Catatan Pameran Senirupa 11 Perempuan
Mengisi Ruang Kosong

Dalam rangka memperingati hari perempuan internasional, organisasi terbuka Ketjil Bergerak untuk kali ini membuka ruang kosong di Sangkring Art Project untuk diisi dengan karya-karya senirupa dari 11 perempuan. Kesempatan untuk mengisi ruang kosong tersebut rupanya tidak disia-siakan oleh para perempuan yang menyatakan dirinya sebagai Seniwati.

Ruang kosong dalam konteks ini menurut Lisistrata Lusandiana adalah ruang yang kemudian muncul akibat dari pembatalan keperempuannya yang dianggap sudah jadi menurut pandangan umum. Ketika keperempuanan yang sudah jadi tersebut dibatalkan maka yang kemudian muncul adalah keperempuanan yang belum jadi. Keperempuanan yang masih dalam proses menjadi. Dalam proses tersebut, masing-masing dari mereka mencoba untuk lebih mengenal diri dan menggali apa yang menjadi keinginannya.

Ruang kosong yang ada telah diisi dengan karya-karya senirupa, yang menurut pendapat Farah Wardani adalah sebuah medan pertemuan proses kreatif dan merupakan sarana untuk memberi saluran refleksi tak terbatas dalam melakukan analisa pengolahan tanda-tanda secara produktif

Mengisi Ruang Kosong
Trap in A Form#
Karya: Maria Indria Sari 2011

Mengisi Ruang Kosong
Butterfly Face
Karya: Lia Mareza 2012

Mengisi Ruang Kosong
Midnight Blues 2011
Karya: Utin Rini

Mengisi Ruang Kosong
Inner Skill 2012
Karya: NuriFY

Mengisi Ruang Kosong
Duma
Karya: @name (Adin & Nyoman)

Mengisi Ruang Kosong
Malam Tak Bertuan
Karya: Maria Magdalena 2012

Kesebelas perempuan yang sedang berproses bersama untuk menjadi perempuan sejati yang sesuai dengan jati diri masing-masing adalah: 1. Arini Imani Shofia (L. 1990) Mahasiswa Jurusan Psikologi UGM ini gemar menggambar sejak kanak-kanak. Pameran ini adalah pameran pertamanya, setelah selama ini karya-karyanya hanya untuk kesenangan sendiri. 2. Bonita Margaret (L. 1978) Lulusan ISI jurusan Seni Grafis ini karyanya tidak terbatas pada grafis saja, tetapi juga pada tehnik lukis. Selain itu dia rajin melakukan eksplorasi bentuk. Ia aktif dalam berbagai pameran. 3. Deidra Mesayu Risangsaeaya (L. 1995) Masih duduk dibangku Sekolah Menengah Atas. Darah seni mengalir dari orang tuanya yang adalah seniman senirupa visual. Deidra terbiasa terlibat dalam proses penciptaan karya senirupa. Ia memiliki cara pandang yang berbeda dibanding dengan ABG pada umumnya dalam menyikapi inspirasinya. Keterlibatannya dalam ketjilbergerak membuat Deidra semakin tertarik dengan dunia seni rupa visual. 4. Idealita Ismanto (L.1985) Lulusan ISI jurusan Photography tahun 2008 ini menghayati kecintaan terhadap dunia Photography, tidak hanya karyanya tetapi profesinya. Ia juga aktif dalam berbagai pameran. 5. Lashita Situmorang (L. 1977) adalah lulusan ISI jurusan seni rupa yang sebelumnya sudah pernah mencicipi jurusan Keramik. Dia adalah inisiator dan motor Red District Project yang berproses bersama komunitas PSK di wilayah Sosrowijayan. Selain itu, ia juga banyak terlibat diberbagai project. 6. Lia Mareza, anugerah penghargaan yang pernah didapatkannya adalah: lukis cat air terbaik Modern School Design Jogyakarta dan karya 5 terbaik NISBI di Galeri Katamsi ISI Jogyakarta. Aktif berpameran sejak 2001. 7. Maria Indria Sari (L. 1976) Kegemarannya menggambar sejak kanak-kanak telah menghasilkan 86 penghargaan dari dalam dan luar negeri. 8. Maria Magdalena N.W (1989) Pameran tunggalnya ‘Body Message’ dipamerkan di Tembi Rumah Budaya Jakarta dan Tembi Rumah Budaya Jogyakarta. Selain itu ia juga mengikuti beberapa pameran bersama. 9. Nurifi (L. 1986) menjalani program Artist Residency di Tembi Rumah Budaya 2010, dan kemudian berpameran tunggal ditempat yang sama pada tahun 2011 dengan tajuk ‘Beak Beak Word’ selain pameran tunggalnya, Nurify juga mengikuti beberapa kali pameran bersama. 10. Utin Rini Anggraini (L. 1979) peraih penghargaan grafis terbaik Fakultas Senirupa ISI Jogyakarta 2001 dan 100 besar Philip Morris Indonesia Art Award 2002 ini aktif diberbagai pameran. 11. Wahyu ‘adin’Wiedyardini (L.1984) Mulai dari seni lukis kemudian jatuh cinta pada seni instalasi. Selain berkarya sendiri, Adin juga berkarya secara kelompok dengan teman-teman seniwati dari kelompok SmallSmall dan berduet dengan suaminya yaitu Nyoman Adiana di bawah nama @name. Ia aktif mengikuti berbagai pameran senirupa.

Pameran yang banyak dihadiri oleh seniman muda tersebut dibuka oleh Ibu Dyan Anggraeni pada hari Sabtu 3 Maret 2012 jam 19.0, dan akan berlangsung sampai 15 Maret 2012.

Dalam tulisannya, Gintani Nur Apresia Swastika mengatakan bahwa sebagian besar dari kesebelas perempuan ini masih beroperasi di pembacaan ikon tubuh. Representasi tubuh pada karya-karya ini menarasikan berbagai tafsir terkait dengan kondisi dunia perempuan dalam relasi sosial dan budaya. Lagi-lagi di sini berkaitan antara yang personal dan politis.

Satu benang merah dari pembacaan keseluruhan karya dalam pameran ini adalah kelebihan perempuan dalam ‘memanipulasi’ segala hal yang berkaitan dengan diri dan perempuannya dengan medan sosial.

Selamat bagi kesebelas Seniwati yang telah berusaha mengosongkan diri keperempuannya dan kemudian ingin mengisinya kembali keperempuannya yang telah dikosongkan dengan berproses bersama untuk menjadi perempuan yang sesuai dengan jati dirinya masing-masing

hrjk




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta