Kadipaten Pura Pakualaman di Usia Dwi Abad

Kadipaten Pura Pakualaman di Usia Dwi Abad

Ki Hadjar Dewantara, dengan nama lain RM. Suwardi Suryaningrat, RM. Suryapranata, dan RM. Nata Surata adalah tiga tokoh terkemuka di masa penjajahan Belanda yang berasal dari kalangan Pura Pakualaman Yogyakarta. Sebagai jurnalis, Suwardi melahirkan tulisan-tulisan yang menggugat hegemoni Pemerintah Kolonial Belanda. Bahkan ia sempat di penjara oleh Belanda karena dianggap menghina dengan tulisannya yang terkenal yakni ”Als Ik Nederlander Was” yang artinya kurang lebih ”Jika Aku seorang Belanda”. Dalam artikel tersebut, Suwardi menyindir Belanda karena saat memperingati 100 tahun kemerdekaannya harus meminta warga bumi putera untuk ikut membiayainya. Beliau pula yang bersama teman-temannya mendirikan perguruan Tamansiswa yang masih eksis hingga sekarang. Beliau banyak berjasa di dunia pendidikan. Bahkan, ia menjadi Menteri P dan K yang pertama kali bagi RI.

Kadipaten Pura Pakualaman di Usia Dwi Abad

Sementara itu, Suryapranata tampil sebagai pembela para buruh kecil dalam memperjuangkan hak-haknya, dan menganjurkan pemogokan untuk melawan dominasi pemodal Belanda. Hal itu dilakukan ketika buruh kecil pribumi di masa penjajahan tidak mendapatkan hak-haknya yang sepantasnya. Sementara RM. Nata Surata yang sudah sejak 1906 berada di negeri Belanda juga aktif dalam bidang politik, jurnalistik, dan kesusastraan. Walaupun di bidang politik dianggap kurang berhasil, tetapi jasanya di bidang jurnalistik dan kesusastraan begitu menonjol. Di bidang jurnalistik, ia menjabat sebagai pemimpin redaksi majalah dan surat kabar. Beberapa karya sastra berbahasa Belanda juga sempat ditulisnya, seperti: Melati Knoppen (Kuntum Melati), De Geur van Moedershaarwrong (Harum Sanggul Ibu), Fluisteringen van de Avondwind (Bisikan Angin Malam), dan lain-lain.

Itulah sepenggal makalah yang disampaikan Sudibyo, dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM Yogyakarta dalam acara ”Sarasehan Dwi Abad Hadeging Kadipaten Pura Pakualaman” yang digelar di Pendopo Sewandanan Pura Pakualaman Sabtu Pon (23/6) lalu. Hingga Pura Pakualaman berusia 2 abad, ternyata belum banyak masyarakat Indonesia yang mengenal tokoh-tokoh tersebut dan jasanya terhadap negara. Begitu pula dengan tokoh-tokoh lainnya yang masuk keluarga besar trah Kadipaten Pura Pakualaman Yogyakarta belum begitu banyak dikenal. Maka dari itu, dengan diadakannya sarasehan ini, diharapkan peran serta Kadipaten Pura Pakualaman lebih banyak dikenal oleh masyarakat, sebanding dengan peran serta Kraton Kasultanan Yogyakarta, yang juga banyak berjasa terhadap negara RI di masa penjajahan dan kemerdekaan.

Kadipaten Pura Pakualaman di Usia Dwi Abad

Kadipaten Pura Pakualaman Yogyakarta adalah 1 dari 4 kerajaan wangsa Mataram Islam yang hingga sekarang masih tetap eksis dan terjaga. Sejak 200 tahun lalu, kadipaten ini sudah berdiri dan terus berperan dalam berbagai bidang, mulai dari pendidikan, kebudayaan pergerakan nasional, perjuangan kemerdekaan, pemerintahan, dan pertanian. Banyak tokoh pendidikan yang muncul dari kalangan wangsa Pakualaman, seperti Ki Hadjar Dewantara, Prof. Wreksodiningrat, Prof. Hardjono, Prof. Hardjoso, Prof. Djoko Suyanto, dan lain-lainnya. Begitu pula berbagai bidang kebudayaan muncul dari Kadipaten Pura Pakualaman, seperti seni sastra, seni panembrama (suara), seni tari, seni batik, seni wayang, seni arsitektur, seni boga, seni busana, seni ukir, seni lukis, seni olahraga, dan lainnya. Begitu pula dalam bidang lain seperti pergerakan nasional, hingga pertanian. Hingga sekarang, Pakualaman masih tetap berkiprah dalam bidang kebudayaan dan lainnya, seperti seni dan tradisi yang terus terjaga. Demikian pemaparan Sutaryo, Guru Besar UGM sebagai pembicara lainnya. Maka tidak heran, Pura Pakualaman harus tetap dijaga eksistensinya.

Dalam acara pembukaan tersebut juga dihadiri oleh KGPAA Paku Alam IX yang masih bertahta hingga sekarang sebagai Pengageng di Pura Pakualaman. Acara berlangsung hingga siang hari dan dihadiri oleh berbagai kalangan mulai dari akademisi, birokrat, guru, pelajar, mahasiswa, budayawan, dan elemen lainnya.

Kadipaten Pura Pakualaman di Usia Dwi Abad

Suwandi




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta