mereka di tengah dunia, selain juga hubungan dengan lingkungan fisik sekitar mereka. Dan pameran ini sebenarnya ingin bermain dengan prediksi dan waktu tentang bagaimana kita hari ini mendefinisikan seni untuk hari esok, paling tidak seni bagi diri kita sendiri. Drawing menjadi alat yang pas sebagai awal bagi para perupa yang terlibat untuk mencoba berbagai kemungkinan dan perspektif baru dalam berkarya.

Berdasarkan semangat itu, pameran ini menampilkan karya-karya drawing dari delapan perupa muda yang memiliki latar belakang penciptaan artistik yang berbeda. Hal ini dilakukan agar tercipta keragaman dalam memahami dan merespon konsep drawing yang begitu luas ini. Andro M.M. Napitupulu, Isrol Triono dan M.D. Natsir berasal dari studio seni grafis yang notabene memiliki keterkaitan yang lebih erat dengan teknis dan medium drawing. Sedangkan Itsnataini Rahmadillah dan Putriani Mulyadi memiliki latar studio patung, M. Jabbar D dari studio lukis, Panca DZ dari desain produk dan Arif Hidayatullah ilustrasinya sering menghiasi media cetak nasional. Kedelapan perupa ini memiliki pendekatan yang beragam dalam menyikapi drawing, dan secara sadar ataupun tidak tetap merujuk pada latar belakang pengkaryaan mereka.

Dengan adanya keragaman referensi visual dan bentuk inilah yang kemudian menjadikan karya-karya drawing yang dipamerkan kali ini membawa keunikan masing-masing. Karena bagaimanapun, pada dasarnya drawing adalah proses merekam pengalaman yang ditransformasikan dalam bentuk visual, sehingga tentunya jejak artistik mereka selama ini akan terekam pula. M. Jabbar D membuat mural berjudul Re(x)istance (2010) menggunakan graphite dan arang yang digoreskan di atas tembok galeri. Namun, ia juga mengaplikasikan lapisan cat sebagai latar. Tentunya ini sedikit problematik. Bagaimanapun penggunaan cat lebih dekat dengan kategori (me)lukis.

Walaupun demikian, Jabbar tetap menggunakan teknik menggores dengan pensil dan arang yang menjadi dasar drawing. Pada akhirnya memang batasan antara lukis dan drawing menjadi sangat bias. Selain itu, dalam pameran ini mayoritas karya tidak dikerjakan diatas kertas, melainkan menggunakan media lain seperti karya Isrol yang memanfaatkan media papan kayu, Itsnataini Rahmadillah men-drawing di atas obyek otak yang dicetak dari resin, Arif yang menggunakan plat aluminium dengan teknik menggores, dan Panca serta Jabbar yang langsung menggambar di atas dinding galeri. Secara konseptual, karya-karya yang dipamerkan juga sangat merepresentasikan filosofi drawing. Dan akhirnya menurut Annisa, drawing kini tidak bisa lagi didefinisikan hanya berdasar material dan medium yang digunakan ia adalah keyakinan dan attitude untuk mencoba sesuatu yang baru serta untuk menjadi avant garde dalam berbagai hal dan pameran ini mencoba untuk menangkap kesadaran tersebut untuk hari esok.

Photo by: Isrol Triono