Tembi

Berita-budaya»MENGGUGAH KESADARAN GENERASI MUDA TERHADAP MUSEUM

04 Aug 2011 07:12:00

MENGGUGAH KESADARAN GENERASI MUDA TERHADAP MUSEUMLambat laun, generasi muda Indonesia sekarang ini mulai mencintai museum. Walaupun masih memerlukan waktu yang cukup lama, namun sedikit demi sedikit, mereka terus mulai berkunjung dan mencintai museum, sebagai salah satu obyek kunjungan. Mulainya ketertarikan generasi muda terhadap museum dewasa ini tidak terlepas dari Gerakan Nasional Cinta Museum (GNCM) dan Revitalisasi Museum yang dicanangkan oleh Pemerintah RI sejak tahun 2010 hingga 2014 yang akan datang. Dalam agenda besar itu, pemerintah berusaha mencoba memaknai kembali museum dengan penampilan yang lebih kreatif dan menarik.

Lebih dari 80 museum negeri dan swasta di Indonesia selama 5 tahun ke depan akan mengalami revitalisasi dengan tujuan mendekatkan generasi muda pada museum.MENGGUGAH KESADARAN GENERASI MUDA TERHADAP MUSEUMBanyak hal yang akan mengalami perubahan dalam penampilan dan pengelolaan museum, tidak hanya gedung, tetapi juga terhadap koleksi dan manajemen pengelolaan. Bahkan, museum tidak hanya menarik dari penampilan pameran koleksi belaka, tetapi dalam revitalisasi itu, museum juga akan dilengkapi oleh berbagai fasilitas yang dapat menarik pengunjung khususnya generasi muda, seperti kafe, free hotspot, kantin, toko souvenir, perpustakaan, panggung musik, aneka demo budaya, dan lain sebagainya. Intinya, museum dibuat sedemikian menarik untuk generasi muda dan pengunjung lainnya.

Demikian itu antara lain kesimpulan dari acara sarasehan bertajuk “Museum dan Masa Depan Bangsa”MENGGUGAH KESADARAN GENERASI MUDA TERHADAP MUSEUM yang diselenggarakan oleh Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta pada Rabu (27/7) lalu di Gedung D museum setempat. Dengan diadakannya program GNCM dan Revitalisasi Museum, maka peran museum diharapkan dapat mengawal kesinambungan sejarah dan budaya bangsa agar tetap hidup dan lestari secara berkesinambungan. Melalui museum kita bangun generasi muda yang berkarakter, yang memiliki identitas dan jati diri ke-Indonesiaan yang kuat agar nilai-nilai sejarah dan budaya bangsa tidak hilang di masa depan. Demikian sambutan Kepala Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Dra. Sri Ediningsih, M.Hum., mengawali acara.

Sementara itu Direktur Museum Kemenbudpar, Dra. Intan Mardiana, M.Hum., sebagai salah satu pembicara juga mengatakan bahwa museum merupakan salah satu media sosialisasi yang salah satu tujuannya adalah untuk membangun kesadaran generasi muda tentaMENGGUGAH KESADARAN GENERASI MUDA TERHADAP MUSEUMng kondisi masyarakat, bangsa, dan negara yang memperkuat karakter bangsa. Dengan mengunjungi museum akan terjadi proses penanaman dan transfer nilai-nilai luhur yang diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Selain itu, museum juga merupakan tempat di mana generasi muda dapat mengetahui identitasnya, meminimalisir konflik sosial, menunjukkan keberagaman budaya, dan melestarikan budaya Indonesia.

Pembicara lain, Jendral (Purn) Tyasno Sudarto, dalam makalahnya bertema “Peranan Generasi Muda dalam Menyongsong Masa Depan Bangsa”, mengingatkan kepada kita, bahwaMENGGUGAH KESADARAN GENERASI MUDA TERHADAP MUSEUMakan pentingnya pendidikan karakter bangsa seperti yang ditanamkan oleh Ki Hadjar Dewantara dulu. Pendidikan karakter bangsa meliputi pendidikan budi pekerti (akhlak mulia) dan pendidikan kebangsaan/bela negara/cinta tanah air. Pelajaran-pelajaran untuk memperkuat karakter bangsa, seperti pelajaran sejarah, ilmu bumi Indonesia, Pancasila, dan lainnya, justru dihilangkan atau minim sekali diberikan kepada anak didik. Sehingga tidak ayal lagi, berbagai kerusuhan dan ketidakadilan terus-menerus mendera bangsa ini.

Pembicara terakhir, Drs. Edi Haryoto, M.M.Akt., lebih menekankan pentingnya perubahan paradigma mengelola museum ke arah yang lebih bisa diapresiasi oleh masyarakat luas, seperti museum harus menarik, memberiMENGGUGAH KESADARAN GENERASI MUDA TERHADAP MUSEUMmanfaat, mendapat dukungan masyarakat, rasa memiliki dari masyarakat, terus berkembang, dan mandiri. Museum harus dikembangkan seoptimal mungkin dan menuntut pengelolanya sekreatif mungkin, sehingga museum menjadi sangat menarik bagi pengunjung sehinga mereka akan terus-menerus berkunjung dan merasa penasaran terhadap museum. Ia juga membandingkan dengan pengunjung museum yang ada di luar negeri yang selalu memadati museum, walaupun tiket masuk museum boleh dikatakan mahal jika dibandingkan dengan umumnya tiket museum di Indonesia.

Sarasehan yang berlangsung hingga siang hari itu dihadiri sekitar 100 peserta dari berbagai kalangan, baik pelajar, guru, budayawan, pengelola museum, dosen, peneliti, dan lainnya.

Suwandi




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta