Kisah Bisma dalam Lakon Dharma Gangga Datta
(Pertunjukan Wayang Kulit Sukra Kasih Ke-2 Tahun 2012)

Kisah Bisma dalam Lakon Dharma Gangga Datta (Pertunjukan Wayang Kulit Sukra Kasih Ke-2 Tahun 2012)

Dharma Gangga Datta sebagai sebuah lakon digelar oleh paguyuban dalang muda Yogyakarta Sukra Kasih. Lakon ini digelar di Pendapa Yudanegaran Tembi Rumah Budaya pada Jumat Kliwon, 28 September 2012 malam. Pementasan wayang dengan lakon tersebut dilakukan oleh dua orang dalang muda dalam dua kelir yang disatukan. Kedua dalang tersebut adalah Ki Sumanto S.Sn. dan Ki Agus Hadisugito. Format dua dalan dan dua kelir dengan pesinden menghadap ke penonton sebelumnya pernah dilakukan Sukra Kasih. Jadi, format pertunjukan Sukra Kasih yang ke-2 di tahun 2012 atau ke-10 sejak berdirinya komunitas ini bukan merupakan format baru. Hal demikian dilakukan Sukra Kasih untuk lebih memperdalam penggarapan, ekplorasi, memaksimalkan potensi serta kaidah, dan segala pernik sebuah pertunjukan wayang dengan harapan akan menjadi lebih menarik dan indah.

Lakon Dharma Gangga Datta tidak lain berisi kisah hidup Resi Bisma yang ketika muda bernama Raden Dewabrata. Nama lain Resi Bisma adalah Ganggadata. Ia dinamakan demikian karena dilahirkan di tepian Sungai Gangga atau pernah akan ditenggelamkan di Sungai Gangga. Sumber lain menyatakan ia ditemukan kembali di tepi Sungai Gangga oleh ayahnya setelah ditinggal moksa oleh ibunya, Dewi Gangga. Sumber lain menyatakan bahwa ia dinamakan Ganggadata karena terlahir dari rahim Dewi Gangga. Ayahnya bernama Prabu Sentanu dengan Dewi Gangga.

Kisah Bisma dalam Lakon Dharma Gangga Datta (Pertunjukan Wayang Kulit Sukra Kasih Ke-2 Tahun 2012)

Ketika ia lahir ibunya moksa ke surga dan ia dipersusukan pada Dewi Durgandini yang merupakan janda dari Parasara. Saat menjadi istri Prabu Sentanu ini Dewi Durgandini telah berputra Wyasa (Abiyasa). Prabu Sentanu memiliki dua orang putra dari Dewi Durgandini, yakni Raden Citragada dan Raden Wicitrawirya. Jadi, keduanya merupakan saudara satu ayah lain ibu dengan Resi Bisma. Dewi Durgandini sendiri dalam sumber lain dipersamakan dengan Dewi Setyawati.

Demi menjaga kesatuan negaranya serta agar tidak terjadi perebutan kekuasaan Bisma rela bersumpah untuk tidak menduduki tahta kerajaan Astina. Ia juga bersumpah untuk tidak menikah. Secara ekstrem sumpah itu diwujudkannya dengan memotong alat kelaminnya. Oleh karena sumpah dan dharma baktinya kepada orang tua (ayah) dan negara itulah ia kemudian dinamakan Bisma. Sumpah Dewabrata ini dalam bahasa Sansekerta disebut sebagai ”bhishan pratigya” yang berarti sumpah untuk membujang selamanya dan tidak mewarisi tahta ayahnya. Sementara kata atau istilah ”bhisma” sendiri bermakna sebagai dia yang sumpahnya dahsyat. Oleh karena dharma baktinya yang luar biasa itu Bisma mendapatkan anugerah bahwa ia boleh menentukan saat atau waktu kematiannya sendiri. Artinya, ia tidak bisa mati jika bukan bukan ia sendiri yang menentukan.

Kisah Bisma dalam Lakon Dharma Gangga Datta (Pertunjukan Wayang Kulit Sukra Kasih Ke-2 Tahun 2012)

Dalam perang besar Baratayuda sosok Bisma nyaris tak terkalahkan. Ia membela Kurawa karena sejak awal ia telah terikat hidupnya pada Kurawa. Sebagai ksatria-pendeta ia tidak bisa dan tidak akan ingkar bahwa keduniawian dari Kurawa telah mengikatnya untuk itu ia wajib membela Kurawa sekalipun ia tahu bahwa pihak Pandawa lah yang menduduki kebenaran dalam kasus perebutan negara ini. Pada sisi inilah Bisma menunjukkan dharma baktinya untuk negara yang telah memberinya hidup sekalipun negara itu dikelola oleh wangsa yang jahat. Sisi duniawinya ”terpaksa” membela Kurawa namun sisi batinnya merestui dan mendoakan Pandawa.

Bisma gugur di tangan Srikandi sebagai buah karmanya karena dulu pernah secara tidak sengaja membunuh Dewi Amba yang mendambakan cintanya. Ruh Dewi Amba merasuki Srikandi dan menagih piutang nyawa kepada Bisma. Bisma merelakan kematiannya setelah ia mengerti bahwa Kurawa akan kalah dalam perang Baratayuda.

Kisahan ini sebenarnya semakin menarik karena bisa didalami dalam banyak tafsir. Nama gangga yang disandang Ganggadata dan Dewi Gangga sesungguhnya mengingatkan orang akan pemujaan terhadap Sungai Gangga di India. Seperti diketahui Sungai Gangga merupakan salah satu sungai yang disucikan umat Hindu di India. Tokoh Bisma jelas berkait erat dengan hal ini. Penolakan Bisma untuk tidak menikah mungkin juga karena ia terlanjur jatuh hati kepada ibunya sendiri (seperti Dayang Sumbi-Sangkuriang). Sisi oedipus complex mungkin menjadi salah satu sisi buram Bisma. Namun apa pun itu, Bisma merupakan sosok heroik yang sangat patriotis dan selalu melakukan penyangkalan diri untuk mencapai kebaikan sempurna sekalipun ia tidak bisa lepas dari keterikatan akan dunia (kebendaan) yang disodorkan Kurawa.

Kisah Bisma dalam Lakon Dharma Gangga Datta (Pertunjukan Wayang Kulit Sukra Kasih Ke-2 Tahun 2012)

a.sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta