- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Berita-budaya»PASAR SENI KEMBALI HADIR DI FKY XXIII 2011
06 Jul 2011 10:27:00Torehan kuas yang menari-nari di atas kanvas itu sangat luwes bagaikan melukis dengan tangan. Namun sebenarnya apa yang dilakukan oleh Sabar Subadri (32) pelukis asal Salatiga, Jawa Tengah tersebut adalah melukis dengan jari-jari kaki. Cara melukis yang demikian itu bukan untuk sulapan, tetapi memang dari bagian berkarya yang sesungguhnya. Ia sangat profesional melukis dengan kaki, karena memang ia terlahir tanpa kedua tangan. Berkat ketekunannya dan pantang menyerah itulah, sejak berumur 12 tahun ketika terjun sebagai seorang pelukis profesional, ia saat ini telah menghasilkan lebih dari 300 karya lukisan dengan berbagai tema yang beragam.Sementara ia sendiri mulai belajar melukis sejak berumur 3 tahun. Ia bersama rekannya Salim Harama yang juga melukis menggunakan jari-jari kaki bisa ditemui di stand lukisan di Pasar Seni Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) yang berlangsung hingga Selasa (5/7) ini.
Itulah yang sempat diperagakan oleh dua pelukis yang ikut mengisi stand Pasar Seni FKY XXIII 2011 di Museum Benteng Vredeburg pada hari Minggu (3/7) lalu ketika Tembi berkunjung ke Pasar Seni FKY itu. Sore itu ada beberapa pengunjung yang sempatberhenti dan memperhatikan caranya melukis dengan kaki. Mungkin sebagian terheran dan kagum melihatnya, karena sangat jarang orang difabel mempunyai kelebihan melukis dengan jari-jari kaki. Apalagi lukisan yang dihasilkan tidak kalah bagus dengan pelukis normal yang menggunakan tangan. Bahkan sebagian pengunjung mengabadikan dengan kameranya. Pada hari yang sama, sebelum ia melukis di stand Pasar Seni di halaman dalam Museum Benteng Vredeburg, ia juga sempat memeragakan keahliannya itu di trotoar Titik Nol Kilometer Yogyakarta. Banyak pejalan kaki yang menonton kebolehannya itu sekaligus memotretnya.
Sore hari itu, Pasar Seni FKY terus kebanjiran pengunjung dari berbagai daerah yang sebelumnya telah menikmati Malioboro dan sekitarnya. Semakin senja pengunjung semakin banyak sehingga menambah semaraknya Pasar Seni FKY. Keberadaan Pasar Seni FKY merupakan bagian tak terpisahkan dari agenda FKY yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Provinsi DIY. Hanya saja, untuk tahun ini, FKY tidak diselenggarakan 1 bulan penuh tetapi hanya sekitar 2 minggu saja. Acara FKY diselenggarakan di beberapa tempat, termasuk di Hotel Tugu, di Titik Nol Kilometer Yogyakarta, di Dinas Pariwisata DIY, Di Taman Budaya Yogyakarta, di Alun-Alun Selatan Kraton Yogyakarta,di ISI Yogyakarta, dan Pembukaan dipusatkan di Plengkung Gading pada Minggu, 26 Juni 2011 lalu.
Tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Pasar Seni yang dipusatkan di halaman dalam Museum Benteng Vredeburg dimeriahkan dengan berbagai kegiatan pentas musik dan kegiatan seni tradisional, selain Pasar Seni itu sendiri. Ada lebih dari 100 stand ikut menyemarakkan kegiatan Pasar Seni FKY kali ini, mulai dari berbagai produk kerajinan kulit, batu marmer, manik-manik, kerajinan kayu, aneka batik dan busana, kuliner tradisional dan modern, lukisan, buku-buku loak, hingga promosi dari perguruan tinggi.
Sementara panggung kesenian yang berada di sisi selatan sebelah timur menampilkan berbagai kegiatan pentas musik dan seni tradisi dari kabupaten dan kota di DIY. Di panggung kesenian ini juga ditampilkan beberapa foto hasil jepretan saat Gunung Merapi meletus di akhir tahun 2010 lalu. Penampilan musik dan seni tradisi dijadwal setiap hari selama FKY berlangsung. Sementara jenis musik, seni tradisi, dan kegiatan lain yang tampil di area Museum Benteng Vredeburg dan di panggung kesenian FKY kaliini, di antaranya: gelar seni anak, musik akustik, workshop kain perca, Jogjanimation, musik Hip-Hop, pergelaran seni dari Kabupaten Sleman, Bantul, Gunung Kidul, Kulon Progo, dan Kota Yogyakarta.
Pengunjung di Pasar Seni FKY tidak hanya bisa menikmati kegiatan seni budaya, produk kerajinan dan kuliner saja, tetapi sekaligus bisa mengabadikan dan melihat sisa kemegahan bangunan benteng pertahanan Belanda yang menjadi ciri khas Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta serta melihat-lihat koleksi museum yang berkaitan dengan perjuangan bangsa Indonesia di masa lalu.
Naskah: Suwandi
Foto : Sartono
Artikel Lainnya :
- 27 Nopember 2010, Kabar Anyar - TARIAN UNTUK PENGUNGSI(29/11)
- Memilih Hari dan Tanggal untuk Berpergian(03/11)
- 12 Juli 2010, Kabar Anyar - PAMERAN BATIK KONTEMPORER 'RESPECT TO THE EARTH'(12/07)
- DOLANAN BENGKAT(08/11)
- 14 Desember 2010, Djogdja Tempo Doeloe - BANGSAL RAWAT INAP RUMAH SAKIT DI JOGJA TAHUN 1930-AN(14/12)
- Penjebar Semangat (06/07)
- KAYA GENI KATIUP ING ANGIN(12/07)
- Kebab Turki(30/07)
- 10 Maret 2010, Perpustakaan - Tayub. Pertunjukan dan Ritus Kesuburan(10/03)
- AYAM PANGGANG 3 BERKU(23/08)