Tembi

Bale-dokumentasi-resensi-buku»Tata Krama Suku Bangsa Jawa di Kabupaten Sleman Propinsi Daerah

01 Apr 2004 05:22:00

Perpustakaan

Judul : Tata Krama Suku Bangsa Jawa di Kabupaten Sleman Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta
Penulis : Dra. Christiyati Ariani, dkk
Penerbit : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta
Tahun 2002
Tebal : XII + 106
Ringkasan Isi:

Tata krama adalah tata cara atau aturan turun-temurun yang berkembang dalam suatu budaya masyarakat yang mengatur pergaulan antar individu maupun kelompok untuk saling pengertian, hormat-menghormati menurut adat yang berlaku. Tata krama mengandung nilai-nilai yang berlaku pada daerah setempat. Oleh karena itu tata krama suku bangsa yang satu tentu berbeda dengan suku bangsa yang lain. Tata krama, etika, atau sopan santun yang dimiliki oleh suku bangsa Jawa tidak terlepas dari sifat-sifat halus dan kasar. Tata krama suku bangsa Jawa terlihat dalam etiketnya meliputi banyak segi seperti unggah-ungguh, suba sita dan lain-lain, kesemuanya mencakup hubungan selengkapnya antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesamanya dan manusia dengan alam sekitarnya.

Lingkup materi penelitian yang ditulis dalam buku ini adalah tata krama suku bangsa Jawa yang menyangkut hubungan manusia dengan sesamanya atau antar sesama manusia. Tatakrama yang menjadi bahasan dalam penelitian ini adalah tatakrama : menghormati orang tua atau yang dituakan, bertamu, berbicara atau mengeluarkan pendapat, bersalaman, duduk / berdiri, makan dan minum, bertegur sapa, berpakaian. Dalam masyarakat suku bangsa Jawa sangat dianjurkan agar semua itu dilakukan dengan sopan, tidak melanggar aturan, tidak merugikan orang lain, mengerti batasan-batasannya dan sebagainya. Penelitian juga dibatasi pada generasi muda khususnya siswa SMU dan SMK berusia 15 - 19 tahun.

Tata krama antara manusia dengan sesamanya dibedakan antara yang muda dengan yang tua (anak-orang tuaa, kakak-adik, murid-guru), atasan dengan bawahan, dengan yang sebaya dan sebagainya. Adanya pengelompokan tatanan dalam berinteraksi tersebut mengharuskan manusia Jawa untuk berperilaku atau berbicara dengan melihat posisi, peran serta kedudukan dirinya dan posisi lawan.

Tata krama suku bangsa Jawa tidak hanya tampak pada tatanan bahasa yang digunakan, tetapi juga pada gerakan tubuh atau badan. Dari isyarat gerakan tubuh maupun tatanan bahasa yang digunakan dapat diketahui dengan siapa seseorang berhadapan. Tata krama yang sangat menonjol pada keluarga Jawa adalah tata krama dalam percakapan sehari-hari dan bahasa yang digunakan. Berbahasa Jawa krama / halus adalah pernyataan menghargai atau menghormati kepada orang yang diajak bicara, yang juga tampak dalam sikap dan tingkah laku, raut muka dan sebagainya. Berbagai tata krama Jawa diajarkan sejak anak masih kecil, dengan harapan bisa menggunakan tata krama tersebut di mana pun dan kapan pun. Tentu saja penggunaannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.

Aktualisasi tata krama yang ditampilkan generasi muda mencakup tiga arena yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga merupakan tempat yang pertama dan utama dalam pembentukan jati diri maupun kepribadian seseorang. Di dalam keluargalah seorang anak dikenalkan berbagai aturan, norma, dan nilai-nilai yang baik. Seorang anak dari keluarga yang bertata krama baik akan bertata krama dengan baik pula, dan begitu pula sebaliknya.

Sekolah adalah salah satu tempat sosialisasi yang penting bagi generasi muda. Sekolah sebagai lembaga formal mempunyai peraturan-peraturan sendiri yang mengharuskan murid untuk mematuhinya, seperti seragam, jam-jam pelajaran, tata krama terhadap guru dan sebagainya. Di sini yang sangat berperan adalah pemberian pelajaran budi pekerti.

Di dalam masayarakat berbagai unsur misal kebiasaan, adat istiadat dan norma-norma yang berlaku turut menentukan perilaku seseorang. Di dalam masyarakat kadang seorang anak mendapat pengaruh yang sangat besar. Sebab di dalam masyarakat bertemu berbagai lapisan masyarakat yang sangat beragam dengan latar belakang sosial budaya yang beragam pula. Seseorang yang melanggar tata krama akan mendapatkan sangsi dari yang ringan sampai yang berat tergantung tata krama yang dilanggarnya.

Bagi masyarakat Jawa tata krama berfungsi sebagai kontrol sosial dan lebih ditekankan sebagai bentuk penghormatan kepada yang lebih tua. Sikap ini karena pada dasarnya sangat sangat berhubungan dengan prinsip hidup orang Jawa yang selalu berpijak pada sikap hormat dan rukun. Sikap tersebut bertujuan untuk menciptakan suatu keselarasan, keharmonisan dan menjauhkan dari timbulnya konflik /pertentangan.

Tata krama Jawa sesuai dengan perkembangan jaman juga mengalami perubahan atau bergeser, terutama tata krama yang berkaitan dengan berbicara, mengeluarkan pendapat, tata cara makan dan minum serta cara bertegur sapa. Sekarang terdapat kecenderungan pemakaian bahasa Jawa halus mulai berkurang, sebagai pengganti bahasa Jawa ngoko atau bahkan bahasa Indonesia. Dalam hal mengemukakan pendapat sekarang lebih terbuka, apa adanya sebatas tidak menyinggung orang lain. Tata cara bertegur sapa lebih bersifat santai, tidak terlalu banyak basa-basi dan berbicara langsung pada pokok persoalan.

Tata krama lain yang masih cukup dihargai responden adalah yang muda menyalami terlebih dahulu terhadap yang lebih tua, ketaatan untuk antri (misal membeli karcis), menyetel televisi atau radio tanpa mengganggu orang lain dan lain-lain. Jadi mereka masih mempunyai pedoman bahwa kebebasan yang dimiliki masih dibatasi juga oleh kebebasan orang lain.

Agar tata krama di kalangan generasi muda tetap terjaga dengan baik maka orang tua, guru atau yang dituakan harus selalu menanamkan nilai-nilai tata krama tersebut di samping memberi contoh langsung.




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta