- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Berita-budaya»MENGISI HIDUP DENGAN PERBUATAN BAIK
04 Jul 2011 08:10:00Ada kisah yang menarik, disampaikan oleh seorang teman yang lama tidak berjumpa. Karena dia lama tinggal di negeri orang. Bukan kisah teman itu sendiri, melainkan kisah ’teman kita’, yang sama-sama kita kenal, atau setidaknya pernah bertemu. Teman tersebut memberi kisah, bahwa ’teman kita’ terkena penyakit kanker dan sudah tidak bisa disembuhkan. Dokter telah memberi tahu, hidupnya hanya mampu bertahan selama 6 bulan.
Bisa kita bayangkan, bagaimana situasi batin dan pikiran ’teman kita’ mendengar informasi dari dokter tersebut, Kawan-kawan dia semuanya mendoakan dan mengajak dia untuk rejin berdoa. Bahkan temannya yang dari luar kota seringkali mengingatkan, untuk membaca bacan injil yang sudah dia berikan. ’Teman kita’ itu tidak menolak semua niat baik dari para sahabatnya, namun rupanya tidak memberikan kedamaian hati dan ketentraman batin.
Suatu kali, ’teman kita’ itu menemui seorang tokoh agama yang terkenal, dan selalu mengajarkan hidup baik bagi semua orang. Kata sang tokoh agama itu pada ’teman kita’: ’”Terimalah kenyataan itu dan buatlah hidupmu senang selama 6 bulan kedepan”.
Mendengar nasihat seperti itu, ’Teman kita’ seperti menemukan semangat hidupnya yang hilang. Batinnya seperti ditetetesi air es. ”Teman kita’ itu tidak henti-henti, selalu menyenangkan hidupya dengan berbuat baik kepada sesama. Hari-harinya selalu diisi dengan perbuatan baik. Hidupnya yang tidak lama lagi, tak ada selintas pikiran buruk. Seluruh hidupnya diisi dengan pikiran dan perbuatan baik.
Satu mukjijat datang, operasi yang dijalaninya berhasil dan ’tenggang waktu 6 bulan masa hidupnya’ terlewati sudah, sampai hari ini, 6 tahun lewat kehidupan masih terus menyertai dan perbuatan baik tidak pernah dilupakan.
Rasanya, ini satu pelajaran bagi kita, ditengah kehidupan yang edan. Kita mudah menemukan, bahkan setiap hari, orang berbuat jahat pada orang lain. Atau dengan santun dan lembah lembut menyakiti orang lain. Apalagi dikancah politik, tipu muslihat mudah sekali dilakukan. Bahkan diwilayah ini, hampir-hampir sulit ditemukan perbuatan baik. Pura-pura baik malah mudah ditemukan.
Kita berulangkali mendengar kisah, orang miskin tidak bisa berobat, dan memilih menderita sakit. Rumah sakit juga tidak apresiatif terhadap orang miskin yang menderita sakit. Pemerintah, yang mestinya merespon warga miskin, acapkali melupakannya, lebih menyakitkan lagi pura-pura tidak tahu.
Kenapa perbuatan baik menjadi hal yang mewah di negeri kita? Bukan tidak ada orang baik dengan perbuatan baik. Pasti ada, tetapi tidak pernah dipakai sebagai cermin. Seolah perbuatan baik bukan sesuatu yang perlu dicontoh. Kita tahu, korupsi adalah jenis perbuatan buruk, tetapi selalu saja kita mudah mendengar orang melakukan korupsi dalam bebagai macam skala dan level. Seolah, perbuatan korupsi merupakan jenis perbuatan yang perlu untuk ditiru.
Kasus-kasus korupsi yang belum tuntas, bahkan membongkar orang lain melakukan hal yang sama, merupakan suatu bukti bahwa korupsi dilakukan oleh banyak orang, dan kita betul-betul sedang hidup di jaman edan.
Rasanya, korupsi seperti penyakit kanker stadium tinggi. Akarnya telah menjalar keseluruh tubuh, sehingga untuk menyembuhkan, atau mendapat mujijat, harus melakukan perbuatan baik. Kalau ’tubuh negeri’ kita telah dijangkiti kanker korupsi, para pemimpinnya harus melakukan perbuatan baik, membuat warga negaranya senang dan bahagia hidup di negaranya. Dengan langkah, para koruptor, siapapun orangnya, tidak diberi toleranasi. Pemimpin harus menunjukkan, bahwa dirinya menjalani hidup baik, dengan demikian hidup yang tidak baik tidak mendekatinya. Masalahnya, kalau pemimpin pura-pura menjalani hidup baik, padahal sesungguhnya tak kalah busuk dengan lingkungannya, pastilah yang ada disekitarnya adalah barang-barang busuk.
Sebagai warga negara, kalau melihat pemimpinnya tidak berperilaku baik, mari kita kasih contoh dengan perbuatan baik, supaya kita tidak ikut larut dalam kehidupan di jaman edan seperti sekarang ini.
Ons Untoro
Artikel Lainnya :
- 23 Desember 2010, Situs - DALEM AGENG PESANGGRAHAN AMBARUKMA(23/12)
- Catatan Hari Baik untuk Berpergian(02/02)
- PENJUAL RUMPUT DI JOGJA(14/09)
- DAFTAR BUKU PERPUSTAKAAN RUMAH BUDAYA Tembi(18/06)
- Pameran Lukisan Sense of Colours 2010(22/11)
- LOMBA PLESETAN TERPLESET(27/06)
- Rumah Beratap Rumbia di Jawa Tahun 1930-an(09/01)
- 22 Maret 2011, Kabar Anyar - BUKAN SUPERSEMAR, BUKAN SUPER SEMAR(22/03)
- PASAR SENI KEMBALI HADIR DI FKY XXIII 2011(06/07)
- Paham Jawa. Menguak Falsafah Manusia Jawa Lewat Karya Fiksi Mutakhir Indonesia(24/06)